18. Sulit Ditebak

Ziel menghela napas panjang, menatap Dara dengan tatapan yang membuatnya sedikit gugup. "Dara, pekerjaan asisten itu mendampingi atasan, termasuk saat keluar kota. Kalau ada yang salah, saya yang tanggung jawab. Kamu cuma perlu lakukan apa yang saya suruh. Lagipula," Ziel melirik kotak makanan Dara yang masih ada di meja, "kamu bisa bawa semua camilanmu kalau itu bikin kamu tenang."

Dara mendengus pelan, merasa sedikit tersindir. "Baik, Pak Bos. Tapi... kalau saya ikut, berarti saya nggak bisa kerja sambil ngemil seperti biasa dong? Soalnya pasti banyak orang."

Ziel menahan senyum tipis. "Selama kamu nggak bikin kehebohan di sana, saya nggak peduli."

Dara mengangkat bahu dengan pasrah. "Baiklah, Pak Bos. Tapi saya boleh bawa makanan ringan di perjalanan, 'kan?"

Ziel menggeleng sambil menutup dokumen di depannya. "Sebaiknya kamu pikirkan pekerjaanmu, bukan makananmu."

Dara tersenyum lebar, lalu dengan bercanda berkata, "Baik, Pak Bos. Tapi kalau saya lapar di tengah perjalanan, jangan salahkan saya kalau jadi bad mood."

Ziel mendengus pelan, lalu bangkit dari kursinya. "Kita berangkat jam tujuh pagi. Jangan terlambat."

Dara memberi hormat ala kadet militer sambil berkata dengan nada jenaka, "Siap, Pak Bos!"

Ziel menggeleng pelan, beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju toilet yang ada di dalam ruangan sambil berpikir. "Kenapa aku merasa perjalanan ini akan lebih ramai dari biasanya?"

Di sisi lain, Juan berdiri di depan meja kerjanya, matanya sesekali melirik ke ruangan Ziel yang pintunya sedikit terbuka. Ia baru saja mendengar bahwa Dara yang akan diajak Ziel ke luar kota besok, bukan dirinya. Juan menghela napas, mencoba memahami keputusan Ziel.

"Kenapa Dara? Bukannya biasanya aku yang ikut untuk rapat penting seperti ini?" pikir Juan sambil menggeleng pelan.

Rasa ingin tahunya semakin membuncah ketika ia mengingat bagaimana Ziel selama ini sangat jarang mempercayakan tugas di luar kantor pada orang yang belum berpengalaman. Apalagi ini Dara, asisten baru yang belum lama bekerja.

Beberapa menit kemudian, Juan mendekati meja resepsionis sambil membawa beberapa dokumen, namun pikirannya masih berkutat pada keputusan Ziel. Sambil menyerahkan dokumen itu, ia bergumam pelan, "Kenapa tiba-tiba Dara yang dibawa ke luar kota? Apa dia spesial atau gimana?"

Resepsionis di depannya, seorang wanita muda bernama Ira, tertawa kecil. "Mungkin karena Mbak Dara lebih seru, Pak Juan. Lagi pula, Tuan Ziel pasti bosan terus-terusan sama Bapak."

Juan mendengus pelan, sedikit tersinggung. "Bosan gimana? Aku ini sekretarisnya yang paling berpengalaman. Kalau soal kerja, aku tahu semua kebiasaan Tuan Ziel luar-dalam."

Ira hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. "Mungkin Tuan Ziel cuma ingin suasana baru."

Juan kembali ke mejanya dengan pikiran yang masih penuh tanda tanya. Saat ia duduk, tatapannya kembali tertuju ke ruangan Ziel. Dari pintu yang tak tertutup rapat, sesekali ia mendengar suara tawa Dara dari dalam sana.

"Suasana baru? Apa ini ada hubungannya sama Dara? Tapi, kenapa dia kelihatan beda akhir-akhir ini? Tuan Ziel yang biasanya kaku malah mulai santai... bahkan membiarkan Dara makan sambil kerja."

Juan menggeleng pelan, mencoba mengabaikan pemikirannya. Tapi jauh di dalam hatinya, ia merasa penasaran. "Ada apa sebenarnya antara Tuan Ziel dan Dara? Apa aku melewatkan sesuatu?"

***

Perjalanan menuju luar kota terasa santai, meskipun Ziel sedang membawa dokumen penting untuk diselesaikan. Di kursi sebelahnya, Dara sibuk dengan lembaran kertas di tangannya, namun mulutnya tak berhenti mengunyah.

Ziel melirik Dara yang sedang asyik makan keripik. Sudah diduganya, Dara akan membawa cemilan banyak, karena itu tadi pagi ia langsung memberikan uang kepada Dara sebelum mereka berangkat, hanya agar tak mendengar protes Dara jika kehabisan makanan.

Dara, dengan gaya santainya, menyodorkan sekantong keripik ke Ziel sambil berkata, "Pak Bos, mau coba? Ini enak banget, lho. Cuma satu gigitan aja, enggak bakal nyesel."

Ziel menghela napas pelan. Tanpa banyak bicara, ia mengambil satu keripik dan memakannya. "Kalau enggak paham soal dokumen itu, tanyakan saja," katanya sambil menunjuk kertas di tangan Dara.

Dara tersenyum lebar, gigi putihnya terlihat, membuat Ziel mengalihkan pandangannya sejenak. "Oke, Pak Bos. Saya memang ada yang mau ditanyain."

