Rion baru saja menginjakkan kaki di rumahnya. Suara gelak tawa terdengar riuh dari ruang tamu. Hanya helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Rion.
"Siapa lagi itu?" gerutunya.
Baru saja dirinya masuk ke dalam rumah, sudah disambut senyuman penuh makna dari mamahnya dan juga wanita yang sedang duduk bersama Bu Dina.
"Udah pulang, A?" tanya mamahnya. Rion hanya menjawab dengan anggukan kepala. Bu Dina menarik tangan putra sulungnya agar bergabung dengan dirinya dan seorang wanita cantik di ruang keluarga. Wajah berparas cantik dengan senyuman indah menjulurkan tangan ke arah Rion.
"Amanda," katanya.
"Mungkin kamu sudah tau nama saya dari Mamah," ketusnya tanpa mau menjabat tangan Amanda. Wajah wanita cantik itu langsung terlihat lesu tak bergairah.
Ini duda sok jual mahal banget. Gua kasih yang enak-enak, ntar juga luluh, batinnya.
Bu Dina memelototkan matanya kepada Rion. Sama sekali tidak digubris oleh anaknya. "Aa cape, masih banyak kerjaan." Rion meninggalkan mereka berdua. Melangkahkan kaki menuju kamar atas yang sekarang disulap menjadi ruang kerja.
Rion bersandar di kursi kebesarannya. Hari ini kepalanya pusing tujuh keliling. Di kantor dia diceramahi oleh putrinya supaya jangan tergoda asisten baru. Di rumah, acara jodoh-menjodohkan ala mamahnya membuat kepalanya semakin berat.
"Gencar banget si Mamah jodoh-jodohin Aa. Kayak Aa gak laku aja," ucap Nisa yang baru saja menutup pintu ruangan kerja kakaknya dari dalam.
"Tau ah, pusing," keluhnya.
"Eh A, sejak kapan mulut Aa pedes banget kayak cabe setan?" Pertanyaan Nisa hanya dijawab dengan tatapan tajam kakaknya.
"Aa tuh banyak berubah tau, setelah berpisah sama Teteh. Tapi Nisa suka, sifat genit Aa ke cewek berubah jadi jutek tingkat dewa." Setelah mendengar ucapan Nisa Rion beranjak dari duduknya menuju pintu balkon. Nisa tahu kakaknya pasti akan kabur lewat pintu ini. Secara, itu adalah pintu rahasia yang selalu Rion gunakan jika penyakit Mamahnya kumat. Penyakit mencarikan jodoh untuk kakak lelaki yang sangat Nisa sayangi.
"Mau kemana?" tanya Nisa setelah Rion membuka pintu balkon.
"Apartemen Yanda."
"Nisa ikut."
"Matikan ponselmu, pasti Mamah akan menghubungi kita." Nisa pun menuruti perkataan kakaknya. Mereka pun kabur lewat pintu rahasia. Hanya Rion yang dapat membuka pintu rahasia itu.
Nisa benar-benar dikejutkan ketika kakaknya memesan taksi online untuk pergi ke Apartemen Ayanda.
"Kenapa gak bawa mobil aja sih, A?" Rion hanya berdecak kesal.
"Kalo bawa mobil pasti ketahuan Mamah. Cik mikir atuh." Nisa hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lupa jika mereka sedang kabur.
Di rumah Rion, Amanda merasa bosan. Dia memutuskan untuk pulang, karena pria yang sudah lama dia tunggu tidak mau menemaninya walau hanya untuk mengobrol.
"Tante, aku pulang deh. A Rion kayaknya gak suka sama aku." Bu Dina memegang tangan Amanda dengan lembut.
"Maafkan anak Tante ya. Dia masih belum bisa move on dari mantan istrinya," jelasnya. Bu Dina merasa tidak enak kepada Amanda.
Secantik apa sih mantan istrinya? batinnya.
Bu Dina pun naik ke lantai atas untuk menemui Rion. Diketuknya pintu ruang kerja Rion, tidak ada jawaban. Berkali-kali mamahnya mengetuk pintu, sama sekali tak ada jawaban dari dalam. Bu Dina pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan putranya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Dia beralih ke kamar Nisa, Nisa pun tidak ada.
"Kamarana maneh budak bangor," geramnya.
Rion dan Nisa sudah tiba di depan apartemen Yanda dan Gio. Ketukan pintu menghentikan sambungan telpon antara Yanda dan Gio.
📱 "Bentar ya Dad, ada tamu kayaknya."
📲 "Siapa Mom? Mau Maghrib begini."
📱 "Gak tau Dad, Mommy liat dulu ya."
📲 "Jangan dimatiin handphonenya Mom, Daddy khawatir."
📱 "Iya."
Ayanda beranjak dari kegiatan rebahannya. Berjalan menuju pintu. Baru saja Ayanda membuka pintu, wajah kusut dan kucel Rion nampak terlihat jelas. Tanpa basa-basi Rion masuk ke apartemen mantan istrinya dan langsung menuju dapur. Mengambil air minum karena tenggorakannya sudah kering kerontang.
