Setelah meminta izin kepada Rion, Arya tidak langsung bergegas ke rumah sakit tempat di mana kakaknya dirawat. Dia merebahkan tubuhnya dulu di kasur empuk miliknya.
"Nikmat mana lagi yang gua dustakan?" gumamnya dengan kondisi tubuh yang sudah berada di atas kasur. Tak lama dengkuran halus pun terdengar. Arya sudah terlelap.
Waktu cepat sekali berputar, mata Arya pun akhirnya terbuka. Dilihat jam tangannya, dia bergegas membersihkan diri dan langsung menuju ke rumah sakit.
Baru saja masuk ke ruangan kakaknya, pekikan dari suara seseorang yang sangat Arya kenali terdengar.
"Anak durhaka!!"
Arya hanya menepuk jidatnya. Sedangkan Arin tertawa melihat wajah adiknya yang tidak bisa berkutik. Ya, itulah Nyonya Renia Baskhara ibu dari Arya Baskhara.
"Ampun Mamih," ucapnya yang baru saja mendapat jeweran dari Mamihnya.
"Udah kayak Bang Toyib, gak pulang-pulang. Lama-lama Mamih hapus nama kamu dari kartu keluarga," omel Nyonya Renia.
"Iya Mih, ampun," pintanya pada Mamihnya. Kupingnya berasa mau putus, jeweran dari ibunya membuat telinga Arya merah.
"Pedes Mih, kuping aku," ucapnya sambil mengusap-usap telinganya. Arina hanya tertawa melihat adiknya dianiaya oleh ibunya sendiri.
"Seneng banget dah Mbaknya liat gua kayak gini," ucap Arya kesal kepada Arina.
"Makanya pulang, tengokin Mamih sama Papih."
"Tau nih anak, pasangan belum punya. Pulang juga jarang, ngerem aja di rumah yang kayak kandang kelinci. Kecil dan pengap," timpal Mamihnya.
Arya hanya berdecak kesal. "kecil dan pengap juga itu aku beli ... eh salah, aku cicil dari hasil keringat aku sendiri," belanya.
Mereka hanya terdiam. Arya adalah anak yang mandiri. Meskipun dilahirkan dari keluarga kaya raya namun dia tidak ingin selalu menengadahkan tangan kepada keluarganya. Walaupun pendapatannya kecil, tapi dengan usaha sendiri malah membuatnya merasa sangat puas.
"Aku bukan anak durhaka ya Mih, buktinya aku beliin tuh tas kulit nyamuk yang Mamih mau," Arin pun menatap Mamihnya.
"Tas yang Mamih kemarin pakai itu dari Arya?" tanyanya tak percaya. Hanya seulas senyum yang Mamihnya pamerkan. Arin hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Tas sekecil plastik es aja harganya ratusan juta. Kalo bukan Mamih yang minta gak bakal gua beliin. Nambah lagi dah cicilan gua sekarang," ucapnya lesu.
"Gua mau dong Sunarya, tas yang kayak Mamih. Tapi pengennya yang warna item," pintanya pada Arya.
"Beli dewekan sonoh," sarkasnya.
Arin merengut kesal dengan ucapan adiknya. Arya mengambil anggur yang berada di atas meja di samping ranjang kesakitan kakaknya.
"Anggur gua woiy," teriak Arin. Arya sama sekali tak menggubris perkataan Arin. Dia tetap melahap anggur yang sudah ada di tangannya.
"Laki lu kemana sih Mbak? Tiap lu sakit pasti dah gua yang lu susahin," tanyanya sambil mengunyah anggur dan Mamihnya pun ikut menikmati anggur bersama Arya.
"Lagi ke Malaysia, ada tugas dia."
"Lah kerja ampe ke luar negeri, tapi tetep aja jadi bawahan. Kapan majunya Mbak?"
Buah jeruk pun melayang ke tubuh Arya. "gua dan laki gua bukan penikmat harta orangtua. Berlagak miskin dibalik keluarga yang berada itu lebih baik. Daripada berlagak kaya dibalik keluarga yang gak punya, itu bahaya," jelasnya.
"Tuh Mih denger Mbak Arinem ceramah. Mamih harusnya bersyukur punya anak-anak yang mandiri. Gak nyusahin Mamih sama Papih. Memiliki nama karena hasil kerja keras sendiri," ungkapnya.
Nyonya Renia berkaca-kaca dengan ungkapan dari kedua anaknya ini. Nyonya Reina sangat bersyukur memiliki kedua anak yang mandiri sejak kecil. Sama sekali tidak memanfaatkan nama keluarga dalam situasi apapun.
Di sofa ada yang sedang tersenyum melihat keluarga gesrek sedang berdebat yang berujung haru. Arya memicingkan mata ketika melihat seorang wanita di pojokan sofa. Wanita yang mengenakan hijab nan anggun duduk di sofa sedang tersenyum manis. Matanya tak mampu untuk berkedip, hingga pukulan di lengan Arya menyadarkannya.
