Rion dengan setengah berlari masuk ke dalam rumah sakit. Setengah jam lalu dia mendapat kabar genting dari Remon. Dilihatnya Ayanda sedang menangis di ruang tunggu. Langkahnya semakin dipercepat diikuti oleh Arya dan juga Sheza yang baru saja selesai meeting.
"Dek," panggil Rion.
Ayanda memeluk tubuh Rion dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. "Gio, Mas," ucapnya sangat lirih.
"Tenang Dek, Gio pasti kuat." Rion menenangkan Ayanda dan membalas pelukan Ayanda tak kalah erat.
Pelukan Ayanda adalah pelukan seorang adik yang meminta perlindungan kepada kakaknya. Itulah yang Rion rasakan. Ada sepasang mata yang menatapnya nanar. Air matanya ingin sekali jatuh di pelupuk matanya, namun masih dia tahan. Dadanya sesak sekali melihat Bossnya berpelukan dengan mantan istrinya. Setelah beberapa hari ini perlakuan Rion sangat lembut dan baik kepada Sheza. Ternyata Sheza mengartikannya salah.
"Dek, infusanmu," imbuh Rion yang melihat darah yang sudah naik ke selang infus yang terpasang di tangan Ayanda.
"Itu tidak sebanding dengan kesakitan Gio," jawabnya dengan masih terisak.
Sheza memanggil perawat untuk membenarkan selang infus Ayanda hingga berjalan dengan lancar lagi. Sedangkan Ayanda masih nyaman bersandar di bahu Rion. Remon pun keluar dari ruang tindakan.
"Mon," panggil Ayanda.
"Boss tidak apa-apa, hanya tergores pisau saja. Tapi lukanya cukup dalam," terang Remon dengan seulas senyum.
Wajah Ayanda semakin pilu mendengar ucapan Remon. Bulir bening pun tak mampu dia tahan, terjatuh lagi dan lagi. Ayanda menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa suaminya. Dia yang selalu menjadi penyebab semua kekacauan.
"Mon, bagaimana bisa terjadi?" tanya Arya.
# flashback on
Dengan secepat kilat Ayuna mengarahkan pisau ke perut Ayanda, tapi dengan cepat Gio menghadangnya
Sehingga perut Gio lah yang terkena goresan pisau yang cukup dalam. Darah pun bercucuran.
"Daddy," teriak Ayanda histeris.
Ayuna bergegas meninggalkan ruangan itu dengan tubuh yang gemetar dan lemas hingga pisaunya terjatuh. Remon yang baru saja selesai makan siang bergegas kembali ke ruang perawatan istri dari Bossnya karena perasaannya mulai gelisah tak karuhan.
Baru saja Remon membuka pintu, matanya seperti hendak terlepas dari tempatnya. Perut Bossnya sudah berlumuran darah dan baju yang dikenakan istri dari Bossnya pun sudah terkena banyak darah. Dan sebuah pisau yang tergelatak tak jauh dari tempat Bossnya berada.
"Bawa Daddy, Mon," teriak Ayanda.
Dengan cepat Remon membawa tubuh Gio menuju IGD. Sebelum dibawa oleh Remon, Gio tersenyum ke arah istrinya dan mengecup kening istrinya. "Daddy tidak apa-apa."
Setelah para dokter khusus didatangkan, ternyata Gio hanya mengalami luka goresan yang cukup dalam dan mengharuskan lukanya ditutup dengan beberapa jahitan.
Tak berselang lama, anak buah Gio sudah berhasil menangkap Ayuna dan menjebloskannya ke penjara. Akan tetapi, sekarang Ayuna sedang diperiksa kejiwaannya. Ada kemungkinan kejiwaannya terganggu.
# flashback off.
"Nona bisa menemui boss sekarang. Boss sudah selesai tindakan," ujar Remon dan memapah tubuh Ayanda menemui Gio.
