Setelah Echa menumpahkan kekecewaannya kepada Sheza, dia kembali ke ruangan ayahnya dengan mata yang sembab. Semua orang melihat ke arahnya.
"I'm okay."
Sehebat apapun Echa membohongi dirinya, tapi Papanya, Ayahnya dan juga Arya sangat tahu jika Echa sedang tidak baik-baik saja.
"Ayo kita pulang," ajak Gio.
Echa hanya terdiam. "Bukannya Papa harus kembali ke Singapura," ucapnya.
"No, I'm still here," balas Gio.
Echa langsung berhambur memeluk tubuh Papanya. "Thanks Pa," ucapnya. Gio hanya tersenyum dan mengecup ujung rambut Echa.
Dada Rion terasa sesak melihat kedekatan putrinya dengan papa sambungnya. Dengan dirinya saja Echa tidak seperti itu.
Echa dan juga Gio pergi meninggalkan kantor Rion. Setelah keluar dari ruangan Rion, Gio berhenti di depan meja Sheza.
"Terimakasih," ucap tulusnya. Sheza hanya mengangguk dan tersenyum kepada Gio.
"Sungguh beruntungnya neng Echa punya ayah tiri seperti Pak Gio," gumamnya.
Setelah sampai di apartment, Echa langsung masuk ke kamarnya dan Gio merebahkan tubuhnya di atas sofa. Lelah sebenarnya hari ini, ditambah banyak pekerjaan yang harus Gio cancel karena masalah putrinya. Tugas Gio sekarang adalah lembur.
"Boss, Nona sudah terbang dari Singapura," lapor Remon kepada Gio.
"Jika sudah sampai landasan, tahan dulu biar gua yang jemput," jawabnya.
"Siap Boss."
Gio masuk ke ruangan kerja menyelesaikan pekerjaannya yang terbengkalai hari ini. Setumpuk laporan dan juga banyak e-mail masuk yang membuat Gio menghela nafas kasar. Jauh dari istrinya membuatnya gelisah.
Suara ketukan pintu membuyarkan kefokusan Gio. Pintu pun terbuka, dilihatnya Echa sedang membawa secangkir cokelat panas. Diletakkan cokelat itu di atas meja Gio. "Thank you," ucap Gio.
Echa hanya tersenyum. "I'm so sorry Pa, pasti Papa merindukan Mamah."
"Papa sangat merindukan Mamah, tapi kamu juga sangat penting bagi Papa," ujar Gio.
Echa memeluk tubuh Papanya, hanya ucapan terimakasih yang bisa Echa ucapkan kepada Papanya. Hingga Papanya bosan mendengar ucapan terimakasih yang Echa sampaikan hari ini.
"Kamu tidur dan istirahat. Sebentar lagi Papa akan keluar sudah ada janji dengan rekan Papa. Kamu ditemani Om Remon dulu ya," ucap Gio. Echa hanya menganggukkan kepalanya dan meninggalkan ruangan Gio.
Di kediaman Arya, Rion sudah merebahkan dirinya di atas kasur. Ponselnya berdering, dia pun mengangkat teleponnya di balkon kamar Arya. Sedangkan Arya sedang membersihkan badannya.
Wajah Rion nampak berubah, datar dan tak terbaca. Arya si manusia peka pun merasa ada yang beda dari sahabatnya ini.
"Kenapa lu?" tanya Arya.
"Gak," jawab Rion singkat dan masuk ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi Rion menyiram kepalanya dengan air dingin. Masalah terus berdatangan hari ini, membuat kepalanya semakin panas.
Setelah selesai mengguyur badannya sekaligus membersihkan diri, Rion langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bayangan kedekatan Sheza dan juga Echa membuat hatinya sedikit tenang. Rion berpikir, Sheza akan menjadi teman dan tempat cerita untuk Echa ketika jauh dari mamahnya. Dia sadar, dia belum bisa menjadi ayah yang baik. Buktinya Echa lebih dekat dengan Gio dibanding dirinya yang ayah kandungnya. Tak lama mata Rion pun terpejam.
