NovelToon NovelToon

Bang Duda

1. Dunia Bang Duda

Setelah bercerai dari Ayanda (baca Air Mata Ayanda), Rion semakin fokus mengelola toko miliknya. Dengan bekerja sama dengan perusahaan retail milik suami Ayanda, usaha Rion semakin meroket dan semakin sukses. Sudah tak terhitung toko cabang yang dibukanya di beberapa daerah. Kini, dia sedang berusaha untuk go internasional. Mengenalkan produknya ke mancanegara.

Seorang pria dengan mendorong kursi roda masuk ke ruangan Rion. Pandangan Rion dan juga Arya teralihkan.

"Ngapain bumil diajak ke sini?" tanya Rion.

"Pengen ikut, bosen katanya di rumah," jawab Gio.

Mereka adalah Gio dan juga Ayanda. Hubungan mereka dengan Rion terjalin sangat baik. Meskipun Rion adalah mantan suami dari Ayanda, tapi Gio tak mempermasalahkan kedekatan istrinya dengan mantan suaminya. Sekarang, Ayanda tengah mengandung buah cintanya dengan Giondra.

"Bagaimana kabarmu, Dek?" tanya Rion yang sekarang berlutut di hadapan Ayanda.

"Baik, Mas," jawab Ayanda seraya tersenyum.

"Bagaimana dengan si kembar Ayah?" Tangannya mengusap perut Ayanda yang sudah sedikit membuncit.

"Baik Ayah duren," sahut Arya.

Gio dan Ayanda pun tertawa. Begitulah hubungan mereka sekarang, seperti keluarga. Rion sudah benar-benar ikhlas merelakan Ayanda untuk Giondra. Apalagi, melihat kebahagiaan yang selalu terpancar dari wajah mantan istrinya. Ia selalu berdoa agar Ayanda bahagia selamanya. Kebahagiaan Ayanda adalah kebahagiaan dirinya juga.

Mereka mengadakan meeting bulanan, membahas tentang kerja sama antara toko Rion dan juga retail Gio. Ayanda hanya mendengarkan saja seraya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Kehamilannya kali ini, membuat Gio harus ekstra sabar karena istrinya tidak ingin jauh dari dirinya. Ditambah, kondisi kandungannya yang lemah membuat Gio harus menjadi suami siaga.

Setelah rapat selesai, Gio dan juga Ayanda kembali ke apartemennya yang berada di Jakarta. Sedangkan Rion dan Arya masih sibuk untuk kembali bekerja.

Suara ketukan pintu mengalihkan kefokusan Arya dan Rion. Sita masuk ke ruangan Bossnya dengan membawa setumpuk laporan.

"Nih Bang duda." Sita meletakkan laporannya di atas meja Rion. Rion hanya berdecak kesal sedangkan Arya tertawa bahagia.

"Pada ngelunjak ya lu pada. Gak ada hormat-hormatnya sama atasan," ucapnya penuh emosi.

Arya bergegas berdiri, dan meletakkan tangannya seperti orang yang sedang hormat kepada sang saka merah putih.

"Hormat, Bang duda."

"Sialan, kampret!!" Hanya umpatan yang keluar dari mulut Rion dan di balas dengan tertawa girang para bawahannya.

"Gara-gara si banci kaleng, wibawa gua jadi ilang kan," ujarnya.

"Najis, sejak kapan lu punya wibawa? Nih ada juga Ari Wibawa," Arya menjawab.

"Wibowo, nyet!!" pekiknya.

Sita dan Arya terus saja menggoda Rion, hubungan mereka kini semakin dekat. Tidak ada kecanggungan lagi dari diri Sita. Ia bisa menimpali kegesrekan kedua atasannya ini. Kemajuan toko ini karena kerja tim yang solid, Rion, Arya, dan juga Sita.

Suara tawa mereka terhenti ketika seorang gadis masuk ke ruangan Rion tanpa permisi dengan menghentakkan kaki, dan wajah yang dilipat hingga lipatan terkecil.

"Kenapa Ayah gak jemput?" Marahnya.