Seringai senyum nampak di wajah Giondra melihat kedatangan istrinya. Berbeda dengan Ayanda yang menatapnya sangat sedih. Ayanda sudah berada di sisi ranjang pesakitan Gio, suaminya meraih tangan Ayanda lalu menciumnya. Ayanda tetap tak bergeming. Gio menatapnya, bulir air mata kini terjun bebas membasahi pipi mulus istrinya.
Gio langsung memeluk tubuh Ayanda. "Mom, don't cry. I'm fine," ucap Gio.
Isakan semakin terdengar lirih, Gio membiarkan istrinya menangis dalam dekapannya. Remon hanya memandang kagum kepada Nona mudanya ini. Rasa sayangnya begitu tulus kepada Bossnya. Sama seperti Bossnya yang sangat tulus mencintainya.
Di luar ruangan, tidak ada pembicaraan dari ketiga orang ini. Mereka menyelami pikirannya masing-masing. Hingga suara seorang wanita yang sangat tidak asing membuat Arya dan Rion menoleh.
"Dinda," ucap Arya dan Rion bersamaan.
Dinda hanya menjawab dengan senyuman tulus. Sheza yang tidak tahu apa-apa hanya melihatnya dengan tatapan bingung.
"Sedang apa kalian di sini?" tanya Dinda.
"Kita sedang ...." jawab Rion menggantung.
"Mas, kita ...." ucap Ayanda yang sedikit syok melihat wanita dihadapannya.
Arya hanya menepuk jidatnya. Peperangan masa lalu akan segera di mulai. Begitulah batin Arya.
"Mom, ayo kita ...." Ucapan Gio pun terhenti. Wajahnya merah, dia tahu siapa wanita didepannya ini. Dinda pun menundukkan kepalanya. Masih ada rasa takut di hatinya untuk menatap Giondra.
"Kenapa diam?" tanya polos Sheza.
Sheza pun beranjak dari duduknya dan menghampiri Ayanda. Dia tahu keadaan saat ini sedang mencekam.
"Bu, ayo kita ke kamar. Ganti pakaian Ibu karena sudah dipenuhi noda darah. Tidak baik untuk kesehatan janin," ucap Sheza seraya tersenyum.
Dia membantu Ayanda berjalan menuju ruang perawatannya diikuti Gio yang duduk di kursi roda dan didorong oleh Remon.
Tak lama Arya pun mengikuti langkah Sheza. Arya menepuk bahu Rion. "Selesaikan apa yang belum selesai. Atau memulai apa yang seharusnya dimulai," ujarnya.
Rion sangat paham apa yang dikatakan Arya. Kalimat yang berbelit tapi sarat akan makna.
Di sini tinggallah Rion dan juga Dinda. Masih ada rasa cinta di mata Dinda untuk Rion begitu pula Rion meskipun hanya secuil.
"Maafkan aku," kata Dinda dengan menundukkan kepalanya.
"Semuanya sudah berlalu, Yanda sudah bahagia dengan suaminya," balas Rion.
"Jika aku tidak hadir mungkin ...."
"Ini semua bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga bersalah. Jika dulu kita tidak saling jatuh cinta mungkin kita tidak akan menyakiti wanita lain," timpal Rion.
"Yanda tidak pantas untuk disakiti," ujar Dinda .
"Wanita seperti Yanda patut mendapatkan pria yang baik dan tulus juga. Dan sekarang dia menemukan pria yang jauh lebih baik dari aku," imbuh Rion dengan tersenyum.
Di dalam ruang perawatan.
Ayanda sudah berganti pakaian dan sudah berbaring di ranjang pesakitan bersama suaminya. Sedangkan Sheza dan Remon berada di ruang tamu.
"Are you okay?" tanya Gio yang kini memeluk tubuh Ayanda.
Tidak ada jawaban apapun dari Ayanda. Dia malah memeluk pinggang Gio dengan erat. Gio sangat tahu, jika Dinda adalah trauma terbesar dalam hidup Ayanda.
