Keesokan harinya Arya sudah kembali seperti semula, dia bergegas masuk ke ruangan Bossnya. Duduk santai di atas sofa dengan kaki yang dinaikkan ke atas meja. Tak lama Rion memasuki ruangannya. Rion hanya berdecak kesal melihat tingkah tak sopan Arya.
"Ngapain lu pagi-pagi ada di ruangan gua," ucap Rion dengan bersungut-sungut.
"Gimana makan malam lu? Lancar?" tanya Arya yang masih fokus dengan ponselnya.
Rion pun menghampiri Arya dan duduk di hadapannya seraya menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Gua gak datang," jawabnya dengan memejamkan mata.
Arya yang sedari tadi fokus ke ponselnya akhirnya mendongakkan kepalanya menatap Rion.
"Kenapa?"
Rion menghela nafas kasar sebelum menjawabnya. "Males, terus gua ketiduran," tuturnya.
"Kenapa gak coba aja dulu sih?" tanya Arya.
"Lu kira hati dan perasaan buat main-main. Kenapa lu yang ngebet?" sahut Rion.
Arya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar dugaannya, jika Rion tidak akan berangkat ke acara makan malam itu. Rion belum sepenuhnya bisa melupakan Ayanda dan sulit membuka hatinya untuk wanita lain.
Setelah acara sesi tanya jawab selesai, mereka berdua kembali fokus ke pekerjaan mereka masing-masing. Suara ketukan pintu dari luar membuat Rion menghentikan pekerjaannya sejenak.
"Masuk," jawab Rion.
Dengan senyuman manis, Sheza melangkahkan kaki ke arah Rion dan baru kali ini Rion menatap wajah Sheza dengan intens. Ada tatapan kagum di hatinya. Terlebih senyuman manis Sheza membuat Rion terperangah.
"Pak, siang ini ada pertemuan dengan Pak Danu," ucap Sheza. Rion masih menatap Sheza tanpa berkedip.
"Pak," panggil Sheza lagi. Setelah panggilan ketika Rion mulai sadar.
"Ehem, iya kenapa?" tanyanya kembali dingin.
"Siang ini ada pertemuan dengan Pak Danu," ucap Sheza ulang.
"Hm," jawab Rion. Sheza hanya menghela nafasnya, lalu pamit kepada Rion untuk melanjutkan pekerjaannya lagi.
Baru saja tangan Sheza meraih gagang pintu ucapan Rion seketika menghentikan langkah Sheza. "Kamu ikut ke acara meeting itu, bersiaplah."
Sheza hanya mematung di tempatnya. Tak biasanya Bossnya ini mengajak Sheza untuk pergi meeting. Apalagi sekarang ini, Arya ada di kantor pusat. Sheza memberanikan diri untuk membalikkan badannya, melihat ke arah Bossnya.
"Bukannya ada Pak Arya, Pak. Biasanya kan ...."
"Tidak ada bantahan," tegas Rion. Sheza pun membungkam mulutnya dan dengan cepat menuruti semua perintah Bossnya. Kemurkaan Rion adalah polusi suara yang akan menusuk hati Sheza.
Setelah Sheza keluar dari ruangan Rion, Arya mengernyitkan dahinya bingung. "Tumbenan banget lu nyuruh si Ceca ikut," ucap Arya sedikit curiga.
"Dia asisten pribadi gua, jadi harus melaksanakan tugasnya dengan baik. Menyiapkan segala kebutuhan gua di kantor dan juga meeting. Gua bayar dia mahal," cerocos Rion.
Mendengar ocehan Rion yang seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya yang nakal, Arya pun membungkam mulutnya. Melanjutkan pekerjaannya lagi.
Waktu makan siang pun telah tiba, Rion, Arya dan juga Sheza sudah bersiap untuk pergi ke sebuah restoran untuk diadakannya rapat tersebut. Mereka hanya menggunakan satu mobil yaitu mobil Arya, karena Rion sudah sedikit curiga dan mencium ada yang tidak beres dalam pertemuan siang ini.
Melalui spion depan, Rion melihat ke arah Sheza yang sedang fokus dengan ponselnya. Senyuman terukir di bibir Sheza yang terlihat sangat manis di mata Rion. Buru-buru Rion menepis pikirannya.
Mereka tiba di restoran, Pak Danu sudah menunggu di sana. Dengan sopan Rion mencium tangan Pak Danu. "Maaf, semalam saya ketiduran dan ponsel saya mati," ucapnya pada Pak Danu.
Pak Danu hanya menjawab dengan anggukan kepala seraya tersenyum. Sheza melihat ke arah Arya, hanya dijawab dengan mengangkat bahunya seolah tidak tahu.
Baru saja mereka memulai meeting-nya, kehadiran seorang wanita bergamis cantik dan berhijab menghentikan kegiatan mereka. Rion melihat ke arah wanita tersebut yang duduk di samping Pak Danu. Lalu mengalihkan pandangannya ke berkas yang sudah ada dihadapannya. Berbeda dengan Arya yang masih mengagumi Ayuna, kecantikan Ayuna mampu membuat Arya terperangah untuk ke sekian kalinya. Senggolan dari tangan Sheza membuat kesadaran Arya kembali.
