Echa hanya terdiam mendengar kata masa lalu dari mulut mamahnya. Apakah wanita itu yang menyebabkan kedua orangtuanya berpisah? Apakah Ayah masih mencintainya? Ada rona bahagia di wajah Ayah tadi. Begitulah isi kepala Echa.
Echa hanya menarik nafas panjang. "Siapa wanita itu sebenarnya?" tanya Echa.
Ayanda dan Gio saling tatap kembali. Enggan rasanya jika Ayanda harus menceritakannya. Masa lalunya sudah dia kunci rapat karena hanya kepiluan dan kesedihan yang dia terima.
"Mah," desak Echa.
Gio hanya menggelengkan kepalanya kepada Ayanda. Istrinya menarik nafas terlebih dahulu sebelum bercerita.
13 tahun yang lalu ....
Echa kecil terus saja menangis tiada henti sehingga Rion merasa terganggu dengan tangisan putrinya.
"Bisa tidak kamu menghentikan suara tangisan anakmu. Aku mau tidur," teriaknya pada Ayanda.
"Echa sedang demam Mas, makanya Echa rewel," ucap Ayanda yang tengah menimang Echa dalam gendongannya.
"Aku tak peduli! Jika anak ini masih saja menangis, jangan pernah masuk ke dalam rumah ini," balasnya.
"Pap, Pa, Pa," ucap Echa kecil seraya menangis dan tangannya meronta ingin digendong oleh ayahnya, namun Rion sama sekali tidak peduli.
Suara tangisan Echa semakin keras terpaksa Ayanda membawa Echa ke teras depan. Mata Ayanda nanar setiap melihat wajah gembul Echa. Sejak lahir hingga usianya menginjak satu tahun tiga bulan, ayahnya tidak pernah menyentuh Echa. Alasannya selalu sibuk kerja. Sakit sebenarnya hati Ayanda sebagai seorang ibu, tapi dia sangat tahu suaminya adalah pekerja keras. Dan akhirnya Ayanda selalu memakluminya.
Hingga satu malam, Rion pulang sangat larut. Semua kemeja yang digunakannya untuk pergi ke toko dionggokkan begitu saja. Walaupun lelah dan matanya tidak sanggup untuk terbuka, dengan langkah gontai Ayanda membereskan satu per satu baju suaminya. Sedangkan suaminya sudah tidur dengan pulas. Ketika dia mengambil kemeja, ada yang terjatuh dari saku kemeja. Ayanda sangat terkejut apa yang dilihatnya. Alat kontrasepsi pria kond*m.
Tubuhnya seketika lemas, apa yang dia takutkan benar-benar terjadi. Bulir bening pun tak mampu dia tahan.
Ayanda memberanikan diri membuka ponsel suaminya. Semua pesan dan panggilan dari satu nama wanita saja, Dinda.
Dibacanya satu per satu pesan dari Dinda, air mata Ayanda semakin deras. Satu pesan yang membuat dadanya seperti dihantam batu besar. "Aku puas dengan servismu sayang. Besok puaskan aku lagi dengan kejantananmu."
Sepanjang malam Ayanda memeluk Echa kecil dengan menangis tiada henti tanpa bersuara. Hatinya sangat sakit dan perih meski hanya membaca pesan dari selingkuhan suaminya.
Waktu terus berlalu, setelah Ayanda menemukan pelindung dan juga membaca pesan dari wanita simpanan suaminya, dia memutuskan untuk bungkam. Tidak bicara sedikitpun kepada Rion.
Terlalu sakit hatinya walau hanya menatap wajah suaminya yang setiap kali menerima pesan wajahnya selalu berbunga. Ayanda enggan untuk menanyakan ataupun membahas masalah itu. Hatinya semakin sakit ketika Echa divonis Aritmia oleh dokter. Waktunya hanya dihabiskan untuk mengurus Echa.
Enam bulan sudah Ayanda menyimpan rapat-rapat penyakit yang diderita Echa. Dia takut jika Rion mengetahui penyakit Echa, pasti akan dibuang jauh dari hidupnya. Ayanda sudah takut walaupun hanya membayangkannya saja.
Baru saja Ayanda sampai di depan rumah setelah dari rumah sakit, terdengar suara yang membuat hatinya semakin panas. Dia memberanikan diri untuk masuk. Benar saja, dua orang dewasa sedang berciuman mesra di hadapannya. Ingin rasanya Ayanda berteriak sekencang-kencangnya namun dia tahan.
"Pap, pa, pap," oceh Echà kecil melihat ayahnya.
Aktifitas duo sejoli pun terhenti karena mendengar suara dari balik pintu. Rion melebarkan matanya ketika melihat Ayanda dan juga Echa sedang mematung di depan pintu. Sangat terlihat tatapan pilu, sedih dan sakit di mata istrinya. Tanpa bersuara Ayanda meninggalkan suaminya dan juga wanita selingkuhannya yang tersenyum licik kepadanya.
