Setelah dari kantor Rion, mereka bertiga kembali ke apartment Gio. Echa masuk ke kamarnya dengan langkah yang tidak semangat. Gio dan Ayanda hanya saling tatap tak mengerti apa yang terjadi dengan putri mereka.
"Dad, ada apa sebenarnya?" tanya Ayanda ketika sudah berada di kamar.
"Daddy tidak tahu," jawab Gio yang tangannya sudah tidak bisa diam.
"Daddy pengen," bisiknya.
Ayanda hanya menggelengkan kepalanya. Semenjak dia hamil, hormon suaminya semakin menggila. Bisa seperti minum obat jika Gio berada di rumah.
Gio mulai melucuti baju yang dikenakan istrinya pelan-pelan. Baru saja dia bermain dengan bagian kesukaannya ketukan pintu terdengar.
"Mah, Pah," panggil Echa dari luar. Gio hanya mendengus kesal. Baru saja memasuki area garapan malah muncul serangga pengganggu. Begitulah batinnya.
Gio pun merapihkan baju istrinya yang sudah sedikit terbuka. Dan juga memakai kembali pakaiannya.
Dengan langkah malas, Gio membukakan pintu untuk Echa. Dilihatnya wajah Echa yang sendu dan penuh dengan kesedihan. Awalnya geram kini berubah menjadi iba.
"Kenapa Sayang?" tanya Gio di depan pintu. Echa langsung memeluk tubuh Papanya dan menangis dalam dekapan Gio.
Ayanda yang melihat momen dihadapannya merasa teriris hatinya. Air mata yang Echa keluarkan bagai goresan pisau tajam pada tubuhnya. Walaupun seorang ibu selalu memarahi anaknya tapi dilubuk hati yang paling dalam ibu sangat menyayangi anaknya.
Setelah merasa cukup tenang, Gio membawa Echa mendekat ke arah Ayanda yang tengah terduduk di atas tempat tidur. Echa langsung memeluk tubuh mamahnya sangat erat seolah tidak ingin berpisah.
"Kenapa Dek?" tanya Ayanda.
"Echa ikut Mamah dan Papa ya ke Singapur," jawabnya sendu. Gio dan Ayanda hanya saling pandang, mereka semakin bingung dengan sikap putrinya.
"Ada apa Sayang?" tanya Gio yang berada di samping Echa.
Echa melihat ke arah Mamah dan Papanya bergantian, rasa sesak di dadanya semakin membuncah. Luapan emosinya seakan sudah tidak bisa terbendung lagi.
"Apa Echa salah kalo Echa secara tidak langsung melarang Ayah dekat dengan wanita seksi yang tidak sopan?" lirihnya.
Gio tersenyum ke arah putrinya. Dia membelai rambut Echa yang kini tergerai lurus. "Kamu tidak salah Sayang. Kamu berhak memilih siapa saja wanita yang nantinya akan menjadi ibu sambung untuk kamu," ujarnya.
"Mamah tau, Echa hanya menginginkan wanita yang terbaik untuk Ayah, kan," timpal Ayanda.
Seulas senyum terukir dari bibir Echa. "Tapi tidak dengan Nenek. Nenek memaksa Ayah untuk menikahi wanita itu," ucap Echa sedih.
"Sayang, Nenek juga ingin melihat Ayah bahagia," balas Ayanda.
"Echa ngerti, Mah. Tapi ketika Nenek sudah membawa-bawa Mamah dan menjelekkan Mamah, apa Echa harus diam aja? Tidak ada yang boleh menghina Mamah di dunia ini," ucap Echa yang sudah menangis. Ayanda memeluk tubuh Echa dengan eratnya. Dia pun meneteskan air mata mendengar ucapan tulus dari putrinya. Gio pun memeluk dua wanita kesayangannya dengan penuh haru. Walaupun hatinya sangat kesal mendengar tentang Bu Dina dari mulut Echa.
Setelah meluapkan segala isi hatinya Echa pun tertidur dalam dekapan Ayanda. Senyum bahagia melengkung di wajah tampan Giondra. Dia pun membenarkan posisi tidur istrinya yang nanti akan membuatnya tak nyaman. Gio menyelimuti tubuh dua wanita kesayangannya, mengecupnya bergantian.
"Good night kesayangan Daddy dan Papa." Tak lupa dia mencium perut istrinya yang kini mulai terlihat membesar meskipun baru memasuki usia 3 bulan.
"I love you baby twin, Daddy."
Gio menutup pintu kamarnya dan keluar dari apartment bertemu dengan Rion di salah satu coffee shop.
Rion sudah ada di tempat itu terlebih dahulu. Tanpa basa-basi Gio menceritakan semuanya, seketika wajah Rion tampak sedih. Gio pun menanyakan apa yang terjadi di rumahnya hingga membuat Echa menjadi seperti itu. Rion pun menceritakan semuanya. Gio hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Bu Dina yang dulu sangat baik kepada Ayanda dan Echa sekarang malah sebaliknya. Hingga memaki cucunya sendiri.