Rion menepuk jidatnya karena benar-benar lupa. Dia lupa jika harus menjemput putri satu-satunya ini di sekolah.

"Panas ... Haus ...."

Rion mengacak-acak poni Echa. "Beli booba?" tanyanya. Dengan cepat Echa mengangguk dan tersenyum lebar.

"Dasar bocah bandel," ejek Arya.

Echa memicingkan matanya tajam. "Om buluk, bujang lapuk," ucapan dari Echa sontak membuat Sita dan Rion tertawa.

"Gua pites lu," kesalnya.

"Ayah pecat Om buluk tuh, biar tidak menularkan kebulukannya kepada Ayah duren Echa," pintanya kepada Rion. Rion hanya tertawa mendengar ucapan dari putrinya ini.

Sampai sekarang, Rion belum bisa membuka hatinya kepada wanita lain. Dia takut akan menyakiti putrinya. Hidup berdua dengan putrinya lebih indah dan bahagia. Tidak perlu penambahan anggota baru, jika nantinya akan membuat putrinya terluka. Ya, itulah prinsip hidupnya sekarang.

-------

Setelah selesai membeli booba, Rion dan juga Echa pulang ke rumah. Rumah yang dulu mereka tempati bersama Ayanda. Hanya saja, sekarang rumah ini sudah ramai karena kehadiran nenek dan juga onty Echa.

"Gak bosen-bosennya itu Chut minum begituan," ucap Nisa yang melihat Echa sedang menikmati minuman kesukaannya.

"Enak onty," jawabnya.

"Dek, mau tidur di sini atau sama Mamah?" tanya Rion yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Di sini aja, ntar malam kita nonton film horor terbaru," bisik Nisa.

"Di sini aja, Yah. Izinin ke Mamah ya." Rion pun menuruti keinginan putri semata wayangnya.

Bukannya Echa tidak memiliki ponsel, hanya saja dia tidak mau mendengar ceramah tujuh menit dari Mamahnya. Selama hamil kebawelan mamahnya semakin meningkat.

Rion pun langsung menghubungi Ayanda, dan Ayanda pun mengijinkannya. Sebenarnya, kedua orangtua Echa membebaskan Echa untuk tinggal di manapun. Akan tetapi, harus ada pemberitahuan terlebih dahulu agar tidak menimbulkan kekhawatiran. Membesarkan anak dari orangtua yang tidak utuh, terasa sangat sulit. Di sini Echa sangat beruntung. Dia memiliki kasih sayang yang luar biasa dari kedua orangtuanya dan juga Papa sambungnya. Memiliki dua orang ayah yang kaya raya mempermudah dirinya. Itulah yang selalu ada dalam benak Echa. Tak dipungkiri, Echa pun sangat menyayangi kedua orangtuanya dan juga papa sambungnya. Mereka bertiga adalah orang-orang yang berjasa dalam hidup Echa.

"Nek, Echa pengen mie goreng," rengeknya pada sang nenek.

"Bikin sendiri Dek, udah gede. Belajar mandiri," ucap seseorang yang baru saja masuk ke dalam rumah.

Echa hanya memanyunkan bibirnya. Dia sangat hafal dengan suara itu. Suara ibu ratu.

"Sama siapa , Teh?" tanya Bu Dina sangat gembira dengan kedatangan Ayanda.

"Sama Daddy-nya si utun, Mah," sahutnya. Tak lama Gio masuk dan disambut oleh Bu Dina dan juga Nisa. Gio terus menggandeng tangan Ayanda membuat Bu Dina merasa bahagia. Pilihan mantan menantunya sangat tepat.

"Kenapa sih anak Papa?" Melihat Echa yang memanyunkan bibirnya.

"Aku mau mie goreng," jawabnya.

"Bikin sama Papa, yuk," ajaknya.

"Papa bisa?"

"Bisa dong." Seraya tersenyum kepada Echa. Gio dan Echa pun pergi ke dapur.

