15. Tanda Tanya

Pak Burhan duduk di kursinya, membaca satu per satu dokumen pekerjaan yang telah diselesaikan Dara sebelum waktunya. Ia memerhatikan setiap detail dengan saksama, mencari kemungkinan kesalahan atau kekurangan. Namun, setelah beberapa lama, ia tak menemukan kesalahan fatal. Hanya beberapa kalimat yang terasa kurang ringkas atau sebaliknya terlalu ringkas, tetapi masih dalam batas wajar.

Pak Burhan menghela napas panjang, meletakkan dokumen terakhir ke atas tumpukan dengan hati-hati. "Anak itu memang punya potensi," gumamnya, suaranya hampir tenggelam oleh kesunyian ruangan.

Ia bersandar di kursi, pikirannya melayang. "Dara baru bekerja satu bulan, tapi sudah menunjukkan performa seperti ini. Dengan pengalaman pertama di dunia kerja, dia bisa dibilang cepat beradaptasi."

Pak Burhan hanya bisa berharap, semoga Dara bisa bertahan bekerja di bawah Ziel yang dikenal sebagai atasan perfeksionis. Lebih dari itu, ia berharap Dara tak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan membuktikan diri.

"Semoga kamu bisa membuat perubahan, Dara," katanya pelan, sebelum kembali memusatkan perhatian pada tumpukan pekerjaan yang masih menanti untuk ditinjau.

***

Juan berdiri di depan meja kerjanya, menatap memo yang baru saja ia terima dari Ziel. Pesan singkat itu jelas: "Atur meja untuk asisten baru di dalam ruangan saya, letakkan di sebelah meja saya."

Ia mengernyit, mencoba mencerna instruksi yang terdengar sederhana, tetapi terasa sangat janggal. Selama bertahun-tahun menjadi sekretaris Ziel, belum pernah ia mendengar Ziel meminta asistennya bekerja di dalam ruangannya. Apalagi di sebelah mejanya. Biasanya, asisten Ziel bekerja di luar ruangan, berkomunikasi seperlunya melalui telepon atau pesan, bahkan akhir-akhir ini sama seperti dirinya, kalaupun masuk ke ruangan Ziel, hanya untuk menyerahkan dokumen dari kejauhan.

Juan menyesap kopinya, menghela napas panjang sambil melirik pintu ruangan Ziel yang tertutup. “Apa yang sebenarnya terjadi, ya? Tuan Ziel ini… belakangan jadi sulit dipahami. Biasanya, dekat-dekat saja sudah bikin dia nggak nyaman, sekarang malah begini,” gumamnya, menggelengkan kepala.

Ia teringat kejadian pagi tadi. Ziel terlihat begitu tenang saat meminta Juan mendekat untuk menyerahkan dokumen, reaksi yang normal bagi kebanyakan orang, tetapi luar biasa aneh bagi Ziel akhir-akhir ini. Apalagi dengan asisten baru itu, Dara, Ziel bahkan memintanya langsung duduk di depannya. Biasanya, Ziel menghindari interaksi jarak dekat seperti itu.

“Hmm… jangan-jangan ini karena Dara? Tapi kenapa? Apa dia punya efek ajaib atau semacamnya?” pikir Juan, bingung.

Juan akhirnya mengangkat telepon untuk memanggil tim logistik, memastikan meja kerja yang sesuai akan segera diantar ke ruangan Ziel. Namun, rasa penasaran itu tak bisa ia abaikan. Ia harus mencari tahu apa yang membuat Ziel, bosnya yang terkenal dingin dan perfeksionis, tiba-tiba berubah seperti ini.

Tak butuh waktu lama, meja kerja Dara sudah berada di ruangan Ziel. Dara duduk di kursi barunya dengan penuh semangat. Tangannya sibuk mengetik laporan yang Ziel minta, sementara mulutnya terus bergerak mengunyah keripik kentang. Bunyi renyah itu berirama dengan suara ketikan keyboard, seperti orkestra kecil yang mengisi ruangan Ziel.

