13. Karena Dara

Pagi itu, kantor terasa lebih ramai dari biasanya. Semua teman-teman Dara sudah berkumpul di ruangan, bahkan sebelum jam kerja dimulai. Ketika Dara tiba dengan wajah penuh rasa penasaran, ia berhenti sejenak di pintu dan memandang mereka dengan kening berkerut.

"Eh, tumben kalian rajin banget pagi-pagi gini. Jangan-jangan ada inspeksi dadakan, ya? Kok aku nggak dikasih tahu?" tanyanya sambil menutup pintu dengan kaki dan berjalan masuk.

Salah satu temannya, Lina, langsung menarik tangan Dara dan mendudukkannya di kursi. "Bukan, Dara. Kita ini kumpul buat kamu."

Dara makin bingung. "Hah? Kok kayak acara doa bersama gitu? Emangnya aku mau berangkat haji?"

Tawa kecil terdengar, tapi Lina menggeleng. "Kita mau kasih wejangan. Kamu 'kan mulai hari ini jadi asisten Tuan Ziel. Ini posisi berat, Dar. Jadi kami mau kamu siap."

"Siap mental dan fisik," sambung Bimo, temannya yang paling pendiam, sambil menyodorkan kopi ke Dara. "Kamu harus kuat ngadepin si boss yang susah banget didekati."

"Aduh, kalian serius banget," jawab Dara dengan tawa kecil sambil menyeruput kopi. "Apa dia serem banget kayak vampir, ya? Perasaan enggak."

"Serem emang enggak, tapi sudah kami bilang kemarin, dia perfeksionis. Kalau salah sedikit aja, bisa-bisa kamu dipecat," kata Lina sambil menggeleng serius. "Jadi, kita mau kasih pengalaman kita biar kamu nggak gagal. Kalau kamu gagal, mending balik aja ke sini. Kita udah nyaman ada kamu, Dar. Kamu tuh bikin suasana lebih hidup."

Teman-temannya mengangguk setuju. Dara yang biasanya suka bercanda mendadak terdiam, matanya berkaca-kaca. "Ih, kok aku jadi terhura, eh terharu, sih? Ini beneran wejangan apa acara perpisahan, ya?"

"Ya dua-duanya," kata Lina dengan senyum kecil. "Kita cuma mau kamu tahu, Dar. Kalau kamu nggak kuat di sana, balik aja ke sini. Kita pasti dukung."

Dara bangkit dari kursinya, mengangkat cangkir kopinya tinggi-tinggi. "Tenang aja, geng. Gue ini Dara si tak terkalahkan! Gue pasti bisa bikin si boss jatuh cinta sama kerjaan gue, atau... minimal nggak pengen pecat gue. Kalau nggak, gue kabur balik ke kalian."

Tawa mereka pecah bersamaan. Meski ada kekhawatiran, teman-temannya merasa yakin Dara akan membawa warna baru di posisi barunya.

Dara berjalan menuju ruangan Pak Burhan dengan tumpukan dokumen di tangannya. Langkahnya ringan, tapi pikirannya sudah berputar mencari cara dramatis untuk pamitan. "Oke, Dara, ini saatnya. Beri kesan terakhir yang megah. Bikin Pak Burhan terharu sampai pengen bikin tugu penghormatan buat gue," gumamnya pelan sambil membuka pintu.

Namun, begitu pintu terbuka, Dara langsung berhenti di tempat. Pak Burhan, dengan kumis tebal ala Pak Raden, sudah duduk di balik mejanya sambil membaca laporan. Dara spontan menjatuhkan rahangnya, nyaris menjatuhkan dokumen juga.

"Loh, Pak! Kok udah di sini? Saya 'kan mau bikin entrance dramatis!" katanya sambil mengangkat tangan ke atas seperti aktris teater.

Pak Burhan mendongak dengan ekspresi datar, tapi sudut bibirnya sedikit naik. "Dara, masuk. Kalau mau dramatis, jangan bawa dokumen setinggi gunung itu. Nanti jatuh, yang ada malah saya drama ngerapihin."

Dara nyengir, lalu melangkah masuk dan meletakkan dokumen di meja Pak Burhan dengan gaya penuh gaya. "Pak, ini semua kerjaan udah saya selesaikan. Nggak ada warisan kerjaan buat pengganti saya, jadi Bapak nggak perlu khawatir. Saya profesional, Pak."

Pak Burhan mendesah sambil menyandarkan diri di kursi. "Dara, kamu tahu nggak, kenapa saya suka kamu di divisi ini?"

Dara langsung menegakkan tubuhnya. "Karena saya cantik, ceria, dan membawa kebahagiaan di mana pun saya berada?"

Pak Burhan terkekeh. "Bukan. Karena kamu itu cekatan, anaknya bisa diandalkan, dan kerjaanmu rapi. Tapi ya... mulutmu itu bikin pusing."

Dara meletakkan tangan di dada dengan ekspresi dramatis. "Pak, ini pujian atau sindiran? Kalau saya bikin pusing, itu tandanya saya sukses bikin hidup Bapak lebih berwarna."

Pak Burhan menggeleng sambil tertawa kecil. "Dara, saya cuma mau bilang, kamu itu anak cerdas. Cuma satu pesan saya, tahan mulutmu di depan Tuan Ziel. Jangan sampai kamu bikin dia pusing juga, ya."

Dara langsung berdiri tegak, memberi hormat ala militer. "Siap, Pak! Saya janji, mulut ini hanya akan berkata yang perlu! Eh, kecuali kalau saya lupa..."