Di dalam kamar, ocehan dari Echa kecil menjadi pengobat rasa sakit dan penguat hatinya untuk terus sabar menghadapi suaminya. Dia hanya tidak ingin Echa tidak mengenal ayahnya.
Suara pintu terbuka, dengan cepat Ayanda menyeka air matanya. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Ayanda.
"Dia itu ...."
"Selingkuhan mu, aku sudah tau. Jadi, tidak usah diperjelas," potong Ayanda.
Rion membeku mendengar ucapan dari istrinya. Baru saja dia ingin menyentuh tangan Ayanda, Dinda sudah bergelayut manja di tangannya.
"Sayang, ayo," ajaknya manja.
Dengan hati yang sangat terbakar, Ayanda menggendong tubuh Echa kecil dan membawa tas perlengkapan Echa meninggalkan Rion.
"Kamu mau kemana?" tanya Rion merasa bersalah.
"Aku tidak ingin mata dan telinga anakku yang masih suci ini ternodai oleh tindakan tidak senonoh dan polusi suara kalian," jawab Ayanda tanpa menoleh sedikitpun.
Raga Ayanda mencoba baik-baik saja, tapi tidak dengan hatinya. Wajah menggemaskan Echa adalah pelipur segala lara dan sakit untuk Ayanda.
"Masih ada Mamah yang sangat menyayangimu," ucapnya pada Echa kecil disambut tertawa kecil olehnya.
Semakin hari hubungan Ayanda semakin dingin. Ayanda sudah tidak ingin disentuh sedikit pun oleh Rion. Dia lebih memilih tidur di kamar tamu dari pada harus tidur bersama suaminya yang telah menyentuh wanita lain selain dia.
Satu tahun sudah hubungan Rion dan Dinda berjalan, Ayanda mencoba untuk tidak peduli. Meskipun Rion sudah sering meminta Ayanda untuk tidur bersamanya namun selalu Ayanda tolak.
Hingga suatu pagi, keadaan Echa drop. Dengan panik Ayanda membawa Echa ke rumah sakit. Untung saja dia membawanya tepat waktu. Jika telat sedikit saja, Echa tidak akan terselamatkan. Tiga hari Ayanda menemani Echa di rumah sakit tanpa memberi kabar kepada suaminya. Dalam pikirannya, Rion sama sekali tidak akan peduli terhadapnya dan juga putrinya.
Sedangkan di rumah, Rion sudah kalang kabut, wajah merah dan emosi yang sudah meluap-luap. Sudah dua hari dua malam istri dan anaknya tidak pulang ke rumah.
"Bukannya lu senang karena anak istri lu gak ada. Jadi, lu bebas melakukan apapun dengan wanita lu," ucap Arya.
Melihat kelakuan Rion, Arya geram sendiri. Betapa kuatnya Ayanda bertahan menghadapi suami gila macam Rion yang sering sekali membawa wanita bermuka badak ke rumahnya.
"Gua khawatir, takut terjadi apa-apa sama mereka," jawab Rion.
"Ya kalo terjadi apa-apa sama mereka lu yang untung banyak. Dengan mudah bisa nikahin wanita kampret itu," sahut ketus Arya.
Tiga hari berselang, Echa sudah diperbolehkan pulang. Ayanda sangat bahagia, namun rona bahagianya berubah menjadi pilu jika dia kembali ke rumahnya.
Baru saja Ayanda dan Echa masuk pintu rumah, suara menggelegar terdengar. Rion melontarkan banyak pertanyaan kepada Ayanda dan memaki Ayanda namun tak Ayanda hiraukan. Dia dan Echa tetap masuk ke kamar tamu.
Rion mengikuti langkah Ayanda. Ketika Ayanda telah selesai meletakkan Echa di tempat tidur, dengan kasar Rion menarik tangan Ayanda keluar kamar. Dan mendorong tubuh kecil Ayanda hingga tersungkur. Suara Rion menggelegar ketika menyampaikan jika dia akan menikah dengan Dinda seolah semua penghuni bumi harus tahu kabar bahagia itu. Hingga Ayanda dan juga Echa diusir oleh Rion dan Dinda dari rumah malam itu juga.
Tubuh kecil Ayanda mampu menopang beban berat hidup yang dia alami. Berjalan tak tahu arah bersama putrinya di cuaca malam yang mendung. Hingga hujan pun turun tanpa memberi kode terlebih dahulu. Mereka berteduh di pos ronda menunggu hujan reda tapi, Ayanda belum tahu akan pergi kemana mereka. Sedangkan tabungannya sudah cukup terkuras dengan pembiayaan rumah sakit Echa.
