Bang Duda
Setelah bercerai dari Ayanda (baca Air Mata Ayanda), Rion semakin fokus mengelola toko miliknya. Dengan bekerja sama dengan perusahaan retail milik suami Ayanda, usaha Rion semakin meroket dan semakin sukses. Sudah tak terhitung toko cabang yang dibukanya di beberapa daerah. Kini, dia sedang berusaha untuk go internasional. Mengenalkan produknya ke mancanegara.
Seorang pria dengan mendorong kursi roda masuk ke ruangan Rion. Pandangan Rion dan juga Arya teralihkan.
"Ngapain bumil diajak ke sini?" tanya Rion.
"Pengen ikut, bosen katanya di rumah," jawab Gio.
Mereka adalah Gio dan juga Ayanda. Hubungan mereka dengan Rion terjalin sangat baik. Meskipun Rion adalah mantan suami dari Ayanda, tapi Gio tak mempermasalahkan kedekatan istrinya dengan mantan suaminya. Sekarang, Ayanda tengah mengandung buah cintanya dengan Giondra.
"Bagaimana kabarmu, Dek?" tanya Rion yang sekarang berlutut di hadapan Ayanda.
"Baik, Mas," jawab Ayanda seraya tersenyum.
"Bagaimana dengan si kembar Ayah?" Tangannya mengusap perut Ayanda yang sudah sedikit membuncit.
"Baik Ayah duren," sahut Arya.
Gio dan Ayanda pun tertawa. Begitulah hubungan mereka sekarang, seperti keluarga. Rion sudah benar-benar ikhlas merelakan Ayanda untuk Giondra. Apalagi, melihat kebahagiaan yang selalu terpancar dari wajah mantan istrinya. Ia selalu berdoa agar Ayanda bahagia selamanya. Kebahagiaan Ayanda adalah kebahagiaan dirinya juga.
Mereka mengadakan meeting bulanan, membahas tentang kerja sama antara toko Rion dan juga retail Gio. Ayanda hanya mendengarkan saja seraya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Kehamilannya kali ini, membuat Gio harus ekstra sabar karena istrinya tidak ingin jauh dari dirinya. Ditambah, kondisi kandungannya yang lemah membuat Gio harus menjadi suami siaga.
Setelah rapat selesai, Gio dan juga Ayanda kembali ke apartemennya yang berada di Jakarta. Sedangkan Rion dan Arya masih sibuk untuk kembali bekerja.
Suara ketukan pintu mengalihkan kefokusan Arya dan Rion. Sita masuk ke ruangan Bossnya dengan membawa setumpuk laporan.
"Nih Bang duda." Sita meletakkan laporannya di atas meja Rion. Rion hanya berdecak kesal sedangkan Arya tertawa bahagia.
"Pada ngelunjak ya lu pada. Gak ada hormat-hormatnya sama atasan," ucapnya penuh emosi.
Arya bergegas berdiri, dan meletakkan tangannya seperti orang yang sedang hormat kepada sang saka merah putih.
"Hormat, Bang duda."
"Sialan, kampret!!" Hanya umpatan yang keluar dari mulut Rion dan di balas dengan tertawa girang para bawahannya.
"Gara-gara si banci kaleng, wibawa gua jadi ilang kan," ujarnya.
"Najis, sejak kapan lu punya wibawa? Nih ada juga Ari Wibawa," Arya menjawab.
"Wibowo, nyet!!" pekiknya.
Sita dan Arya terus saja menggoda Rion, hubungan mereka kini semakin dekat. Tidak ada kecanggungan lagi dari diri Sita. Ia bisa menimpali kegesrekan kedua atasannya ini. Kemajuan toko ini karena kerja tim yang solid, Rion, Arya, dan juga Sita.
Suara tawa mereka terhenti ketika seorang gadis masuk ke ruangan Rion tanpa permisi dengan menghentakkan kaki, dan wajah yang dilipat hingga lipatan terkecil.
"Kenapa Ayah gak jemput?" Marahnya.
Rion menepuk jidatnya karena benar-benar lupa. Dia lupa jika harus menjemput putri satu-satunya ini di sekolah.
"Panas ... Haus ...."
Rion mengacak-acak poni Echa. "Beli booba?" tanyanya. Dengan cepat Echa mengangguk dan tersenyum lebar.
"Dasar bocah bandel," ejek Arya.
Echa memicingkan matanya tajam. "Om buluk, bujang lapuk," ucapan dari Echa sontak membuat Sita dan Rion tertawa.