Pak Burhan menghela napas panjang, tapi matanya penuh rasa sayang. "Semoga kamu betah jadi asistennya, Dar. Kalau nggak, pintu divisi ini selalu terbuka buat kamu."

Dara tersenyum lebar, lalu mengangkat kedua tangannya seperti sedang memberikan salam perpisahan. "Baiklah, Pak Burhan! Terima kasih atas bimbingan dan wejangan! Kalau nanti saya balik ke sini, sambutlah saya dengan nasi uduk, ya!"

Pak Burhan hanya menggeleng, tapi senyum tak lepas dari wajahnya saat Dara melangkah keluar. "Anak itu... semoga Tuan Ziel nggak pusing duluan."

***

Dara melangkah menuju meja sekretaris Ziel dengan langkah percaya diri, tetapi matanya sedikit menyipit memerhatikan pria berkacamata yang duduk di balik meja itu. "Pak Juan, ya? Saya Dara, asisten baru Tuan Ziel. Jangan panggil saya Mbak, ya, soalnya itu bikin saya ngerasa tua," katanya sambil menyunggingkan senyum ramah.

Juan mengangkat alis sambil tersenyum tipis. "Tuan Ziel sudah menunggu di dalam. Silakan, Mbak Dara."

Dara langsung menepuk jidatnya sendiri. "Aduh, Pak Juan nggak denger apa tadi saya bilang? Jangan panggil saya Mbak! Panggil Dara aja, biar kayak temen seumuran."

Juan hanya terkekeh pelan sambil menunjuk ke arah pintu. "Silakan masuk, Dara."

Dara mengetuk pintu ruang Ziel dengan gaya yang sedikit berlebihan, seperti sedang mengetuk pintu istana. Begitu terdengar suara tegas Ziel menyuruhnya masuk, ia melangkah dengan hati-hati. Begitu masuk, Dara sempat terdiam sejenak. "Kantor Tuan Ziel terasa sangat mewah dengan perabotan minimalis yang rapi, tapi auranya... dingin banget. Kayak masuk ke dalam kulkas." gumamnya lirih. Kemarin ia tak terlalu memerhatikan ruangan ini.

Ziel mengangkat wajah dari dokumen di tangannya, matanya tajam memerhatikan Dara, tapi kemudian ia menyipitkan mata sedikit. Sesuatu terasa berbeda. Aroma tubuh Dara... entah kenapa nyaman di indera penciumannya.

"Silakan duduk," ujar Ziel sambil menunjuk kursi di depannya.

Dara langsung duduk dengan gaya patuh, tangannya bersiap di atas meja seperti murid yang sedang menghadapi ujian. "Sudah tahu apa pekerjaanmu?" tanya Ziel, suaranya tenang tapi tegas.

Dara mengangguk cepat. "Sudah, Tuan. Tapi kalau ada yang masih saya belum tahu, tolong dikasih tahu. Kalau perlu, dikasih contekan juga."

Ziel menaikkan satu alisnya, seperti sedang menilai apakah Dara sedang serius atau bercanda. Sebelum ia sempat menjawab, terdengar ketukan di pintu. Ziel menghela napas. "Masuk."

Juan melangkah masuk sambil membawa map dokumen, tapi langkahnya terhenti saat melihat Dara duduk di depan Ziel. Ekspresi pria itu jelas menunjukkan keterkejutan, sampai-sampai ia terdiam di ambang pintu.

"Juan?" tegur Ziel, nada suaranya membuat Juan tersentak.

Juan tergagap, "Maaf, Tuan. Saya mengantarkan dokumen yang perlu ditandatangani." Ia buru-buru melangkah ke meja sofa di sudut ruangan, tempat biasanya ia menyerahkan dokumen belakangan ini.

Namun, Ziel tiba-tiba berkata, "Letakkan di meja saya."

Juan menghentikan langkahnya, wajahnya tampak bingung. "Di meja, Tuan?"

"Ya, di sini," ujar Ziel, nadanya datar tapi jelas memerintah.

Dara yang duduk di depan Ziel memiringkan kepalanya, matanya berpindah-pindah antara Ziel dan Juan. "Eh, Pak Juan, kok kayak anak magang baru pertama kali disuruh bos? Santai aja kali."

Juan menelan ludah sambil mendekati meja Ziel, ragu-ragu. Ia akhirnya meletakkan dokumen itu di meja Ziel, jelas terlihat canggung. Dara diam-diam mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang aneh dengan sikap Juan.

Ziel, sementara itu, mengamati dirinya sendiri. Ia sadar bahwa aroma tubuh Juan, yang biasanya mengganggunya, terasa lebih tolerable. Semua ini karena keberadaan Dara.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dara siapa2 hari pertama jd asistennya big boss ziel smg sabar dan kuat ya dara jd asisten tuan ziel sangat perfeksionis....

Tanpa sadar datar calon debay dkt papanya dan ziel tidak mengalami mual dan muntah lagi kan ada dara
penangkal bau2 yg sensitif...

Dara smg betah dan kuat jd asisten ziel dan ziel didekat dara merasa tenang dan nyaman.....

lanjut thor....

2025-01-24

4

phity

phity

waaaa bakal keheranan smua staf yg slma ini duduk disofa sudut ruangan klo bgini...gk kebayang saat rapat di ruang rapat yg duduk dismping ziel ad dara biar aroma tubuh yg lain gk merusak suasana hati ziel kemana mana harus ad dara wkwkwk....bakal heran bin ajaib 1 kantor ini dara

2025-01-25

1

sum mia

sum mia

sedikit demi sedikit akan normal kembali penciuman kamu Ziel , dan tergantikan oleh aroma Dara yang bakalan bikin kamu candu .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!