11. Semakin Sensitif

Hidung Ziel menangkap aroma yang tajam, parfum bercampur keringat, dan perutnya terasa bergejolak. Ia memijit pelipisnya, berusaha mengendalikan mual yang tiba-tiba menyerang.

“Saya mengantarkan dokumen yang Anda minta, Tuan,” ujar asistennya sambil berjalan mendekat.

Ziel mengangkat tangan, menghentikan langkah asistennya. “Letakkan di meja sofa,” katanya dengan nada tegas, berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun tubuhnya hampir menyerah.

Asistennya lupa kalau akhir-akhir ini Ziel enggan didekati. Ia menurut, berjalan ke meja sofa dan meletakkan dokumen di sana. “Kalau begitu saya keluar dulu, Tuan,” katanya sebelum melangkah keluar dengan sopan.

Saat pintu tertutup, Ziel menghela napas panjang. Tangannya menggenggam tepi meja, pikirannya berkecamuk. "Kenapa reaksi tubuhku berbeda terhadap Dara?" Aroma semua orang terasa mengganggunya, apalagi aroma asistennya hampir membuatnya muntah, tapi Dara tadi...

Ia memejamkan mata, mencoba memikirkan hal lain. Namun, memori saat Dara menggerutu tentang dirinya malah muncul. Biasanya, Ziel akan langsung memberi peringatan kepada siapa pun yang berani bicara seenaknya. Tapi tadi, ia hanya membiarkan. Bahkan sedikit tersenyum mendengar kekonyolan Dara.

Ziel memandang pintu ruangannya dengan pandangan penuh tanya. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa hanya aroma tubuh keluargaku dan... Dara yang tidak menganggu, bahkan malah membuatku merasa nyaman?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar.

Namun, jika dipikirkan lebih jauh, mungkin ini ada hubungannya dengan ikatan emosional dan kedekatan yang ia miliki. Orang-orang seperti kedua orang tuanya, Ello, atau bahkan Dara, yang kini sedang mengandung anaknya, mungkin memberikan rasa aman yang berbeda. Tubuhnya seolah mengenali mereka sebagai sesuatu yang familier dan menenangkan.

Aroma mereka tidak terasa asing, tidak pula menyengat, sehingga indra penciumannya yang kini begitu sensitif lebih mudah "memaafkan" keberadaan mereka. Mungkin juga ini cara tubuhnya beradaptasi, memilih untuk mentoleransi aroma yang dianggap menyenangkan di tengah rasa stres dan ketidaknyamanan yang melanda. Bagi Ziel, kedekatan fisik dengan orang-orang ini menjadi satu-satunya pelarian dari rasa mual dan pusing yang terus menghantuinya.

Ziel duduk di kursinya, menatap biscuit yang baru saja diantarkan Dara. Perlahan, ia mengambil satu dan mulai memakannya. Ini adalah satu-satunya makanan yang bisa diterima perutnya tanpa memicu mual yang berlebihan. Setidaknya untuk sementara, ia merasa sedikit lebih baik.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Ketukan di pintu ruangannya terdengar, diikuti masuknya beberapa direktur yang bekerja di bawahnya. Mereka membawa laporan yang harus disampaikan langsung pada Ziel. Begitu pintu tertutup dan mereka mulai berbicara, Ziel langsung merasakan tubuhnya bereaksi. Aroma tubuh yang bercampur dari beberapa orang di ruangan itu menyerang penciumannya yang sudah sangat sensitif. Ia mencoba bertahan, namun rasa pusing dan mual semakin parah.

“Cukup,” Ziel akhirnya berkata, mengangkat tangannya untuk menghentikan pembicaraan. Para direktur langsung terdiam, menatapnya dengan bingung. “Kalian kembali ke ruangan masing-masing dan kirimkan laporan lewat video meeting saja. Saya akan menunggu di depan laptop.”

Suaranya tegas meski nadanya terdengar lelah. Para direktur saling pandang sebelum akhirnya menurut dan keluar dari ruangan tanpa banyak protes. Begitu pintu tertutup, Ziel segera bangkit dan berjalan cepat ke toilet yang ada di ruangannya. Tangannya menekan perutnya yang sudah bergejolak sejak tadi.

Di dalam toilet, Ziel berlutut di depan wastafel, tubuhnya gemetar saat akhirnya memuntahkan semua yang ada di perutnya. Rasa mual itu begitu menyiksa, membuatnya kesulitan bahkan untuk bernapas. Ia meraih keran dan membilas wajahnya dengan air dingin, mencoba menenangkan diri. Saat ia menatap cermin di depannya, wajahnya tampak pucat, dan ia mendesah panjang.

"Apa sebenarnya yang terjadi dengan tubuhku?" gumamnya lirih, rasa frustrasi jelas terlihat di wajahnya.

Di luar ruangan Ziel, para direktur saling pandang dengan ekspresi penuh tanda tanya setelah meninggalkan bos mereka yang tampak lebih murung dari biasanya. Salah satu dari mereka, Pak Burhan, membuka percakapan sambil melirik ke arah pintu ruangan Ziel.

“Aneh, ya. Tuan Ziel biasanya memang tegas, tapi tadi... seperti menghindar dari kita,” katanya dengan nada bingung.