*****
Gio sudah berada di landasan menunggu Ayanda yang masih belum turun dari pesawat. Ketika pilot memberitahu Gio jika Ayanda sudah bersiap akan turun, dengan sigap Gio turun dari mobil dan masuk ke dalam pesawat.
"Dad," panggil Ayanda.
"Miss you Mom," ucapnya lalu mencium kening Ayanda sangat dalam dan mengecup bibir mungil istrinya.
"Miss you so much Dad." Ayanda yang kini memeluk tubuh Gio.
"Baby twin gak nakal kan," ucapnya seraya mengusap lembut perut Ayanda yang sedikit membuncit.
"No, mereka anak-anak baik Dad." Melihat kemesraan atasannya ini, para kru pesawat melengkungkan senyuman bahagia. Selama bekerja bersama keluarga Wiguna mereka baru melihat kebahagiaan yang sesungguhnya dari seorang Giondra.
"Ada apa Dad?" tanya Ayanda yang sudah berada di dalam mobil.
"No, Daddy hanya kangen Mommy. Jadi menyuruh Mommy ke sini. Maaf ya pasti Mommy lelah," ujarnya.
"Tidak Daddy sayang, Mommy juga kangen sama kakak dan juga kamu," jawabnya yang sudah merangkul tangan Gio dan menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.
Gio mengecup ujung rambut Ayanda, rasa cinta dan sayang mereka kian hari kian bertambah. Terlebih sudah ada Gio junior yang tumbuh di rahim istrinya.
Pagi harinya, Echa dikejutkan dengan hadirnya Mamahnya di meja makan. Echa langsung memeluk mamahnya. "I miss you."
"Mamah doang nih yang dipeluk, Papa nggak," ucap Gio.
"Love you Pa," ucapnya sambil memeluk tubuh Gio. Mereka sarapan bersama dengan penuh canda tawa.
Siang hari, Ayanda merasa bosan dia memutuskan untuk pergi ke kantor Rion. Tak lupa dia membeli makanan dan juga minuman untuk dibawa ke sana.
Setelah sampai di kantor Rion, Ayanda diantar oleh security menuju lantai atas. Rion berpesan jika ada Bu Boss besar harus ditemani oleh keamanan menuju ruangan atas karena Bu Boss besar sedang hamil.
Ketika sampai di lantai atas, Ayanda disambut dengan senyuman hangat oleh Sheza. "Selamat siang Bu Boss besar," sapa Sheza sopan.
Sheza sudah tahu tentang perusahaan tempatnya bekerja ini adalah milik dari Ayanda namun dikelola oleh Rion.
"Pak Boss ada?" tanya Ayanda seraya tersenyum.
Ya Allah, gimana Pak Boss bisa move on atuh kalo senyumnya aja semanis ini. Aku aja yang cewek terpesona dengan senyumnya, batinnya.
"Mbak?" panggil Ayanda.
"Ma-maaf Bu boss besar, Pak Boss lagi ada meeting paling sebentar lagi kembali ke sini," ujar Sheza.
"Oh baiklah, kamu ambil makanan di mobil saya. Saya masuk dulu ya," ucapnya.
"Baik Bu Boss." Sheza pun menuruti perintah Ayanda dan Ayanda sudah masuk ke ruangan Rion. Mendudukkan diri di sofa yang dikhususkan untuknya jika dia sedang berkunjung ke kantor Rion.
Suara pintu terbuka, Ayanda masih memejamkan mata. Dia berpikir itu adalah Sheza.
"Kamu siapa?" tanya seorang wanita. Sontak Ayanda membuka matanya.
Dilihatnya wanita cantik berhijab, Ayanda pun mengerutkan dahinya. Dia sama sekali tidak mengenal wanita ini.
"Kamu siapa? Kenapa masuk ke ruangan Boss tanpa permisi?" tanya balik Ayanda.