"Gua pites lu," kesalnya.
"Ayah pecat Om buluk tuh, biar tidak menularkan kebulukannya kepada Ayah duren Echa," pintanya kepada Rion. Rion hanya tertawa mendengar ucapan dari putrinya ini.
Sampai sekarang, Rion belum bisa membuka hatinya kepada wanita lain. Dia takut akan menyakiti putrinya. Hidup berdua dengan putrinya lebih indah dan bahagia. Tidak perlu penambahan anggota baru, jika nantinya akan membuat putrinya terluka. Ya, itulah prinsip hidupnya sekarang.
-------
Setelah selesai membeli booba, Rion dan juga Echa pulang ke rumah. Rumah yang dulu mereka tempati bersama Ayanda. Hanya saja, sekarang rumah ini sudah ramai karena kehadiran nenek dan juga onty Echa.
"Gak bosen-bosennya itu Chut minum begituan," ucap Nisa yang melihat Echa sedang menikmati minuman kesukaannya.
"Enak onty," jawabnya.
"Dek, mau tidur di sini atau sama Mamah?" tanya Rion yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Di sini aja, ntar malam kita nonton film horor terbaru," bisik Nisa.
"Di sini aja, Yah. Izinin ke Mamah ya." Rion pun menuruti keinginan putri semata wayangnya.
Bukannya Echa tidak memiliki ponsel, hanya saja dia tidak mau mendengar ceramah tujuh menit dari Mamahnya. Selama hamil kebawelan mamahnya semakin meningkat.
Rion pun langsung menghubungi Ayanda, dan Ayanda pun mengijinkannya. Sebenarnya, kedua orangtua Echa membebaskan Echa untuk tinggal di manapun. Akan tetapi, harus ada pemberitahuan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan kekhawatiran. Membesarkan anak dari orangtua yang tidak utuh, terasa sangat sulit. Di sini Echa sangat beruntung. Dia memiliki kasih sayang yang luar biasa dari kedua orangtuanya dan juga Papa sambungnya. Memiliki dua orang ayah yang kaya raya mempermudah dirinya. Itulah yang selalu ada dalam benak Echa. Tak dipungkiri, Echa pun sangat menyayangi kedua orangtuanya dan juga papa sambungnya. Mereka bertiga adalah orang-orang yang berjasa dalam hidup Echa.
"Nek, Echa pengen mie goreng," rengeknya pada sang nenek.
"Bikin sendiri Dek, udah gede. Belajar mandiri," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Echa hanya memanyunkan bibirnya. Dia sangat hafal dengan suara itu. Suara ibu ratu.
"Sama siapa , Teh?" tanya Bu Dina sangat gembira dengan kedatangan Ayanda.
"Sama Daddy-nya si utun, Mah," sahutnya. Tak lama Gio masuk dan disambut oleh Bu Dina dan juga Nisa. Gio terus menggandeng tangan Ayanda membuat Bu Dina merasa bahagia. Pilihan mantan menantunya sangat tepat.
"Kenapa sih anak Papa?" Melihat Echa yang memanyunkan bibirnya.
"Aku mau mie goreng," jawabnya.
"Bikin sama Papa, yuk," ajaknya.
"Papa bisa?"
"Bisa dong." Seraya tersenyum kepada Echa. Gio dan Echa pun pergi ke dapur.
Rion baru saja keluar dari kamarnya. Melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada Ayanda bersama Nisa dan juga mamahnya. Tawa bahagia bisa Rion lihat, hatinya pun ikut bahagia melihat wanita yang masih singgah di hatinya ini bahagia. Tak lama Gio menghampiri Ayanda dan menyuapi Ayanda dengan telaten dengan penuh rasa cinta. Ditambah Echa yang sangat dekat dengan papa sambungnya.
Semoga kalian selalu bahagia, bahagia kalian adalah bahagiaku.
Rion bergabung dengan semua orang yang berada di ruang keluarga. Gelak tawa, suasana hangat mewarnai malam ini. Tidak hanya mereka yang bahagia. Para ART pun ikut senang melihat kedekatan majikannya dengan mantan istri dan suami barunya.
"Semoga kelak Bapak bisa mendapatkan pengganti Ibu," ucap Mbak Ina seraya berdoa.
*****
Baru netas, semoga kalian suka ya dengan ceritanya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Rubahkecil
setelah baca para cicitnya baru kesini
2024-10-03
0
nuraeinieni
mampir thor
2024-06-06
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-26
0