"Fokus," bisiknya. Arya hanya berdecak kesal.
Selama meeting berlangsung Ayuna tak henti-hentinya memandangi wajah tampan Rion. Rion merasa risih dengan tatapan Ayuna.
"Maaf, bisa gak mbaknya tidak melihat saya seperti itu. Saya risih," ucap Rion yang mulai membuka suara dengan nada kesal. Seketika Ayuna menundukkan kepalanya malu dengan ucapan Rion. Sedangkan Sheza mengulum bibirnya menahan tawa. Ternyata Bossnya ini judes ke semua wanita, begitulah batinnya.
"Dia anak saya Ayuna," kata Pak Danu dengan nada sedikit naik.
"Saya tidak peduli itu siapa Pak. Kita sedang meeting jadi harus fokus, jangan mencampur adukkan dengan hal pribadi. Kita harus profesional," tegasnya.
Semua orang pun terdiam dengan ucapan Rion. Yang dikatakan Rion itu benar, dalam masalah pekerjaan tidak boleh dicampur dengan masalah pribadi. Meeting pun berlanjut dengan Ayuna yang sedari tadi menunduk menahan malu dan sesak di dadanya. Baru kali ini ada pria yang membentaknya, Papanya saja belum pernah membentak Ayuna.
Rapat pun selesai, mereka mulai menikmati hidangan yang sudah dipesan. Sedangkan Rion menyantap hidangannya sambil fokus dengan ponselnya.
"Setelah ini kamu mau kemana?" tanya Pak Danu kepada Rion.
"Saya kembali ke kantor masih banyak pekerjaan," jawabnya dengan pandangan mata fokus pada ponsel miliknya.
"Bisakah kamu mengantarkan Ayuna pulang dulu ke rumah? Karena saya masih ada meeting lagi," pinta Pak Danu.
Rion langsung menatap Pak Danu. "Dia datang sendiri, dan sekarang pulang minta diantar saya. Banyak taksi online Pak, lagi pula saya tidak membawa mobil, saya hanya menumpang di mobil Arya," jawab Rion.
Ingin sekali Ayuna menangis, ucapan pria yang dia kagumi sangat mengiris hatinya. Baru kali ini ada pria yang menolaknya. Arya dan Sheza yang menyadari ada ketidakberesan dalam suasana makan siang memilih pergi beralasan ke toilet. Pasti akan ada perang mulut antara Rion dan juga pak Danu begitulah batin mereka.
Pak Danu hanya menghela nafas kasar, dia juga tidak bisa memaksa. Melihat anaknya yang menunduk menahan tangis, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke toilet. Tersisa Ayuna dan juga Rion di meja itu. Tidak ada obrolan dari mereka.
"Kenapa Kak Rion jahat sama Yuna?" tanya Yuna yang sudah menatap Rion dengan tatapan pilu.
Rion melihat ke arah Ayuna yang sedang menahan tangisnya. Tidak ada jawaban darinya.
"Kenapa kak Rion semalam juga gak datang ke rumah untuk makan malam?" tanyanya lagi.
Rion hanya menghela nafas kasar. Ingin rasanya mulut pedasnya ini menjawab semua pertanyaan wanita dihadapannya, tapi masih mampu dia tahan.
"Yuna tuh suka sama kak Rion. Yuna tuh ingin Kak Rion menjadi suami Yuna," ungkapnya dengan air mata yang sudah menetes.
"Semudah itu kamu bilang suka dan menginginkan saya untuk menjadi suamimu. Hati dan perasaan itu tidak bisa dipaksa. Saya tidak mengenal kamu tapi kamu dengan lantang meminta ayahmu agar saya mendekatimu, hal konyol apa ini," ujar Rion.
Hati Yuna sangat sakit mendengar ucapan dari Rion. "Kasih Yuna kesempatan untuk dekat dengan kak Rion, cinta akan tumbuh karena terbiasa," tukas Ayuna.
"Berikan anak saya kesempatan untuk dekat denganmu. Jika kamu tetap tidak bisa membuka hatimu, saya janji akan memaksa Ayuna untuk melupakanmu," pinta Pak Danu dengan sangat memohon kepadanya.
Melihat wajah Pak Danu, membuat Rion tak tega terlebih sangat berhutang budi ke Pak Danu.
"Baiklah," jawab Rion pasrah. Rona bahagia tersirat di wajah Ayuna.
*****
Jangan lupa like, komen dan juga vote ya ...
Happy reading semua..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Helena Rusliana
tidak tahu malu,
2023-01-03
0
Leni Fairus II
dukung karya saya juga thor, bidadari surga yang dirindukan
2021-07-02
0
Chimuet Ciemuth
gk pantes bgt sih menurutku si ayuna itu
2021-06-26
0