Rutinitas seorang Rion Juanda setelah mengantarkan putrinya sekolah adalah menuju kantor pusat. Sebuah ruko yang cukup besar untuk dijadikan kantor. Baru saja ia turun dari mobil, teriakan dari seseorang yang sangat ia kenali terdengar.
"Bang duda!"
Rion hanya berdecak kesal, terlebih para wanita yang sedang berlalu lalang melihat ke arah Rion dengan tersenyum. Rion malu setengah mati. Ingin rasanya dia menenggelamkan Arya ke laut merah.
"Kampret, cucunguk jalu sia!" kesalnya.
Arya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sama sekali tidak mengerti dengan bahasa planet yang Rion katakan.
"Kalo ngomong sama cucu Sultan pake bahasa manusia lah. Itu apaan coba cu-cu-nguk jalu?"
"Itu artinya pria tampan," jawab Rion sambil menepuk bahu Arya. Melangkahkan kakinya mendahului Arya.
"Oh jadi si cucunguk jalu cowok ganteng," ulangnya.
Rion hanya menganggukkan kepalanya dengan mengulum bibir menahan tawa. Rion pun menuju ruangannya, membuka berkas dan menghidupkan laptopnya. Suara pintu terbuka, namun Rion masih fokus dengan laptopnya.
"Hari ini ada asisten baru buat lu. Udah lolos seleksi." Pemberitahuan Arya hanya dijawab dengan anggukan kepala tanpa mengeluarkan suara.
"Gua harap lu bersikap baik tuh sama karyawan baru, jangan lu judesin dan jangan pecat lagi. Capek gua nyariin asisten mulu buat lu. Sehari ganti, berasa kayak baju tuh asisten." Arya mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dadanya. Itu juga baru sebagian, masih banyak kekesalan yang dia pendam sendiri karena kelakuan boss gilanya ini.
Rion menatap Arya dengan raut tidak suka. "suruh siapa pada lenjeh sama gua," sahutnya.
"Eh, bege. Lu pan duda wajar aja kalo mereka pada tebar pesona," balas Arya bersungut-sungut.
"Sorry, gua gak tertarik," jawabnya enteng.
"Serah lu lah, percuma ngomong sama Bang duda yang gagal move on. Mending lu gali tanah noh, masuk ke dalam lubang. Biar gua kubur hidup-hidup. Tiap detik nyusahin gua mulu," sungut Arya.
"Wajar lah lu bawahan gua, harus mau gua susahin," jawabnya tak mau kalah.
"Nyusahin tiap detik gaji kagak naik-naik. Kalah gua sama asisten rumah tangga Andra noh, gajinya 10 jetong. Pada makmur jaya mereka," tuturnya.
"Ya udah sono lu, ngelamar jadi kang kebon si Gio," ejeknya.
"Eh nyet, mana ada kang kebon gantengnya kaya oppa Korea begini," balasnya dengan merapihkan penampilannya.
"Sok ganteng lu," celanya.
Arya hanya mendelikan matanya ke arah Rion. Suara ketukan pintu pun terdengar. Perdebatan mereka pun berakhir.
"Masuk!" jawab Rion. Dia kembali fokus ke pekerjaannya yang terganggu oleh si cucunguk jalu.
Seorang wanita dengan rambut sebahu, berwajah manis dan berpenampilan sederhana masuk ke dalam ruangannya. Arya tersenyum ke arah wanita itu. Dibalas dengan senyum manis oleh wanita berparas ayu itu.
"Panggil Bang duda," bisik Arya pada karyawan baru. Calon asisten Rion hanya melongo dan menatap ke arah Arya.
"Tenang, udah jinak," balasnya.
Mau tidak mau si karyawan baru menuruti perkataan atasannya yang satu ini. CV sudah diletakkan di atas meja kerja Rion, namun Rion Masih fokus dengan laptopnya.
"Woiy, nih orang udah pegel berdiri aja. Suruh duduk ngapa," ucap Arya yang gemas akan kelakuan sahabatnya ini.
Rion melangkahkan kakinya menuju sofa yang berada di samping jendela, tak lupa membawa CV yang baru saja diserahkan karyawan barunya. Arya dan karyawan baru mengikuti langkah Rion.
Wanita di hadapan Rion dan Arya merasa gugup, ia hanya bisa mengeratkan kedua tangannya seraya berdoa di dalam hatinya.
"Sheza Indriani."
Suara Rion mampu mengangkat kepala Sheza yang sedari tadi menunduk. Tatapan mereka bertemu. Jantung Sheza berdegup sangat kencang.
Masya Allah, gantengnya ....
Sheza tak berkedip melihat wajah tampan Rion. Tatapan kagum yang luar biasa sangat terlihat jelas. Jantungnya pun tidak bisa diajak slow sekarang.
"Biasa aja tuh mata. Mau saya pecat," ucapan dari Rion menyadarkan Sheza dari lamunannya.
Astaghfirullah ...
Gua tarik dah kata-kata tadi. Ternyata judes level mampoes, gerutunya dalam hati.