Rion baru saja keluar dari kamarnya. Melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Di sana sudah ada Ayanda bersama Nisa dan juga mamahnya. Tawa bahagia bisa Rion lihat, hatinya pun ikut bahagia melihat wanita yang masih singgah di hatinya ini bahagia. Tak lama Gio menghampiri Ayanda dan menyuapi Ayanda dengan telaten dengan penuh rasa cinta. Ditambah Echa yang sangat dekat dengan papa sambungnya.

Semoga kalian selalu bahagia, bahagia kalian adalah bahagiaku.

Rion bergabung dengan semua orang yang berada di ruang keluarga. Gelak tawa, suasana hangat mewarnai malam ini. Tidak hanya mereka yang bahagia. Para ART pun ikut senang melihat kedekatan majikannya dengan mantan istri dan suami barunya.

"Semoga kelak Bapak bisa mendapatkan pengganti Ibu," ucap Mbak Ina seraya berdoa.

*****

Baru netas, semoga kalian suka ya dengan ceritanya ...

2. Asisten Baru

Rutinitas seorang Rion Juanda setelah mengantarkan putrinya sekolah adalah menuju kantor pusat. Sebuah ruko yang cukup besar untuk dijadikan kantor. Baru saja ia turun dari mobil, teriakan dari seseorang yang sangat ia kenali terdengar.

"Bang duda!"

Rion hanya berdecak kesal, terlebih para wanita yang sedang berlalu lalang melihat ke arah Rion dengan tersenyum. Rion malu setengah mati. Ingin rasanya dia menenggelamkan Arya ke laut merah.

"Kampret, cucunguk jalu sia!" kesalnya.

Arya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sama sekali tidak mengerti dengan bahasa planet yang Rion katakan.

"Kalo ngomong sama cucu Sultan pake bahasa manusia lah. Itu apaan coba cu-cu-nguk jalu?"

"Itu artinya pria tampan," jawab Rion sambil menepuk bahu Arya. Melangkahkan kakinya mendahului Arya.

"Oh jadi si cucunguk jalu cowok ganteng," ulangnya.

Rion hanya menganggukkan kepalanya dengan mengulum bibir menahan tawa. Rion pun menuju ruangannya, membuka berkas dan menghidupkan laptopnya. Suara pintu terbuka, namun Rion masih fokus dengan laptopnya.

"Hari ini ada asisten baru buat lu. Udah lolos seleksi." Pemberitahuan Arya hanya dijawab dengan anggukan kepala tanpa mengeluarkan suara.

"Gua harap lu bersikap baik tuh sama karyawan baru, jangan lu judesin dan jangan pecat lagi. Capek gua nyariin asisten mulu buat lu. Sehari ganti, berasa kayak baju tuh asisten." Arya mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dadanya. Itu juga baru sebagian, masih banyak kekesalan yang dia pendam sendiri karena kelakuan boss gilanya ini.

Rion menatap Arya dengan raut tidak suka. "suruh siapa pada lenjeh sama gua," sahutnya.

"Eh, bege. Lu pan duda wajar aja kalo mereka pada tebar pesona," balas Arya bersungut-sungut.

"Sorry, gua gak tertarik," jawabnya enteng.

"Serah lu lah, percuma ngomong sama Bang duda yang gagal move on. Mending lu gali tanah noh, masuk ke dalam lubang. Biar gua kubur hidup-hidup. Tiap detik nyusahin gua mulu," sungut Arya.

"Wajar lah lu bawahan gua, harus mau gua susahin," jawabnya tak mau kalah.

"Nyusahin tiap detik gaji kagak naik-naik. Kalah gua sama asisten rumah tangga Andra noh, gajinya 10 jetong. Pada makmur jaya mereka," tuturnya.

"Ya udah sono lu, ngelamar jadi kang kebon si Gio," ejeknya.

"Eh nyet, mana ada kang kebon gantengnya kaya oppa Korea begini," balasnya dengan merapihkan penampilannya.

"Sok ganteng lu," celanya.

Arya hanya mendelikan matanya ke arah Rion. Suara ketukan pintu pun terdengar. Perdebatan mereka pun berakhir.

