Di lain tempat, Dennis, Cahya dan Akihiro sedang berjalan di trotoar. Menggendong tas mereka ke belakang, berpakaian biasa dan santai. Untuk pergi ke kampus tidak harus rapih juga, walau kadang diwajibkan untuk berpakaian bersih yang penting sopan!
Dennis dan Cahya jalan bersampingan. Kalau Akihiro di belakang mereka. Ia sedang memakan cemilan di dalam kemasan sambil berjalan dan melirik-lirik sekitar. Kadang ia juga rajin menyapa beberapa perempuan yang melewatinya. Walau ia tidak kenal dengan orangnya.
Sekarang seperti biasa….
Sebelum pergi ke kampus, mereka bertiga akan pergi ke cafe keluarganya Viro untuk sarapan pagi di sana.
Akhir-akhir ini, semenjak mereka berkenalan dengan Viro mereka jadi enggan untuk sarapan di rumah dan lebih memilih untuk makan bersama di cafe sambil ngopi.
Saat sampai di sana, mereka melihat ada mobil polisi yang terparkir di depan. Dennis tidak tahu mobil siapa itu. Jadi langsung saja ia masuk ke dalam cafe. Mereka ingin ke tempat duduk biasa, yaitu di belakang samping jendela. Tapi saat dilihat, ternyata tempat mereka telah ditempati oleh dua orang.
Dennis berlari menghampiri kedua orang itu. Ternyata mereka berdua adalah Rei dan teman sepekerjanya, Alicia.
“Kak Rei! Kak Rei ada di sini juga ternyata?” tanya Dennis senang.
Rei menoleh ke arah Dennis dan mengangguk. “Iya, kau juga?”
“Oh! Kalau kami sudah biasa. Sebelum ke kampus, kami selalu nongkrong di sini dahulu!”
“Oh, begitu.”
“Wah! Rei! Rei! Dia ini siapa?” tanya Akihiro pada Alicia yang duduk di seberang meja Rei.
“Oh iya, kalian belum kenal, ya? Dia ini–“
“Kalian bertiga imut-imut sekali!” Alicia menyela lalu berdiri dari tempat duduknya. Ia langsung menjabat tangan Dennis dan menggoyangkannya dengan girang. “Kenalin, ya? Namaku Alicia Putri. Panggil aku Alicia atau Cia saja tidak apa-apa, kok!”
Dennis tertawa kecil. “O–oh! Alicia. Tapi kau lebih tua dari kami, ya? Kalau begitu, aku panggil kakak saja, ya?”
“Ah, tidak masalah kalau mau panggil langsung pakai nama. Aku tidak keberatan.”
“Ta–tapi kakak lebih tua dariku. Aku merasa tidak enak jika memanggilmu langsung namanya. Aku panggil Kak Cia saja, ya?” Dennis tertawa. Ia membalas jabatan tangan Alicia. “Salam kenal!”
“Kau hebat. Siapa namamu?” tanya Alicia.
“Dennis. Dennis Efendy. Panggil saja aku Dennis.”
“Oh… lalu kalian berdua? Siapa namanya? Aku penasaran, hehe….”
“Aku Aulia Cahyani. Panggil aku Cahya saja, ya?” Cahya memperkenalkan dirinya. Lalu dilanjut dengan Akihiro. “Kalaiu aku, Akihiro Daisuke! Panggil saja aku–”
“Dia Dian Syahputra namanya.” Rei menyela dengan santainya, lalu menyeruput kopi. Dennis dan Cahya tertawa kecil.
“Rei! Kau ini!!” Akihiro menggeram. Ia agak tidak suka dipanggil Dian karena menurutnya nama aslinya itu adalah nama perempuan. Nama aslinya juga pemberian dari keluarganya yang kejam. Makanya Akihiro memutuskan untuk membuat nama baru. Tapi ternyata semuanya tetap saja sering memanggilnya dengan nama Dian.
“Oh? Jadi nama aslimu itu Dian… siapa tadi?”