"Haram, zinah mata itu," ucap Nyonya Renia.
Ayuna hanya tersenyum ke arah Arya, membuatnya salah tingkah.
"Ayuna, kenalin ini adiknya Mbak. Arya," tutur Arina.
Ayuna hanya menganggukkan kepalanya sopan dan lagi-lagi tersenyum. Membuat hati seorang Arya klepek-klepek.
Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? batinnya.
Wanita cantik, berhijab, memakai gamis dengan senyuman manis membuat Arya sangat mengaguminya. Seperti bidadari surga.
Arya, Ayuna, Arina, dan juga Nyonya Reina berbincang ringan. Mulut Arya yang biasanya tidak pernah mengenal rem, kini seperti manusia bisu. Hanya mengeluarkan kata Iya, tidak dan hm. Sungguh Ayuna membuat seorang Arya menjadi canggung. Arina yang melihat sikap adiknya yang berubah hanya tertawa.
Ada juga wanita yang bikin si Sunarya mati kutu.
Mereka sedang asyik berbincang, suara pintu kamar terbuka membuat mereka menoleh ke arah pintu. Seorang gadis yang cantik dan seorang pria tampan di belakangnya. Mereka adalah Echa dan juga Rion yang sengaja datang ke rumah sakit untuk menjenguk Arina.
"Tante," sapa Echa pada Arina dan mencium tangannya.
"Bocah nakal udah gede, ya." Echa hanya merengutkan wajahnya. Arina mencubit pipi Echa. "kamu makin cantik seperti Mamah kamu," ucap Arina.
Echa dan Rion hanya tersenyum. Di ujung sofa, ada seorang wanita yang menatap kagum pada sosok lelaki yang baru saja datang. Bukan hanya wajahnya yang tampan, tapi ketulusan cintanya pada anaknya membuat hati Ayuna berdesir aneh.
Rion pun menyapa Nyonya Renia dan mengobrol ringan dengan Mamah dari sahabatnya itu.
"Masih betah aja sendiri? Gak mau nyusul Yanda?" tanya Nyonya Renia bertubi-tubi.
"Nih ya, penyakit jelek Mamih tuh kepo stadium akut. Biarin aja sih, Mih. Aku kan jadi ada temen ngejomblonya," jawab Arya dengan kekehan kecil.
"Enak aja, jangan samain Ayah Echa sama Om buluk. Setidaknya Ayah Echa laku karena pernah nikah dengan Mamah. Sedangkan Om buluk? Nyamuk aja enggan nempel di tubuh Om buluk," sahutnya. Suara gelak tawa pun ramai. Ucapan jujur dari Echa membuat suasana semakin hangat. Ayuna yang hanya menyimak pun mampu dibuat tertawa dengan celotehan Arya dan juga Echa.
Rion mengacak-acak poni putrinya karena gemas dengan ucapan Echa. "jangan begitu Dek. Kalo bisa lebih pedas lagi ucapannya biar semakin menohok hati Om buluk," ujar Rion. Arya pun menindih tubuh Rion seperti adegan smackdown. Bukannya melerai, semua wanita yang berada di sana hanya tertawa karena ada tontonan gulat gratis. Mereka tau, Arya dan Rion tidak benar-benar berkelahi.
Mata Echa melirik tajam kepada seseorang yang berada di ujung sofa. Sedari tadi matanya hanya melihat ke arah Ayahnya saja dengan tatapan berbeda. Tatapan Ayuna tak sengaja bertemu dengan mata tajam Echa. Mata Echa seolah menyiratkan akan ada pertumpahan darah karena akan ada peperangan. Ayuna tersenyum ke arah Echa, hanya jari telunjuk Echa terangkat hingga lehernya, dan menggerakkan seperti akan memenggal kepala seseorang. Mata Ayuna hampir saja copot dari tempatnya. Dia pun menundukkan kepalanya karena takut.
*****
Semoga terhibur ...
Jangan lupa like, komen dan votenya ya ...
Jangan tanya siapa jodoh Bang Duda? Karena aku pun belum tau🙃 masih episode awal, biarkanlah Bang Duda banyak yang naksir dulu ...
Happy reading,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Almeera
kelakuan echa bener2 ya🤣🤣🤣
2023-02-19
0
Tutuk Dwi Febriati
aduuuuhh..... sadis banget si echa... kalah nih bang preman
2021-06-19
0
Shafya Fhiea
lah aduh kok pake hijab tapi mata nya gak bisa di jaga ya
Thor jangan seperti itu toh
seolah jatuhin banget harga diri wanita sihh
seganteng apapun secinta apapun harus nya wanita itu bisa jaga sikap apa.lagi yang berhijab
aku kurang enak dan rasa tersinggung saya sebagai wanita loh😔😔😔
2021-06-14
0