Hingga lampu mobil mewah menyorot ke arah mereka. Si penghuni mobil yang sangat tampan dan sopan turun dari mobil. Menawarkan mereka bantuan, namun Ayanda menolaknya dengan sopan. Hingga tangisan anaknya terdengar. "Boleh aku gendong anak cantik ini?" tanya si pemilik mobil mewah. Ayanda hanya mengangguk.
Baru saja si pria tampan itu mau menggendong Echa kecil, Echa kecil dengan semangat mengoceh. "Pap, Pa, pap."
Pria tampan itu hanya tertawa dan semakin gemas dengan Echa kecil. Dalam gendongan pria Echa selalu tertawa dan tak hentinya mengoceh. Itulah pertama kalinya pertemuan Ayanda dan Gio. Karena kenyamanan yang Echa dapatkan dalam dekapan hangat Gio, Echa kecil enggan untuk turun dari gendongan Gio. Hingga Gio berhasil membujuk Ayanda untuk ikut bersamanya ke rumah besar dan diterima dengan tangan terbuka oleh Genta.
****
Air mata Echa tak hentinya menetes mendengar cerita mamahnya. Dia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati mamahnya waktu itu.
"Itulah alasan Mamah tidak mudah menerima Ayah kembali dalam hidup Mamah," jelas Ayanda
"Sakit dan perih yang Mamah rasakan dulu. Demi kamu, demi untuk melihat kamu bahagia Mamah mengorbankan kebahagiaan Mamah sendiri untuk kembali pada ayahmu. Semuanya Mamah lakukan untuk kamu, karena Mamah juga tidak ingin memisahkan kamu dengan ayah kandungmu."
Echa sangat yakin kembalinya Mamahnya dengan ayahnya bukan perkara mudah. Menahan semua sakit dan pura-pura bahagia dihadapannya adalah hal yang tersulit dilakukan.
"Beberapa tahun yang lalu wanita itu datang lagi ke kehidupan Mamah dan ayah. Mamah sangat melihat ada rona bahagia yang ayah pancarkan, tapi Mamah mencoba tetap bertahan demi kamu. Hingga ada satu hal fatal yang ayahmu lakukan yaitu membuat mu terbaring koma. Itulah fase terendah Mamah. Jika Tuhan mengambil kamu dari Mamah, untuk apa Mamah hidup. Tujuan hidup Mamah adalah kamu."
Echa langsung berhambur memeluk tubuh mamahnya. Banyak yang mamahnya pendam sendiri yang Echa sama sekali tidak tahu. Perjuangan dan pengorbanan mamahnya sangat besar untuknya.
"Ketika kamu terbaring tak berdaya hati Mamah sangat sakit, goresan luka yang telah ayahmu torehkan mulai menganga kembali. Hanya sakit dan sakit yang Mamah rasakan. Hingga Mamah memutuskan untuk pergi meninggalkan ayah."
"Mamah menceritakan ini semua bukan untuk menjelekkan Ayah. Mamah tahu kamu juga terluka dengan perpisahan Mamah dan Ayah. Tapi bukan hanya kamu terluka, Mamah lebih terluka dari apa yang kamu rasakan."
"Jangan pernah membenci Ayah. Maafkan tindakan di masa lalunya. Yang terpenting, Ayah selalu mengutamakan kamu dibanding dirinya sendiri. Percayalah, Ayah sangat menyayangi kamu." Nasihatnya untuk Echa.
Echa terus mengeratkan pelukannya kepada Mamahnya. Sesungguhnya Echa tidak membenci ayahnya. Dia hanya ingin tahu siapa wanita itu? Ternyata benar wanita itu memang penyebab kehancuran rumah tangga Mamah dan Ayahnya. Jika ayahnya bahagia dengan wanita itu dan mereka kembali bersama apakah Echa rela? Begitulah isi kepala Echa.
****
Happy reading ..
Maaf kemarin aku Gonta ganti cover Bang Duda soalnya perturan MT/NT Sekarang lebih ketat tidak boleh memakai gambar idol/anime. Jadinya aku bingung sendiri kan.😪
Seharian kemarin cuma dihabiskan untuk membuat cover😫
Maaf kalo covernya jelek, aku belum nyari lagi. Tapi ingat, jangan lihat buku dari sampulnya lihatlah isinya.
Jangan lupa like, komen dan juga vote ya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Suciati Isbiyantoro
sama seshya aja...
2021-06-19
0
Dinda Kirana agustina
emosi ya inget masa lalu Rion....
2021-06-12
0
Dinda Kirana agustina
iiih dasar kampret geningan si Rion ...
kirain cerei knp.ini dia nya selingkuh najiss... klo aku jdi Yanda udh ga mau ktmu ma mantan Kya gtu...
2021-06-12
3