Arya hanya tertawa melihat kedua orang ini. Dia bangun dari duduknya. "udah waktunya gua berangkat." Arya pamit kepada Rion.
"Sabarin aja, anggap aja omongannya kaya kentut. Baunya cuma sesaat," bisik Arya pada Sheza. Sheza yang tak mengerti maksudnya hanya menganggukkan kepala.
Arya meninggalkan ruangan Rion, dan kini yang berada di sana hanya mereka berdua. Sheza nampak tegang dengan keseriusan Rion yang membaca CV-nya. Dari awal Arya bilang, walaupun lolos seleksi tapi harus melewati seleksi dari Bossnya. Keringat dingin membasahi telapak tangan Sheza.
"Kamu saya terima jadi asisten pribadi saya." Hanya itu yang Rion ucapkan. Dia melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya. Sedangkan Sheza masih mematung di tempatnya.
"Nanti akan saya kirim tugas apa saja yang harus kamu kerjakan via e-mail," jelas Rion. Sheza hanya menganggukkan kepala dan tak beranjak dari duduknya.
Rion berdecak kesal karena Sheza masih berada di sana. "ngapain masih di situ?" bentaknya. Secepat kilat Sheza bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan Boss judesnya.
"Itu mulut abis nyemilin cabe berapa karung sih. Pedesnya nampol pake banget. Mulut netizen sama mulut emak-emak kang ghibah mah lewat," gerutunya.
Suara e-mail masuk berdenting, Sheza langsung membukanya. Dia hanya manggut-manggut membaca tugasnya sebagai asisten pribadi Boss judes level mampoes.
Seorang wanita cantik menghampirinya. "sabar ya, jangan buru-buru melambaikan tangan pada kamera. Aslinya Bang duda itu baik kok." Nasihat Sita yang hendak berangkat ke luar kota bersama Arya.
"Iya, mbak." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Sheza.
"Jangan diambil hati, langsung masukin ke jantung." Diiringi tertawa renyah dari Sita. Sheza hanya menggelengkan kepalanya.
Karyawan di kantor ini semuanya gak beres.
Pekerjaan Sheza terbilang banyak hari ini. Arya dan Sita tidak ada , jadi semua tugas mereka dialihkan kepada Sheza oleh Rion. Waktu terus berputar, karena terlalu serius dengan pekerjaannya Sheza melewatkan makan siangnya. Sedangkan Bossnya tidak tahu kemana, keluar ruangan tanpa bicara sepatah kata pun.
Di sinilah Rion, di sekolah putrinya. Dia sedang menjemput Echa. Dengan sedikit berlari Echa masuk ke dalam mobil ayahnya. Mereka makan siang terlebih dahulu di tempat yang Echa pilih. Ketika mereka berdua sudah selesai makan, Rion memesan makanan lagi tapi untuk dibawa pulang.
"Itu buat siapa? Kan kita mau ke kantor Ayah." Echa sedikit heran dengan ayahnya.
"Buat pegawai baru, sepertinya dia melewatkan makan siang karena kerjaan yang banyak. Om buluk (Arya) sama Tante gesrek (Sita) lagi keluar kota." Echa hanya memicingkan mata tajamnya terhadap ayahnya.
"Pasti perempuan kan karyawan Ayah. Pokoknya Echa gak mau punya ibu tiri " kata-kata Echa itulah yang membuat Rion masih menutup hatinya untuk wanita lain. Dia juga belum bisa sepenuhnya melupakan mantan istrinya.
Rion dan Echa sudah tiba di kantor. Rion berjalan di depan Echa yang sedang asyik memakan cemilannya. Setelah berada di depan ruangannya, Rion meletakkan makanan di atas meja Sheza. "makan dulu," Rion pun langsung masuk ke ruangannya.
Sheza hanya bengong dibuatnya, lalu senyuman manis tersungging dari bibirnya. Tatapan tajam dari seorang gadis yang seolah menabuhkan genderang perang membuyarkan senyumannya. Sheza pun tersenyum sopan kepadanya. "jangan berharap lebih dari Ayah," kata yang sangat mematikan dari mulut Echa pun keluar.
Sheza hanya mengelus dadanya. Belum sampai sehari dirinya sudah kena semprot berkali-kali dari Bossnya dan juga anak Bossnya yang tak kalah tajam mulutnya.
*****
Semoga kalian suka ya ...
Jangan lupa bantu rate bintang 5 ya ...
Jangan pelit sama jempol, komen dan votenya ya Sayang ... 😁
Happy reading semua...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Yus Nita
sabar y neng Sheza..
anak ny lg model galak, takot dpt emak tiri 😃😃😃
2024-10-04
0
Sri Nurlaelawati Srinurlaelawaty
aku mampir ya thor
2022-02-10
0
💕febhy ajah💕
kalau like, vote, hadiah dan bintang 5,udah pasti itu mah. jadi orang aku bersyukur mah, udah di kasih novel tanpa beli koin, masa pelit ama authour.
2021-07-22
0