Sudah beberapa hari Gio dirawat di rumah sakit sedangkan Ayanda sudah pulih, tidak ada selang infus yang menempel pada tangannya. Hanya saja, kandungannya mulai lemah kembali. Jadi, dia tidak leluasa untuk melakukan hal apapun. Benturan punggung kemarin sedikit mengguncang janinnya. Dokter mengatakan jika sekali lagi tubuhnya terkena benturan keras, akan dipastikan Ayanda akan mengalami keguguran.
Keposesifan seorang Giondra kini kian bertambah. Dari segi pengawalan hingga dia yang tidak akan pergi jauh dari istrinya. Mulai hari ini, semua pekerjaannya akan dilakukan di rumah. Begitulah keputusannya.
Sore hari, ruang perawatan Gio dipenuhi banyak orang. Siapa lagi kalo bukan Arya, Rion dan Sheza. Setelah selesai bekerja mereka akan mengunjungi boss besarnya. Bercanda ria bersama yang sengaja mereka lakukan agar Ayanda tidak merasa bosan.
Suara pintu terbuka, semua mata tertuju pada sosok yang baru saja datang. Echa dan juga Nisa, Nisa tersenyum ke arah semuanya namun senyuman hangat dia berikan untuk Arya. Sorot mata Nisa dan Arya menyatakan ada yang sedang tumbuh diantara mereka. Sedangkan Echa berhambur memeluk tubuh mamahnya dan juga papanya.
"I miss you so much," ucap Echa yang melingkarkan tangannya di perut mamahnya.
Sudah tiga hari ini Echa tidak ke rumah sakit karena banyak les mata pelajaran yang harus dia ikuti dan tugas sekolah yang menumpuk seperti cucian kotor.
Ketika dia mendengar kabar jika papanya terkena tusukan pisau dari wanita gila, Echa hanya bisa menangis karena dia tidak bisa melihat langsung kondisi papanya seperti apa.
"That's the reason I don't like her," ucap Echa dengan kesal.
Semua mata menatap ke arah Echa. Mereka tahu Echa sedang menyinggung wanita jahat itu.
"Feeling seorang anak itu sangat kuat dan tajam," lanjutnya.
Ayanda hanya mengusap rambut Echa dan mencium ujung rambut putrinya.
"Echa tidak melarang Ayah untuk memiliki pacar ataupun calon istri. Meskipun mereka tidak menyayangi Echa, I don't care. Rumah ternyaman Echa adalah bersama Mamah dan Papa," ungkapnya.
Raut wajah Rion langsung berubah mendengar ucapan dari Echa yang seperti boomerang untuknya.
Sheza hanya terdiam dan merem*s kedua tangannya. Dia yakin. Echa mengetahui kedekatan Sheza dengan ayah kandungnya.
"Echa tidak berhak melarang Ayah bahagia kan. So, lakukan apa yang Ayah suka. Echa akan baik-baik saja," ujarnya.
Sesak sekali dada Rion mendengar ucapan dari putrinya sendiri. Apa ini bentuk kekecewaan putrinya kepadanya? Karena suda memberikan kesempatan kepada wanita berhati iblis untuk dekat dengannya.
"Dek, dengar Mamah. Kebahagiaan Ayah dan Mamah adalah kamu. Jika kamu bahagia pasti kami akan lebih bahagia," tutur Ayanda seraya tersenyum.
"Restu kamu adalah jalan kebahagiaan untuk Ayah dan Mamah. Buktinya kamu merestui Mamah menikah dengan Papa dan kami bahagia, terlebih ada calon dua adik kamu di perut Mamah," jelas Ayanda.
Semua orang tersenyum bahagia mendengar nasihat Ayanda untuk putrinya. Lembut dan penuh kasih sayang.
"Jika kamu tidak suka dengan pacar atau calon istri Ayah, bicaralah baik-baik dengan Ayah. Mamah yakin Ayah tidak akan marah."
"Kalo kamu hanya diam dan memendam sendiri bukan hanya kamu yang terluka tapi Ayah juga pasti terluka. Mamah yakin, Ayah akan mengutamakan kebahagiaan kamu. Kamu adalah prioritas kami."
"Jangan kabur-kaburan gak jelas, jangan buat semua orang khawatir," tutup Ayanda.
"Papa," rengek Echa menatap Gio.
Gio hanya mengangkat bahunya seraya tersenyum. Semua orang tertawa melihat wajah Echa yang cemberut dan memonyongkan bibirnya. Tak sengaja nektra Rion dan Sheza bertemu. Ada kehangatan yang Sheza rasakan dari tatapan lembut bossnya. Pandangan Mereke terputus ketika seseorang masuk ke ruang rawat Ayanda.
"Maaf," ucap seseorang yang baru saja masuk.
Semua mata tertuju pada sosok wanita yang sedang membawa banyak jinjingan makanan.
"Maaf, tadi ada kurir yang mengantarkan makanan ke kamar perawatan suami saya. Ternyata kurir itu salah kamar, jadi saya yang mengantarkannya ke sini," ucapnya tidak tenang. Apalagi menatap Gio yang seolah akan membunuhnya.