Ia langsung menunjuk salah satu poin di dokumen. Ziel, meski awalnya berniat memberi penjelasan singkat, malah dengan sabar menjelaskan poin demi poin. "Ini seperti ini... Jadi, kalau angka ini bertambah, otomatis di laporan keuangan berikutnya harus begini..."

Dara mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mengangguk-angguk. "Wah, Pak Bos keren banget! Penjelasannya gampang banget dipahami. Saya langsung ngerti!"

Ziel hanya menggumam pelan, "Ya, bagus kalau begitu."

Di kursi depan, Pak Sam, sang sopir yang sudah mengabdi bertahun-tahun, sesekali melirik kaca spion tengah. Matanya tertuju pada Dara yang duduk di samping Ziel, terlihat begitu santai berbincang dengan majikannya.

"Tuan Ziel membiarkan dia duduk di sampingnya... Seingatku, satu-satunya orang yang pernah duduk di sana hanya Nona Nika, mantan tunangan Tuan Ziel," pikir Pak Sam, heran.

Ia kembali fokus pada jalan, namun pikirannya tak bisa berhenti memikirkan hal itu. Dalam hati, ia bergumam, "Apa Tuan Ziel sudah benar-benar melupakan Nona Nika? Dan kalau iya... apakah mungkin dia mulai menyukai Neng Dara? Cepat sekali."

Pak Sam menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. "Entahlah. Tuan Ziel memang sulit ditebak. Tapi yang jelas, aku belum pernah melihat dia bersikap sesantai ini dengan orang lain."

Sementara itu, di kursi belakang, Dara sudah membuka kantong cemilan lainnya. Ziel hanya memandangnya dengan ekspresi datar, tetapi dalam hati ia berpikir, "Bagaimana dia bisa makan terus dan tetap terlihat fokus?"

***

Setelah makan malam di restoran hotel, Ziel dan Dara berjalan menuju kamar mereka masing-masing. Dara yang ceria sepanjang hari tampak lelah, namun tetap memberikan senyuman kecil sebelum masuk ke kamarnya. "Selamat malam, Pak Bos. Istirahat yang cukup, besok kita kerja keras lagi," ucapnya sebelum menutup pintu.

Ziel hanya mengangguk kecil. "Selamat malam," balasnya singkat. Ia kemudian berjalan menuju kamar hotelnya sendiri.

Begitu pintu kamarnya tertutup, Ziel melepaskan jasnya dan duduk di tepi ranjang. Ia menghela napas panjang, merasa tubuhnya lebih bugar daripada biasanya. Selama ini, ia sering merasa lemas dan kehilangan energi akibat tidak bisa makan dengan baik. Namun, hari ini berbeda.

Ia memijat pelipisnya, mencoba mencerna apa yang terjadi sepanjang hari. Makanan yang ia konsumsi, sarapan, makan siang, bahkan makan malam, semuanya masuk ke perutnya tanpa perlawanan. Tidak ada rasa mual, tidak ada pusing. Ziel bahkan merasa bahwa nafsu makannya perlahan kembali normal.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya pelan. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memandang langit-langit kamar yang dihiasi lampu temaram.

Ziel memikirkan keluarganya. Saat berada di rumah bersama Elin dan Zion, tubuhnya tidak pernah merasa pusing atau mual akibat aroma tubuh mereka. Itu sesuatu yang ia syukuri. Tapi, saat makan bersama keluarga, ia tetap tidak bisa menelan makanan tanpa merasa mual.

Berbeda dengan hari ini, bersama Dara, semua terasa normal. Tidak ada rasa mual sama sekali. Bahkan, ia bisa makan dengan lahap tanpa merasa terpaksa. Dara, dengan segala keanehannya, berhasil membuat Ziel makan dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Ia memejamkan mata, mencoba meredam pikirannya yang terus berputar. "Apa ini hanya kebetulan? Atau ada sesuatu yang berbeda darinya?" Ziel membuka mata, kini menatap kosong ke arah jendela yang menghadap kota.

Entah kenapa, ia merasa tubuhnya merespons kehadiran Dara dengan cara yang tidak ia mengerti. Ada sesuatu tentang perempuan itu yang membuatnya bisa kembali normal, meskipun ia sendiri tidak tahu apa.

Dengan pikiran yang masih penuh tanda tanya, Ziel akhirnya meraih remote untuk mematikan lampu. Dalam kegelapan, ia bergumam pelan pada dirinya sendiri, "Besok... aku harus mencari tahu kenapa."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Klo pgn tahu jawabannya pergi kedokter ziel jelaskan secara detail keluhanmu pasti dokter lbh tahu akan jelaskannya....

Dara lg hamil anakmu dan debay pgn sll dkt sm papanya...
Gara2 obat lucknut yg diberikan mantan tunanganmu itu ziel sampai menodai dara hingga hamidun....

Beruntung ziel putus sm nika perempuan gak setia tukang selingkuh....
Sijalang nika tidak terima ziel membatalkan pertunangannya dan akan berusaha terus mendapatkan ziel.....

lanjut Thor......

2025-01-26

2

sum mia

sum mia

harus Ziel....kamu harus cari tahu , biar terbongkar semua .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-27

2

Sri Hendrayani

Sri Hendrayani

karna dedek bayi dekat sm papanya tp klau jauh mk dedek bayi hukum papanya/Facepalm/

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!