"Mom." Gio membelai rambut istrinya dan menciumi ujung rambutnya.
"Dad, apakah trauma ini akan hilang seiring berjalannya waktu?" tanya Ayanda
"Ada Daddy yang akan menghilangkan trauma Mommy, dan ada baby twin yang akan membuat Mommy lupa akan kejadian pahit masa lalu."
Ayanda mendongak ke arah suaminya dan mengecup lembut bibir Gio. Gio hanya tersenyum dan Ayanda semakin mengeratkan pelukannya. Secara tidak langsung Ayanda menegaskan jika Giondra hanya miliknya dan tidak ingin berbagi dengan wanita manapun. Cukup dia bodoh di masa lalu tapi tidak untuk saat ini.
Di ruang tamu perawatan Sheza menyelami pikirannya. Bayang-bayang senyum manis Rion berputar-putar di kepalanya.
# flashback on.
Beberapa hari yang lalu, setelah dia memeluk Echa yang sangat kacau sikap Rion berubah padanya. Ucapannya sangat lembut dan juga memberikan sedikit perhatian kepada Sheza. Hati Sheza merasa hangat mendapat perlakuan manis dari Bossnya. Setiap hari hatinya selalu berbunga jika Rion tersenyum tulus padanya.
"Kenapa masih di sini?" tanya Rion yang sudah mau masuk ke dalam mobilnya.
"Saya sedang memesan ojek online tapi belum ada yang menerima pick up-an saya," jawabnya.
"Saya antar," tegasnya.
Sheza masih mematung di tempatnya. "Ayo masuk," ajak Rion.
Baru setengah perjalanan, Sheza meminta Rion untuk menghentikan mobilnya. "Kenapa di sini?" tanya Rion heran.
"Setelah saya pulang dari kantor. Saya bantu-bantu di warung bakso ini, Pak," ucapnya dengan senyuman lebar.
Rion mengernyitkan dahinya tak mengerti. "Lumayan Pak untuk nambah-nambah biaya kosan saya dan juga dapat makan malam gratis," ujarnya dengan kekehan kecil.
Rion terdiam mendengar ucapan dari asistennya ini. Dia benar-benar tak percaya, tubuh sekecil Sheza mampu bekerja extra time. Mengingatkannya pada sosok Ayanda.
Rion pun mengikuti Sheza masuk ke warung bakso sederhana. Rion menunggu di meja sedangkan Sheza sedang mengganti pakaiannya.
Seorang wanita tersenyum ke arahnya dengan rambut dicepol tinggi membuat Rion tak mengedipkan matanya. Aura kecantikan Sheza sangat terpancar ketika dia tidak menggunakan make up.
Sheza menghampiri Rion dengan membawa dua mangkuk bakso. "Ini Pak, silahkan dicoba," ucapnya sopan.
Tanpa sadar Rion menarik tangan Sheza agar duduk disebelahnya. Memandang wajah cantik nan mungil wanita dihadapannya. Wajah Sheza seperti kepiting rebus, merona. Sheza pun memberanikan diri menatap mata Bossnya dengan tersenyum hangat ke arahnya. Mata mereka saling bertemu, satu menit, dua menit, tiga menit dan sekarang sudah lima menit mereka hanya saling pandang tanpa bersuara. Hanya senyuman yang terukir dari bibir mereka berdua.
# flashback off.
Hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Sheza.
Ternyata aku terlalu percaya diri mengartikan sikapnya. Buang jauh-jauh rasa ini, jangan bermimpi Sheza. Wanita susah sepertimu tidak pantas mendampingi pria mapan dan kaya. Kisah manis itu hanya ada di novel.
Begitulah batin Sheza.
*****
Happy reading ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Suciati Isbiyantoro
sesha takdir allah akan indah pada waktunya.
2021-06-19
0
Adriana Bulan Juk Hat
Ayuna licik
2021-06-13
0
Dinda Kirana agustina
banyak tokoh nya ya...
2021-06-12
0