"Letakkan di meja," ucap Gio ketus. Echa yang tidak mengerti apa-apa hanya melihat wajah wanita di depannya.
"Yanda," sapa Dinda.
Gio langsung menggenggam tangan istrinya, menariknya agar masuk ke dalam pelukannya. Lalu mengecup kening istrinya, menyalurkan ketenangan kepada Ayanda. Dia tahu Ayanda sangat tidak nyaman dengan kehadiran Dinda meskipun Dinda tidak sengaja masuk ke kamar perawatan Gio.
"Yanda, maafkan aku." Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Dinda.
Semua mata menatap Dinda dan bergantian melihat Ayanda. Echa sangat melihat mimik muka mamahnya sangat berubah semenjak wanita itu datang.
"Aku sudah memaafkanmu dari dulu," jawabnya datar tanpa ekspresi.
"Dad, Mommy mau ke kamar dulu. Baby twin perlu istirahat," ucap Ayanda.
"Daddy juga perlu istirahat," balasnya.
Gio merengkuh tubuh Ayanda memasuki pintu kamar perawatan lalu menghilang di balik pintu. Dinda hanya menundukkan kepalanya. Seharusnya dia sudah tahu jika dia hanya dianggap sampah oleh Ayanda dan juga Giondra.
"Ayo aku antar ke ruangan suamimu. Aku juga ingin menjenguk Erlan," ajak Rion yang membuat semua orang membelalakkan matanya tak percaya termasuk Echa dan juga Sheza.
Ada apa sebenarnya? batin Echa dan juga Sheza.
Sedangkan Arya hanya menggelengkan kepalanya tidak tahu harus berkata apa. Sedangkan Nisa menatap Dinda seperti orang yang sudah menyimpan dendam puluhan tahun.
Di kamar perawatan,
Ayanda duduk di pinggir ranjang, Gio duduk di sampingnya. Dipeluknya tubuh Ayanda.
"Melihat dia seolah membuka kembali lembaran pahit masa lalu," ujar Ayanda dengan suara berat.
"Kehancuran, kesakitan dan pengkhianatan." Ayanda pun mulai terisak.
Gio hanya menghela nafas, semenjak hamil istrinya lebih sensitif. Apalagi hari ini, bertemu seseorang yang berhasil memporak porandakan rumah tangganya dulu
"Karena dia, putriku jauh dengan ayahnya dan karena dia juga Echa terbaring koma."
Bayang wajah Echa kecil dan mata Echa yang enggan untuk terbuka ketika koma semakin membuat dadanya sakit. Dengan sigap Gio memeluk tubuh istrinya. Gio tahu sesakit apa Ayanda karena masa lalunya.
"Masa lalu biarkanlah menjadi pelajaran supaya kita lebih baik lagi untuk menata masa depan," ucap Gio.
"Lihat Daddy," pinta Gio.
Ayanda menatap Gio dalam. "Cukup lihat Daddy, Echa dan baby twin ke depannya. Siapapun yang datang dari masa lalu Mommy dan juga Daddy biarkanlah datang kemudian hilang dibawa angin seperti butiran debu. Mereka tidak berarti apa-apa untuk kita. Mereka hanya sekumpulan semut pengganggu yang hanya akan mengigit kita dengan gigitan kecilnya. Tidak akan pernah menggoyahkan rumah tangga kita. Harusnya mereka tahu, jika rumah tangga kita dibangun dengan pondasi yang sangat kuat, yaitu cinta."
Ayanda memeluk erat tubuh suaminya. Perkataan Gio mampu membuat hati Ayanda menghangat.
Echa benar-benar jengah melihat kelakuan ayahnya. Wajah ayahnya menunjukkan jika ayahnya sedang senang. Banyak pertanyaan yang berkeliaran di kepala Echa. Hingga dia memutuskan untuk pergi ke kamar perawatan papanya.
Dengan jelas Echa mendengar semua yang terlontar dari mulut mamahnya yang diiringi dengan isakan lirih.
"Mah," panggil Echà yang sudah menaruh di depan pintu sedari tadi.
Ayanda buru-buru menyeka air matanya. Lalu tersenyum ke arah Echa.
"Ada apa Dek?" tanya Ayanda dan menyuruh Echa mendekat.
Echa mendekat kepada mamahnya. Sangat terlihat wajah sedih mamahnya,
"Siapa wanita tadi?" tanya Echa yang sangat ingin tahu.
Ayanda dan Gio hanya saling pandang. "Echa hanya ingin Mamah jujur dia siapa?" tanya Echa lagi dengan penuh penekanan.
"Masa lalu ayahmu," jawab Ayanda tanpa sadar.
Echa membeku mendengar jawaban dari Mamahnya. Mulutnya terkunci rapat dan dadanya sedikit sesak.
Apa dia ....?
*****
Happy reading ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 431 Episodes
Comments
Netty Margareta Agus
ganti ayah biar lunas hutang wkwkwkwk
2021-07-08
0
mamah cantikk
beruntungnya ayanda seorang janda yg dapetin suami sultan, aq jg mw donk 😂😂😂
2021-04-23
1
Neni_Bening
syukurlah dinda udah nyadar..
erlan skt kyak raska dulu kalik yaa.. leukimia??
2020-11-04
0