"Masuk!" jawab Rion. Dia kembali fokus ke pekerjaannya yang terganggu oleh si cucunguk jalu.

Seorang wanita dengan rambut sebahu, berwajah manis dan berpenampilan sederhana masuk ke dalam ruangannya. Arya tersenyum ke arah wanita itu. Dibalas dengan senyum manis oleh wanita berparas ayu itu.

"Panggil Bang duda," bisik Arya pada karyawan baru. Calon asisten Rion hanya melongo dan menatap ke arah Arya.

"Tenang, udah jinak," balasnya.

Mau tidak mau si karyawan baru menuruti perkataan atasannya yang satu ini. CV sudah diletakkan di atas meja kerja Rion, namun Rion Masih fokus dengan laptopnya.

"Woiy, nih orang udah pegel berdiri aja. Suruh duduk ngapa," ucap Arya yang gemas akan kelakuan sahabatnya ini.

Rion melangkahkan kakinya menuju sofa yang berada di samping jendela, tak lupa membawa CV yang baru saja diserahkan karyawan barunya. Arya dan karyawan baru mengikuti langkah Rion.

Wanita di hadapan Rion dan Arya merasa gugup, ia hanya bisa mengeratkan kedua tangannya seraya berdoa di dalam hatinya.

"Sheza Indriani."

Suara Rion mampu mengangkat kepala Sheza yang sedari tadi menunduk. Tatapan mereka bertemu. Jantung Sheza berdegup sangat kencang.

Masya Allah, gantengnya ....

Sheza tak berkedip melihat wajah tampan Rion. Tatapan kagum yang luar biasa sangat terlihat jelas. Jantungnya pun tidak bisa diajak slow sekarang.

"Biasa aja tuh mata. Mau saya pecat," ucapan dari Rion menyadarkan Sheza dari lamunannya.

Astaghfirullah ...

Gua tarik dah kata-kata tadi. Ternyata judes level mampoes, gerutunya dalam hati.

Arya hanya tertawa melihat kedua orang ini. Dia bangun dari duduknya. "udah waktunya gua berangkat." Arya pamit kepada Rion.

"Sabarin aja, anggap aja omongannya kaya kentut. Baunya cuma sesaat," bisik Arya pada Sheza. Sheza yang tak mengerti maksudnya hanya menganggukkan kepala.

Arya meninggalkan ruangan Rion, dan kini yang berada di sana hanya mereka berdua. Sheza nampak tegang dengan keseriusan Rion yang membaca CV-nya. Dari awal Arya bilang, walaupun lolos seleksi tapi harus melewati seleksi dari Bossnya. Keringat dingin membasahi telapak tangan Sheza.

"Kamu saya terima jadi asisten pribadi saya." Hanya itu yang Rion ucapkan. Dia melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya. Sedangkan Sheza masih mematung di tempatnya.

"Nanti akan saya kirim tugas apa saja yang harus kamu kerjakan via e-mail," jelas Rion. Sheza hanya menganggukkan kepala dan tak beranjak dari duduknya.

Rion berdecak kesal karena Sheza masih berada di sana. "ngapain masih di situ?" bentaknya. Secepat kilat Sheza bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan Boss judesnya.

"Itu mulut abis nyemilin cabe berapa karung sih. Pedesnya nampol pake banget. Mulut netizen sama mulut emak-emak kang ghibah mah lewat," gerutunya.

Suara e-mail masuk berdenting, Sheza langsung membukanya. Dia hanya manggut-manggut membaca tugasnya sebagai asisten pribadi Boss judes level mampoes.

Seorang wanita cantik menghampirinya. "sabar ya, jangan buru-buru melambaikan tangan pada kamera. Aslinya Bang duda itu baik kok." Nasihat Sita yang hendak berangkat ke luar kota bersama Arya.

"Iya, mbak." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Sheza.

"Jangan diambil hati, langsung masukin ke jantung." Diiringi tertawa renyah dari Sita. Sheza hanya menggelengkan kepalanya.

Karyawan di kantor ini semuanya gak beres.