"Gua calon istri dari Boss, mau apa lu?" sungutnya.
Mata Ayanda melebar, dia sama sekali tidak percaya dengan ucapan wanita dihadapannya ini.
"Oh, mbak calon istri dari mantan suami saya," ucap Ayanda. Ayuna pun terkejut mendengar kata mantan suami yang terlontar dari mulut Ayanda.
"Jika memang benar, kenapa mantan suami saya tidak bilang ya ke saya kalo dia sudah punya calon istri," jelas Ayanda.
Ayuna pun mendekat ke arah Ayanda, wajahnya mulai emosi mendengar ucapan dari Ayanda.
"Penting gitu bilang sama bekas istri?" tanyanya penuh emosi.
"Sangat penting, karena tidak ada yang kami tutup-tutupi satu sama lain meskipun kamu sudah lama berpisah," jawab Ayanda tenang.
Amarah kini menghiasi wajah Ayuna, wajahnya memerah. Tanpa aba-aba Ayuna mencengkeram pipi mulus Ayanda.
"Gua gak suka lu deket-deket calon suami gua." Cengkeraman Ayuna semakin kencang sehingga Ayanda meringis kesakitan.
Seperti manusia kesetanan Ayuna semakin menjadi kepada Ayanda. Ditarik tubuh Ayanda yang sedang duduk dengan kasar. Lalu didorongnya hingga membentur rak buku dengan keras.
"Bu Boss!" seru Sheza yang melihat Ayanda tersungkur dan meringis kesakitan memegangi perutnya.
Sheza pun berlari ke arah Ayanda namun dihadang oleh Ayuna. "Mau jadi pahlawan lu?" bentak Ayuna.
Sheza tidak menggubris bentakan dari Ayuna. "Kalo lu mendekat, gua abisin mantan istri Boss lu ini," ancamnya pada Sheza. Tangan Ayuna kini menjenggut rambut Ayanda. Ayanda semakin meringis kesakitan.
Sheza tetap tak gentar, ketika Ayuna lengah Sheza langsung mendorong tubuh Ayuna hingga membentur meja. Sheza pun membantu Ayanda untuk keluar dari ruangan, namun Ayuna kembali menarik Sheza. Sebisa mungkin, kini Sheza melindungi Ayanda dari tangan jahat Ayuna. Meskipun jenggutan, dorongan dan tamparan dari Ayuna mengenai tubuhnya Sheza tetap harus berdiri melindungi Ayanda.
"Stop!" pekik Rion yang baru saja masuk ke ruangannya. Dilihatnya Sheza dan Ayuna sedang bergelut. Saling jambak-menjambak.
"Tolong Ibu Pak," teriak Sheza yang mulai menggeser tubuhnya. Ayanda sedang meringis kesakitan dengan rambut yang sudah kacau-balau.
"Yanda," seru Rion dan langsung berlari ke arah Ayanda.
"Bawa ke rumah sakit Pak, tadi Ibu kena benturan," ucap Sheza yang keadaanya lebih kacau dari Ayanda.
Rion pun membawa tubuh Ayanda ke rumah sakit dengan segera." Urus kedua wanita gila itu." Perintahnya pada Arya. Arya hanya menganggukkan kepalanya.
*****
Meskipun kalian hanya komen seperti ini 👇, aku mah udah bahagia pake banget😍
Thank You ...
👇👇👇👇👇👇👇
Love You All😘
Tanpa kalian cerita aku tidak berarti apa-apa.
Jangan lupa like, komen dan juga vote yang banyak biar Bang Duda cepet dapat Bunda untuk Echa.
Happy reading semua ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
🍇🍇selllaa🍇🍇
g sesuai dgn hijab ayuna hila sm aja dgn dinda
2021-07-16
1
Leni Fairus II
bantu dukung karya saya juga ya bidadari surga yang dirindukan
2021-07-02
0
Maya Keppoo
nahh kan benerr firasat nya echa
2021-06-26
0