“Iya. Aku Dian Syahputra. Nama yang buruk, bukan? Padahal aku laki-laki, loh!” Akihiro sedikit menunduk karena ia malu mengatakannya. Apalagi di depan wanita cantik yang baru ia kenal.
“Tidak apa-apa. Nama Dian saja aku suka, kok! Jadi jangan malu-malu, ya? Namamu bagus, loh!” ucap Alicia dengan senyum manisnya.
Akihiro melebarkan matanya. Ia benar-benar sangat senang sekaligus terharu. Matanya saja sampai berbinar-binar. Apalagi saat melihat senyuman Alicia. Akihiro menggeretakkan giginya, lalu membungkuk dengan cepat. “Te–terima kasih banyaaaaak!!”
“Eh, eh! O–oke… oke. Tidak masalah. Sekarang… ayo kita mengobrol bersama saja!”
“Ba–baiklah!”
Satu meja itu hanya terdapat 4 kursi saja. Jadi untuk Akihiro akan mengambil satu kursi tambahan dari meja lain yang kosong lalu meletakannya di samping Alicia. Dennis dan Cahya duduk di samping Rei.
“Kak Rei setelah ini mau ngapain? Kak Rei di sini juga ngapain?” tanya Dennis.
“Aku ke sini hanya ingin menemani Alicia sarapan saja. Sekalian aku ingin minum-minum di sini.” Jawab Rei. Lalu dilanjutkan dengan Alicia. “Ya. Habis ini, kami ingin patroli lagi keliling kota! Yeay~”
“Aku juga belum menyelesaikan tugasku. Yang sekarang agak susah ternyata. Tapi aku tidak boleh berlama-lama. Karena setiap hari selalu saja ada korban.” Jelas Rei lagi.
“Apa Rei masih menyelidiki tentang rumah tua itu lagi?” tanya Cahya.
“Iya tentu saja. Tidak mungkin aku diam saja seperti ini!” tegas Rei. “Kemarin kau sendiri juga jadi salah satu korban yang nyaris tewas, Dian! Tapi sayangnya… temanmu tidak bisa diselamatkan.”
“Ugh,” Akihiro langsung menunduk. Ia tidak ingin mengingat tentang kematian teman sekelasnya lagi. “Aku sangat bersyukur aku masih hidup. Tapi setidaknya tolong jangan sampai ada temanku yang lain menjadi korban!”
“Makanya sekarang aku ingin mencari tahu. Ada apa dengan rumah aneh itu. Penyebab kenapa semua orang yang menjadi korban ingin bunuh diri di sana?”
Rei sedikit menunduk. Ia berhenti bicara, tapi otaknya tetap bekerja untuk memikirkan sesautu. “Tidak ada saksi yang terkait, jadi agak sulit untuk bertanya mengenai rumah itu. Semua yang sudah ke sana tidak bisa kembali. Sekalinya kembali, mereka akan mati. Apa yang terjadi pada mereka yang masuk ke tempat itu? Apa mereka diserang sesuatu? Penghuninya marah karena tidak suka dengan kedatangan makhluk lain? Tapi tunggu dulu… penghuninya itu siapa? Dia masih manusia atau… hantu?”
“Rei?”
“Rei!”
“Ah, iya? Itu dia!” Rei tiba-tiba saja tersentak. Mata kuningnya langsung menatap serius ke Akihiro yang ada di depannya. “Dian! Kemarin kau kan hampir kehilangan nyawa di sana. Apa kau tahu kenapa kau bisa ingin bunuh diri di tepat itu?”
Alicia baru mengetahuinya. Ia pun terkejut. “Apa? Jadi Dian juga salah satu korbannya? Ah, untungnya kau selamat.”
“Iya! Makanya itu… hanya kaulah korban yang selamat. Kau bisa menjadi saksi untuk kami! Ayo, Dian! Beritahu aku apa yang kau rasakan saat itu?”
Akihiro tidak ingat apapun. Ia bahkan tidak tahu kalau kemarin ia nyaris kehilangan nyawanya karena ingin melompat dari lantai 4 sebuah rumah tua. Tak lama kemudian, Akihiro mencoba untuk menjawabnya.