Pekerjaan Sheza terbilang banyak hari ini. Arya dan Sita tidak ada , jadi semua tugas mereka dialihkan kepada Sheza oleh Rion. Waktu terus berputar, karena terlalu serius dengan pekerjaannya Sheza melewatkan makan siangnya. Sedangkan Bossnya tidak tahu kemana, keluar ruangan tanpa bicara sepatah kata pun.

Di sinilah Rion, di sekolah putrinya. Dia sedang menjemput Echa. Dengan sedikit berlari Echa masuk ke dalam mobil ayahnya. Mereka makan siang terlebih dahulu di tempat yang Echa pilih. Ketika mereka berdua sudah selesai makan, Rion memesan makanan lagi tapi untuk dibawa pulang.

"Itu buat siapa? Kan kita mau ke kantor Ayah." Echa sedikit heran dengan ayahnya.

"Buat pegawai baru, sepertinya dia melewatkan makan siang karena kerjaan yang banyak. Om buluk (Arya) sama Tante gesrek (Sita) lagi keluar kota." Echa hanya memicingkan mata tajamnya terhadap ayahnya.

"Pasti perempuan kan karyawan Ayah. Pokoknya Echa gak mau punya ibu tiri " kata-kata Echa itulah yang membuat Rion masih menutup hatinya untuk wanita lain. Dia juga belum bisa sepenuhnya melupakan mantan istrinya.

Rion dan Echa sudah tiba di kantor. Rion berjalan di depan Echa yang sedang asyik memakan cemilannya. Setelah berada di depan ruangannya, Rion meletakkan makanan di atas meja Sheza. "makan dulu," Rion pun langsung masuk ke ruangannya.

Sheza hanya bengong dibuatnya, lalu senyuman manis tersungging dari bibirnya. Tatapan tajam dari seorang gadis yang seolah menabuhkan genderang perang membuyarkan senyumannya. Sheza pun tersenyum sopan kepadanya. "jangan berharap lebih dari Ayah," kata yang sangat mematikan dari mulut Echa pun keluar.

Sheza hanya mengelus dadanya. Belum sampai sehari dirinya sudah kena semprot berkali-kali dari Bossnya dan juga anak Bossnya yang tak kalah tajam mulutnya.

*****

Semoga kalian suka ya ...

Jangan lupa bantu rate bintang 5 ya ...

Jangan pelit sama jempol, komen dan votenya ya Sayang ... 😁

Happy reading semua...

3. Wanita Lagi

Rion baru saja menginjakkan kaki di rumahnya. Suara gelak tawa terdengar riuh dari ruang tamu. Hanya helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Rion.

"Siapa lagi itu?" gerutunya.

Baru saja dirinya masuk ke dalam rumah, sudah disambut senyuman penuh makna dari mamahnya dan juga wanita yang sedang duduk bersama Bu Dina.

"Udah pulang, A?" tanya mamahnya. Rion hanya menjawab dengan anggukan kepala. Bu Dina menarik tangan putra sulungnya agar bergabung dengan dirinya dan seorang wanita cantik di ruang keluarga. Wajah berparas cantik dengan senyuman indah menjulurkan tangan ke arah Rion.

"Amanda," katanya.

"Mungkin kamu sudah tau nama saya dari Mamah," ketusnya tanpa mau menjabat tangan Amanda. Wajah wanita cantik itu langsung terlihat lesu tak bergairah.

Ini duda sok jual mahal banget. Gua kasih yang enak-enak, ntar juga luluh, batinnya.

Bu Dina memelototkan matanya kepada Rion. Sama sekali tidak digubris oleh anaknya. "Aa cape, masih banyak kerjaan." Rion meninggalkan mereka berdua. Melangkahkan kaki menuju kamar atas yang sekarang disulap menjadi ruang kerja.

Rion bersandar di kursi kebesarannya. Hari ini kepalanya pusing tujuh keliling. Di kantor dia diceramahi oleh putrinya supaya jangan tergoda asisten baru. Di rumah, acara jodoh-menjodohkan ala mamahnya membuat kepalanya semakin berat.