📲 "Siapa Mom?" tanya Gio karena sambungan telpon mereka masih terhubung.
📱 "Penghuni rumah Mamah, Dad."
📲 "Kabur lagi?"
📱 "Sepertinya seperti itu. Ya udah Mommy tutup telponnya ya. Hati-hati Dad."
Panggilan telepon antara suami-istri yang kelewat mesra ini pun berakhir. Setelah Ayanda dinyatakan hamil, Gio meminta kepada Ayanda untuk memanggilnya Daddy dan dirinya memanggil Ayanda Mommy.
"A Gio kemana?" tanya Nisa ketika Ayanda sudah mengakhiri panggilan dengan suaminya.
"Ada meeting dadakan."
"Tumben kamu gak dibawa?" tanya Rion yang baru saja mendudukkan diri bersama Ayanda dan adiknya.
"Ada Echa, jadi aku ada teman di rumah. Ditambah kalian datang kesini," jawabnya dengan wajah bahagia karena kedatangan penghuni rumah Mamahnya.
Rion menyandarkan kepalanya di sofa, sedangkan Nisa asyik menggonta-ganti channel tv.
"Wanita lagi?" Mendengar pertanyaan Ayanda Rion membuka matanya.
"Lelah aku Dek. Semakin aku menolak semakin Mamah bersikeras untuk menjodohkan dengan anak-anak teman Mamah," jawabnya.
Nisa dan Ayanda pun hanya tertawa. Rion hanya melirik kesal ke arah dua wanita di hadapannya.
"Kenapa kamu gak mau, Mas? Pilihan Mamah pasti yang terbaik untukmu. Lupakan kata-katamu waktu itu. Kamu juga perlu bahagia," ujar Ayanda.
"Tidak semudah itu, Dek." Rion kembali memejamkan matanya.
"Aku bukan hanya mencari istri tapi mencari ibu untuk putriku," jelasnya.
"Mencari wanita yang benar-benar tulus itu susah. Mereka mau sama aku, tapi kepada anakku? Apakah mereka mau menganggap putriku seperti anak mereka sendiri?" lanjut Rion.
Ayanda dan Nisa hanya membisu. Ucapan dari Rion murni dari relung hatinya paling dalam. Ternyata Rion yang dulu hanya mementingkan dirinya sendiri kini menjadi Ayah yang sangat bertanggung jawab.
"Aku ingin memiliki pasangan yang sifatnya seperti suamimu. Yang mampu menerima statusku serta menerima putriku dan menyayanginya dengan tulus." Senyum lebar merekah dari bibir mungil Ayanda.
"Aku juga sangat beruntung ditakdirkan bersamanya, Mas," ungkapnya.
Tidak ada cemburu yang Rion rasakan ketika Ayanda memuji Gio dihadapannya. Hanya rasa bahagia yang ada di hatinya.
Pintu apartemen terbuka, Gio sudah pulang dari meetingnya. Dengan tidak tau malunya Gio mencium kening dan juga mengecup bibir mungil Ayanda di hadapan Rion dan juga Nisa.
"Atuh lah, jangan beradegan mesum dihadapan duda,"ucap Rion dengan nada kesal.
"Tau ah, Nisa kan masih jomblo. Jadi pengen kan dimanja begitu," tuturnya.
Ayanda dan Gio hanya tertawa, sedangkan Rion sudah menjitak kepala Nisa.
"Kuliah yang benar, baru mikirin nikah. Aa juga belum," ujarnya.
"Iya, belum dua kali." Jawaban Nisa semakin membuat Gio dan Ayanda tertawa.
"Hari ini ada asisten baru lagi, ya," ucap Gio yang sedang menyuapi pizza yang ia bawa kepada istrinya.
"Iya," jawab Rion sambil mengunyah.
"Cantik, kan." Ucapan Gio membuat Ayanda menatap sinis kepada suaminya. Nisa mengulum bibirnya. Dalam hatinya, perang dunia akan terjadi lagi.
"Nggak Mom. Tadi Daddy dapet laporan dari Arya, dia bilangnya begitu." Gio pun mengecup ujung kepala istrinya agar amarahnya mereda.
"Gak usah ngebahas itu lah. Gua udah dapat ultimatum ditambah ceramah 2 jam nonstop dari anaknya Mamah Dedeh."
"Siapa?" tanya Gio, Ayanda dan Nisa berbarengan.
"Echa."
Mereka bertiga pun tertawa mendengar cerita Rion. Seorang Rion Juanda kini ada pawangnya, putrinya sendiri.
*****
Semoga terhibur ..
Happy Reading ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
guntur 1609
ni certa gak ada konfliknya ya thor...kalau da kan lb sru. spryi crt ayanda dan rion
2023-08-30
0
Lusia Tania
Mengapa Rion dan Ayanda cerai kalau hubungan mereka baik2 saja ? 🤭
2021-07-22
0
Leni Fairus II
ceritanya mantap thor. Mohon dukung karya saya juga ya bidadari surga yang dirindukan
2021-07-02
0