“Aku tidak tahu. Terakhir yang aku ingat hanya… sampai di hutan bambu itu. Setelahnya… tiba-tiba saja aku sudah berada di rumah tua itu bersama kalian. Aku benar-benar bingung!”
“Tapi Dian? Apa kau mendapat mimpi buruk semalam?” tanya Cahya tiba-tiba.
Akihiro pun menanggapinya. “Eh? Mimpi semalam? Hmm… memang ada yang aneh dengan mimpiku semalam, sih….”
“Eh? Apa itu, Dian?” Alicia terlihat penasaran sekali. Begitu juga dengan yang lainnya. Setelah mendengar kata mimpi, Dennis sendiri jadi ingat dengan mimpinya yang mengerikan itu. Dia sebenarnya ingin melupakannya, tapi sejak Dian ingin membicarakan mimpinya, Dennis jadi teringat kembali.
“Aku bermimpi, aku ada di suatu tempat. Dan saat itu aku mati ditangan seekor monster besar.” Jawabnya ragu. Dari tampangnya, Akihiro terlihat ketakutan.
Setelah mendengarnya juga Dennis terkejut. “Eh! Mimpinya sama seperti aku!”
“Ah, iya! Aku juga seperti itu.” Cahya juga ikutan.
“Jadi semalam kalian mendapatkan mimpi yang sama?” tanya Rei.
Dennis, Akihiro dan Cahya awalnya agak ragu untuk mengakuinya. Tapi tak lama kemudian, mereka mengangguk juga. Bayangan kematian mereka dapat terlihat dalam mimpi. Dibunuh oleh makhluk misterius, hanya berbeda cara membunuhnya saja.
“Oh iya, yang semalam juga. Tidak hanya mimpi yang menyeramkan. Semalam… Dennis diserang sesuatu!” tegas Akihiro. Kemudian matanya melirik ke arah Dennis. “Dennis! Jelaskan tentang kejadian yang kau alami itu!”
“Eh?” Dennis tersentak. Ia takut mneceritakannya. Tapi sebenarnya ia sangat ingin memberitahu tentang hantu yang ia lihat semalam pada Rei. Matanya melirik ke bawah, lalu mulai menjelaskan. “Sebenarnya aku diserang hantu anak kecil semalam.”
Semuanya terkejut, kecuali Rei yang tetap terdiam dengan pandangan biasanya. Tapi ia akan menyimak Dennis. Makanya Rei meinta Dennis untuk menceritakan kejadiannya. Tapi sebelum itu, Rei ingin Dennis memberitahu ciri-ciri dari hantu anak kecil yang ia bilang itu.
“Hantu itu mirip seperti… eh? Tunggu dulu.” Dennis bergumam. Setelah ia mengingat-ingat tentang hantu yang ia lihat, seketika Dennis jadi ingat dengan cerita Viro. Ia juga terbayang dengan perkataan Viro.
“*Saat dia membuka pintu, munculah hantu anak kecil laki-laki di depannya.”
“Lelaki yang malang itu pun dibunuh oleh si hantu saat hendak ingin melarikan diri. Dia menggenggam sebuah pisau kecil begitu*.”
“Itu… dia….”
“Ada apa, Dennis?” Akihiro bertanya.
“Kak Dian! Cahya! Kalian masih ingat dengan hantu anak kecil yang pernah diceritakan Viro pada kita kemarin pagi, kan?” Dennis bertanya balik.
“Hantu… anak kecil?” Cahya sepertinya telah lupa dengan cerita horror itu. Tapi Akihiro masih mengingatnya. “Oh! Aku tahu! Anak laki-laki yang bawa cutter, ya?”
“Nah iya itu! Hantu yang aku lihat semalam… mirip sekali dengan hantu yang diceritakan Viro!”
“Apa? Ada apa memanggil namaku?”
Viro tiba-tiba muncul tanpa mereka sadari. Membuat semuanya jadi terkejut.
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nene
kaget ah_-
2020-10-10
5
Ano-kun
Makanya jangan ngomongin orang di belakang, muncul dah tuh orangnya
2020-09-16
13