"Gencar banget si Mamah jodoh-jodohin Aa. Kayak Aa gak laku aja," ucap Nisa yang baru saja menutup pintu ruangan kerja kakaknya dari dalam.

"Tau ah, pusing," keluhnya.

"Eh A, sejak kapan mulut Aa pedes banget kayak cabe setan?" Pertanyaan Nisa hanya dijawab dengan tatapan tajam kakaknya.

"Aa tuh banyak berubah tau, setelah berpisah sama Teteh. Tapi Nisa suka, sifat genit Aa ke cewek berubah jadi jutek tingkat dewa." Setelah mendengar ucapan Nisa Rion beranjak dari duduknya menuju pintu balkon. Nisa tahu kakaknya pasti akan kabur lewat pintu ini. Secara, itu adalah pintu rahasia yang selalu Rion gunakan jika penyakit Mamahnya kumat. Penyakit mencarikan jodoh untuk kakak lelaki yang sangat Nisa sayangi.

"Mau kemana?" tanya Nisa setelah Rion membuka pintu balkon.

"Apartemen Yanda."

"Nisa ikut."

"Matikan ponselmu, pasti Mamah akan menghubungi kita." Nisa pun menuruti perkataan kakaknya. Mereka pun kabur lewat pintu rahasia. Hanya Rion yang dapat membuka pintu rahasia itu.

Nisa benar-benar dikejutkan ketika kakaknya memesan taksi online untuk pergi ke Apartemen Ayanda.

"Kenapa gak bawa mobil aja sih, A?" Rion hanya berdecak kesal.

"Kalo bawa mobil pasti ketahuan Mamah. Cik mikir atuh." Nisa hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lupa jika mereka sedang kabur.

Di rumah Rion, Amanda merasa bosan. Dia memutuskan untuk pulang, karena pria yang sudah lama dia tunggu tidak mau menemaninya walau hanya untuk mengobrol.

"Tante, aku pulang deh. A Rion kayaknya gak suka sama aku." Bu Dina memegang tangan Amanda dengan lembut.

"Maafkan anak Tante ya. Dia masih belum bisa move on dari mantan istrinya," jelasnya. Bu Dina merasa tidak enak kepada Amanda.

Secantik apa sih mantan istrinya? batinnya.

Bu Dina pun naik ke lantai atas untuk menemui Rion. Diketuknya pintu ruang kerja Rion, tidak ada jawaban. Berkali-kali mamahnya mengetuk pintu, sama sekali tak ada jawaban dari dalam. Bu Dina pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan putranya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Dia beralih ke kamar Nisa, Nisa pun tidak ada.

"Kamarana maneh budak bangor," geramnya.

Rion dan Nisa sudah tiba di depan apartemen Yanda dan Gio. Ketukan pintu menghentikan sambungan telpon antara Yanda dan Gio.

📱 "Bentar ya Dad, ada tamu kayaknya."

📲 "Siapa Mom? Mau Maghrib begini."

📱 "Gak tau Dad, Mommy liat dulu ya."

📲 "Jangan dimatiin handphonenya Mom, Daddy khawatir."

📱 "Iya."

Ayanda beranjak dari kegiatan rebahannya. Berjalan menuju pintu. Baru saja Ayanda membuka pintu, wajah kusut dan kucel Rion nampak terlihat jelas. Tanpa basa-basi Rion masuk ke apartemen mantan istrinya dan langsung menuju dapur. Mengambil air minum karena tenggorakannya sudah kering kerontang.

📲 "Siapa Mom?" tanya Gio karena sambungan telpon mereka masih terhubung.

📱 "Penghuni rumah Mamah, Dad."

📲 "Kabur lagi?"

📱 "Sepertinya seperti itu. Ya udah Mommy tutup telponnya ya. Hati-hati Dad."

Panggilan telepon antara suami-istri yang kelewat mesra ini pun berakhir. Setelah Ayanda dinyatakan hamil, Gio meminta kepada Ayanda untuk memanggilnya Daddy dan dirinya memanggil Ayanda Mommy.