Ziel, yang biasanya bisa fokus penuh pada pekerjaannya, mendapati dirinya sesekali melirik Dara. Wanita muda itu makan dengan begitu santai, seolah tidak sedang berada di ruangan bos besar. Anehnya, Ziel merasa nafsu makannya, yang beberapa hari ini hilang, mulai sedikit bangkit karena melihat Dara mengemil.

‘Aneh,’ pikir Ziel. ‘Apa dia punya aura khusus untuk meningkatkan nafsu makan?’

Ketika jam makan siang tiba, Ziel akhirnya mendapat ide. Ia meletakkan pena di tangannya, lalu berkata dengan nada serius, “Dara, pesan makanan untuk kita berdua. Kita makan siang di sini.”

Dara yang sedang mengunyah mendadak tersedak kecil. “Hah? Makan siang bareng, Bos?” tanyanya dengan ekspresi terkejut. Tapi saat ia melihat Ziel mengangguk, wajahnya langsung berubah cerah. “Bos yang traktir, ya?” tanyanya dengan nada penuh harap.

Ziel hanya mengangguk sekali lagi, tak mengerti kenapa Dara terlihat seperti baru menang lotre. “Iya, saya traktir.”

“Wah, rejeki nomplok! Rezeki anak soleh! Terima kasih, Bos!” serunya sambil menutup laptop dengan cepat. Ia langsung berdiri, wajahnya dipenuhi antusiasme. “Bos mau makan apa? Ayam geprek? Soto? Baso? Steak? Sushi?”

Ziel terdiam sejenak. Jujur saja, ia tidak tahu ingin makan apa. Nafsu makannya memang baru saja sedikit kembali, tapi tak cukup untuk membuatnya memilih. “Terserah kamu,” jawabnya singkat.

Dara menatap Ziel dengan mata menyipit, seperti mendeteksi sesuatu. “Bos benar-benar nggak punya preferensi apa pun?”

Ziel hanya mengangguk.

Dara mengangguk penuh percaya diri. “Oke, kalau gitu saya pesankan ayam geprek level lima. Kalau lidah Bos meledak, jangan salahkan saya, ya!” ujarnya sambil terkekeh.

Ziel hanya menatap Dara dengan tatapan datar, tetapi bibirnya sedikit bergerak, hampir seperti ingin tersenyum. “Asal kamu makan dengan rapi, saya tidak keberatan.”

“Tenang aja, Pak Bos! Saya jamin ini akan jadi makan siang paling seru!” Dara langsung mengambil ponselnya untuk memesan makanan. Ziel hanya menggeleng pelan sambil kembali ke pekerjaannya, tetapi diam-diam merasa penasaran seperti apa suasana makan siang mereka nanti.

Juan baru saja bangkit dari kursinya di depan komputer, bersiap pergi makan siang. Langkahnya terhenti ketika seorang pegawai katering muncul di depan pintu ruangan Ziel, membawa tas besar penuh makanan.

Juan mengerutkan dahi. "Makanan untuk siapa?" pikirnya.

Pegawai katering itu mengetuk pintu, dan suara Ziel yang biasanya dingin terdengar dari balik pintu, mengizinkan masuk. Juan hanya bisa berdiri di tempat, memandangi dengan heran saat Dara yang membuka pintu dan menerima makanan itu dengan senyum lebar.

"Terima kasih, Kak!" ujar Dara ceria, membuat pegawai katering itu tersenyum malu-malu sebelum berlalu.

Juan mengerjapkan mata, menatap Dara yang tampak begitu senang membawa bungkusan makanan itu ke dalam. Matanya tak percaya. Sepanjang ia bekerja dengan Ziel, bosnya yang kaku itu tidak pernah memesan makanan. Tidak pernah. Ziel bahkan sering melewatkan jam makan siang, apalagi makan di ruangannya sendiri. Tapi sekarang, ini?