Ada hubungan apa Bu Dina dan juga Amanda sebenarnya? batin Gio.
Setelah mendengar semuanya dari Rion, Gio memutuskan untuk membawa Echa ke Singapura untuk tiga hari ke depan. Awalnya Rion menolak, tapi setelah mendengar penjelasan dari Gio akhirnya dia setuju.
"Echa sangat menyayangi lu, makanya dia tidak bisa terbuka sama lu. Dia hanya gak mau nyakitin ayahnya. Dan dia juga sangat sayang sama Yanda, Echa tidak akan terima jika ada orang yang menghina Mamahnya. Kenapa Echa juga lebih leluasa cerita sama gua? Karena gua hanya sebagai Papa sambungnya dan dianggap sebagai teman oleh Echa. Jadi, jangan pernah cemburu kalo gua lebih dekat dengan Echa," jelasnya kepada Rion yang tadi menanyakan tentang Echa yang tak mau terbuka.
"Terimakasih karena telah menyayangi Echa dengan tulus dan menganggapnya seperti anak lu sendiri," ujar Rion.
"Terimakasih juga atas pengorbanan lu selama ini buat Echa," tambahnya.
Gio hanya tersenyum mendengar ucapan dari Rion. "Tidak ada istilah anak tiri dan papa sambung ketika gua memutuskan menikahi seorang single parent. Gua mencintai mamahnya berarti gua juga harus menyayangi anaknya dengan tulus," jelas Gio.
Hati Rion terasa sejuk mendengar ucapan dari Gio. Dalam hatinya ia meminta kepada Tuhan jika memang dia diberikan jodoh kembali, kirimkan wanita yang berhati seperti Gio. Tidak hanya mencintainya tapi mampu mencintai anaknya dengan tulus.
Pagi hari Rion sudah berada di ruangannya dengan wajah yang sendu. Keberangkatan Echa ke Singapura untuk beberapa hari ke depan membuatnya kehilangan separuh nyawanya. Kedatangan Arya pun tidak digubris oleh Rion. Wajah Arya pun tak kalah kusut. Hanya keheningan yang tercipta di ruangan itu. Mereka seolah menyelami pikiran mereka masing-masing. Hingga suara ketukan pintu membuat keduanya mendongakkan kepala.
"Maaf Pak Boss, ada tamu," ujar Sheza.
"Siapa?"
"Saya," ucap seorang pria paruh baya dengan tubuh yang masih bugar.
Senyuman terukir dari bibir Rion. Dia bergegas menghampiri pria itu dan mencium tangannya. Pria itu adalah Pak Danu, kolega Rion sekaligus guru yang memberinya berbagai ilmu di bidang bisnis. Kebaikan dan ketulusan hati Pak Danu membuat Rion menganggap Pak Danu seperti ayahnya sendiri. Pak Danu mampu mengemong Rion dari yang buta akan bisnis hingga menjadi pebisnis sukses sekarang.
Mereka pun berbincang hangat ditemani secangkir kopi. Tidak ada kecanggungan dari Rion dan juga Arya karena mereka sering bertemu untuk membahas bisnis. Pak Danu pun memiliki jiwa humoris yang cukup tinggi jadi bisa menimpali dua pria muda di hadapannya.
Setelah Pak Danu menyesap manis kopinya dia berucap, "kedatangan saya ke sini karena putri saya." Ucapan Pak Danu membuat Arya dan Rion saling tatap. Mata mereka menyiratkan ketidak mengertian akan ucapan Pak Danu.
"Ayuna," lanjut Pak Danu.
Menyebut nama Ayuna membuat Arya membelalakkan matanya tak percaya, sedangkan Rion hanya menunjukkan ekspresi datar. Dia tidak mengetahui siapa itu Ayuna. Semenjak bercerai dengan Ayanda dia selalu bersikap dingin dan acuh kepada setiap wanita kecuali Ayanda.
Pak Danu papahnya Ayuna, berarti ...., batin Arya.
*****
Maaf up-nya telat🙏
Aku sibuk dengan kegiatan dunia nyata, padahal niatnya hari ini mau libur up tapi kok aku gak enak hati ya ke kalian para reader yang udah setia baca karya remahan aku. Masa baru bab awal udah bolong-bolong up-nya. Maaf ya kalo ceritanya gak maksimal. Ketika badan lelah otakku juga malas untuk berpikir. Untuk 10 bab awal ini maaf kalo ceritanya masih santai, belum nemu konflik. Aku harus mikir extra kalo mau buat konflik di cerita Bang Duda ini, jadi bersabarlah. 😁
Jangan lupa like, komen dan vote ya Sayang ...
Happy reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Leni Fairus II
bantu dukung karya saya juga ya bidadari surga yang dirindukan
2021-07-02
0
Inonk_ordinary
Kacaaauuuu
2021-01-24
3
Neni_Bening
bang duda iih.. yg antri pingin jadi istri udah kyak antrian loket kereta..
kasi visual donk thor.. yg kereeen..😁😁😁
2020-11-04
4