"A Gio kemana?" tanya Nisa ketika Ayanda sudah mengakhiri panggilan dengan suaminya.

"Ada meeting dadakan."

"Tumben kamu gak dibawa?" tanya Rion yang baru saja mendudukkan diri bersama Ayanda dan adiknya.

"Ada Echa, jadi aku ada teman di rumah. Ditambah kalian datang kesini," jawabnya dengan wajah bahagia karena kedatangan penghuni rumah Mamahnya.

Rion menyandarkan kepalanya di sofa, sedangkan Nisa asyik menggonta-ganti channel tv.

"Wanita lagi?" Mendengar pertanyaan Ayanda Rion membuka matanya.

"Lelah aku Dek. Semakin aku menolak semakin Mamah bersikeras untuk menjodohkan dengan anak-anak teman Mamah," jawabnya.

Nisa dan Ayanda pun hanya tertawa. Rion hanya melirik kesal ke arah dua wanita di hadapannya.

"Kenapa kamu gak mau, Mas? Pilihan Mamah pasti yang terbaik untukmu. Lupakan kata-katamu waktu itu. Kamu juga perlu bahagia," ujar Ayanda.

"Tidak semudah itu, Dek." Rion kembali memejamkan matanya.

"Aku bukan hanya mencari istri tapi mencari ibu untuk putriku," jelasnya.

"Mencari wanita yang benar-benar tulus itu susah. Mereka mau sama aku, tapi kepada anakku? Apakah mereka mau menganggap putriku seperti anak mereka sendiri?" lanjut Rion.

Ayanda dan Nisa hanya membisu. Ucapan dari Rion murni dari relung hatinya paling dalam. Ternyata Rion yang dulu hanya mementingkan dirinya sendiri kini menjadi Ayah yang sangat bertanggung jawab.

"Aku ingin memiliki pasangan yang sifatnya seperti suamimu. Yang mampu menerima statusku serta menerima putriku dan menyayanginya dengan tulus." Senyum lebar merekah dari bibir mungil Ayanda.

"Aku juga sangat beruntung ditakdirkan bersamanya, Mas," ungkapnya.

Tidak ada cemburu yang Rion rasakan ketika Ayanda memuji Gio dihadapannya. Hanya rasa bahagia yang ada di hatinya.

Pintu apartemen terbuka, Gio sudah pulang dari meetingnya. Dengan tidak tau malunya Gio mencium kening dan juga mengecup bibir mungil Ayanda di hadapan Rion dan juga Nisa.

"Atuh lah, jangan beradegan mesum dihadapan duda,"ucap Rion dengan nada kesal.

"Tau ah, Nisa kan masih jomblo. Jadi pengen kan dimanja begitu," tuturnya.

Ayanda dan Gio hanya tertawa, sedangkan Rion sudah menjitak kepala Nisa.

"Kuliah yang benar, baru mikirin nikah. Aa juga belum," ujarnya.

"Iya, belum dua kali." Jawaban Nisa semakin membuat Gio dan Ayanda tertawa.

"Hari ini ada asisten baru lagi, ya," ucap Gio yang sedang menyuapi pizza yang ia bawa kepada istrinya.

"Iya," jawab Rion sambil mengunyah.

"Cantik, kan." Ucapan Gio membuat Ayanda menatap sinis kepada suaminya. Nisa mengulum bibirnya. Dalam hatinya, perang dunia akan terjadi lagi.

"Nggak Mom. Tadi Daddy dapet laporan dari Arya, dia bilangnya begitu." Gio pun mengecup ujung kepala istrinya agar amarahnya mereda.

"Gak usah ngebahas itu lah. Gua udah dapat ultimatum ditambah ceramah 2 jam nonstop dari anaknya Mamah Dedeh."

"Siapa?" tanya Gio, Ayanda dan Nisa berbarengan.

"Echa."

Mereka bertiga pun tertawa mendengar cerita Rion. Seorang Rion Juanda kini ada pawangnya, putrinya sendiri.

*****

Semoga terhibur ..

Happy Reading ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!