Juan menghela napas pelan, lalu berjalan menuju pintu keluar. Langkahnya terasa berat, pikirannya penuh dengan tanda tanya. Sepanjang jalan menuju kantin, ia terus memutar ulang adegan tadi di kepalanya, mencoba mencari jawaban.

"Kenapa Tuan Ziel tiba-tiba memesan makanan? Dan... kenapa Dara yang kelihatan begitu bahagia? Apa mereka akan makan siang bersama? Apa ini sesuatu yang biasa? Atau aku yang terlalu memikirkan hal ini?" gumamnya, semakin bingung sendiri.

Saat akhirnya sampai di kantin, Juan menyandarkan diri di kursi dan menyendok makanannya tanpa banyak bicara. Namun, rasa penasaran itu tak mau hilang. Dia hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya yang terjadi di ruangan Ziel hari ini?

***

Di ruangan Ziel yang sejuk dan rapi, meja sofa sudah penuh dengan makanan yang dipesan Dara. Ziel mengerutkan dahi saat melihat porsi makanan yang terhidang di hadapannya. Ini jelas bukan porsi untuk dua orang. Tepatnya, ini lebih mirip porsi untuk tiga orang... atau mungkin lebih.

Ada ayam geprek, nasi melimpah, beberapa jenis dessert, kue kecil-kecil berwarna-warni, dan tiga gelas jus berbeda warna. Ziel menatap Dara dengan tatapan penuh tanya.

“Kenapa kamu pesan sebanyak ini?” tanyanya dengan nada datar, tapi matanya menyorot heran.

Dara, yang sedang mengatur piring, tertawa kecil sambil sedikit menggaruk kepala. “Ehehe... Soalnya kerja saya cepat, Pak Bos. Jadi bensinnya juga boros.”

Ziel hanya bisa menghela napas panjang. Tanpa banyak komentar, ia berjalan ke sofa dan duduk. Dara dengan santai tapi tetap sopan mempersilahkan Ziel makan.

“Silakan, Pak Bos. Biar nggak cuma biskuit yang masuk ke perut Bapak,” ucapnya dengan senyum lebar.

Ziel mengabaikan komentar itu dan mulai menyentuh makanannya. Ia mengambil sendok, tapi hanya sedikit minat. Sementara itu, Dara sudah mulai melahap ayam gepreknya dengan semangat. Yang membuat Ziel terdiam adalah fakta bahwa wanita itu makan tanpa menggunakan sendok. Tangannya sibuk mencubit ayam dan nasi dengan gerakan lincah.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Rezeki anak sholehah ditraktir sm big boss makan sepuasnya dan wkwkwk🤣🤣🤣😂Dara porsinya makannya sangat banyak dah kayak kuli bangunan.....

Maklumlah bawaan debay dan dara jg blm menyadari lg hamidun...
Ziel dideket dara merasakan sangat nyaman skl....

Ayo ziel makan yg banyak mumpung ada dara disampingmu puaaaas2...
Biar ada tenaga biar Vit bekerja lanjut....
juan penuh tanya ada keanehan sikap dgn sikap ziel....

lanjut Thor.....
sehat sll ..
semangat2...

2025-01-25

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Tentu saja Dara sangat banyak makannya karena sedang berbadan dua..dan itu darah dagingmu Ziel,,tp keduanya blm pd tahu...Dara sendiripun blm tahu kl dirinya hamil,,Ziel kamu akan ketularan makan bnyk bila bersama Dara terus....semoga kalian tambah dekat ya...dan Sukses membuat Ziel tertarik

2025-01-25

1

trista

trista

dara itu sosok yg apa adanya ziel,yg gak modelan jaim,,,gak usah heran..lebih baik ikutin cara makan ala dara..hmmmm..lebih nikmat tanpa pke sendok klo makan nasi ayam geprek..lanjut thooooorrr/Grin/

2025-01-25

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!