“Benar,” timpal Bu Linda, direktur keuangan. “Aku merasa seperti kita membawa sesuatu yang membuatnya terganggu. Padahal, sebelumnya dia tidak pernah seperti itu. Apa mungkin dia sedang tidak enak badan?”

Pak Anton, direktur operasional, mengangkat bahu. “Kalau tidak enak badan, dia bisa saja ambil cuti atau setidaknya mengurangi beban kerja. Tapi lihatlah, dia tetap memaksa datang ke kantor. Masalahnya, sikapnya benar-benar berubah akhir-akhir ini. Bahkan tadi, dia terlihat jelas terganggu kalau kita berdiri terlalu dekat.”

“Benar, aku juga merasa begitu,” Pak Burhan menimpali lagi. “Dia bahkan meminta kita melapor lewat video meeting saja. Padahal, Tuan Ziel biasanya lebih suka mendengar laporan langsung.”

Bu Linda mengangguk sambil menyilangkan tangan. “Dia perfeksionis, selalu memastikan setiap detail itu jelas. Tapi sekarang, dia malah tampak seperti ingin menjauh dari kita.”

Pak Anton menatap pintu ruang Ziel sekali lagi, wajahnya tampak penuh pertimbangan. “Entahlah, mungkin kita harus menjaga jarak lebih jauh ke depannya. Aku hanya berharap ini bukan pertanda buruk.”

Mereka semua mengangguk setuju, lalu berjalan kembali ke ruangan masing-masing sambil tetap membicarakan keanehan Ziel. Bisik-bisik mereka terhenti sesaat sebelum memasuki lift, meninggalkan atmosfer yang dipenuhi kebingungan dan sedikit kekhawatiran.

Setelah menerima laporan dari beberapa direktur yang bekerja di bawahnya melalui video meeting, Ziel duduk di kursinya dengan tubuh yang masih terasa lemas. Sambil menyesap teh hangat dari cangkir di mejanya, ia mulai memeriksa dokumen yang sebelumnya dibawa asistennya. Matanya menyapu halaman demi halaman, hingga mendadak berhenti di salah satu bagian. Alisnya mengernyit. Dia memeriksa ulang beberapa angka dan catatan, lalu semakin dalam menghela napas.

“Bagaimana mungkin kesalahan seperti ini bisa lolos?” gumamnya dengan nada dingin.

Dengan wajah yang sudah berubah suram, Ziel meraih telepon di meja dan langsung menghubungi asistennya. Setelah beberapa dering, suara gugup asistennya terdengar dari seberang.

“Selamat siang, Tuan Ziel. Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya hati-hati.

Ziel tak membuang waktu. “Saya menemukan beberapa kesalahan fatal di dokumen yang tadi kamu berikan. Data anggaran ini tidak sinkron dengan laporan sebelumnya, dan jadwal yang kamu tulis juga tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam rapat terakhir. Belum lagi, ada typo di bagian akhir. Ini dokumen penting, dan kamu gagal memastikan akurasi setiap detailnya. Apa penjelasanmu?”

Asistennya terdiam sejenak, suara Ziel yang tegas membuatnya gugup. “Maaf, Tuan... Saya... saya mungkin kurang teliti saat menyiapkannya. Tapi saya bisa—”

“Tidak ada ruang untuk kurang teliti di sini,” potong Ziel dingin. “Kesalahan ini mencerminkan ketidakprofesionalan kamu. Saya tidak bisa membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Mulai saat ini, kamu tidak lagi menjadi asisten saya.”

Telepon terputus tanpa kesempatan bagi asistennya untuk membalas. Di ruangannya, asisten Ziel menghela napas panjang, seolah beban yang sudah dirasakannya sejak beberapa hari terakhir akhirnya terlepas.

“Yah... sudah kuduga. Dari sikapnya akhir-akhir ini, aku tahu ini hanya soal waktu,” gumamnya sambil menyandarkan tubuh ke kursi. “Setidaknya, aku masih bisa berharap dipindahkan ke posisi lain. Mungkin malah lebih baik jauh dari bos seperfeksionis dia.”

Dia berdiri, mengambil barang-barang pribadinya dengan tenang, mencoba menerima kenyataan bahwa posisinya sebagai asisten Ziel kini tinggal kenangan.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Tita Rosita

Tita Rosita

biasa baca novel yg udah end , ini nunggu yg up nya tiap hari rasa nya geregetan banget penasaran sama kelanjutan nya 😭 semangat ya thor up nya aq selalu kasih qm hadiah biar qm tambah semangat nulis nya . klo bisa up nya 3 bab 😀 ya thor

2025-01-24

3

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Kasian jg ziel sangat tersiksa mengalami mual muntah dan sangat sensitif bau2 yg menyengat...
beberapa karyawan ziel sampai aneh melihat ziel jaga jarak....

Itu bawaan debay yg mengalami ziel dan dara hanya makanya banyak....
ziel hamili anak orang tuh....

2025-01-24

2

sum mia

sum mia

wah ... habis ini gantian Dara yang jadi asistennya Ziel . makin dekat dong mereka nanti . dan biar cepat terungkap kalau mereka sebenarnya ada hubungan yang spesial .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!