4. Pengumuman

Ziel berdiri di balkon kamarnya, menatap langit yang dipenuhi awan kelabu. Angin dingin berembus, menggoyangkan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia menghela napas panjang, merasa begitu jengah dengan ketidakpastian yang terus menghantuinya.

Sejak malam itu, sejak ia terbangun dan menemukan dirinya dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan, pikirannya tak pernah benar-benar tenang. Ia telah berusaha mencari gadis itu, memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi, mencari petunjuk di sepanjang jalan yang ia lewati malam itu. Tapi hasilnya nihil.

Ziel menunduk, menatap benda kecil di tangannya. Sebuah anting berbentuk hati berwarna putih yang ia temukan di jok mobil setelah kejadian itu. Jemarinya mengusap permukaannya yang halus, seakan berharap anting itu bisa berbicara dan memberinya jawaban.

"Siapa kau...?" gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Ia mengepalkan tangan, merasakan frustrasi menjalar di dadanya. Mencari seseorang hanya dengan anting sebagai petunjuk terasa mustahil. Tapi entah kenapa, ia tak bisa berhenti mencoba.

Dari jejak darah di celana dan jok mobilnya, Ziel sangat yakin gadis itu masih perawan. Dalam hati, ia bertanya-tanya, "Kenapa dia pergi begitu saja? Apa dia terlalu takut untuk meminta pertanggung jawabanku? Atau mungkin… dia tidak ingin bertemu denganku lagi?" Pikiran itu membuat dada Ziel terasa sesak, sebuah rasa bersalah yang mulai menggerogoti dirinya.

***

Di tempat lain, Dara terbangun dengan napas tersengal, keringat dingin membasahi pelipisnya. Matanya membelalak menatap langit-langit kamar kos yang sempit.

"Lagi?!" gerutunya, mengusap wajah dengan kesal. "Ya ampun, Tuhan. Ini mimpi kok kayak sinetron azab, terus diulang-ulang. Aku 'kan udah tobat!"

Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, tapi bayangan kejadian di dalam mobil itu masih melekat di benaknya.

"Dasar laki-laki kurang ajar! Munculnya di mimpi doang, di dunia nyata entah di mana!" gerutunya lagi. "Wajahnya aja aku nggak ingat, sumpah kocak. Masa direnggut kesuciannya tapi nggak bisa ngelaporin karena nggak punya barang bukti? Bahkan muka pelaku aja buram. Ini pelaku kejahatan atau tokoh anime yang sengaja disensor?!"

Dara mengacak-acak rambutnya, frustrasi. "Kalau suatu saat ketemu, bakal aku bacok pakai sendok! Eh, sendok mana bisa ngebacok, ya? Ah, pokoknya bakal aku ajak makan sambil kasih racun mental!"

Ia mendengus kesal, berusaha mengalihkan pikirannya. "Udah kayak kaset rusak, tiap malam diputar ulang. Mending kalau mimpinya ada ending bahagia, lha ini? Endingnya cuma aku yang ngamuk-ngamuk nggak jelas."

Dara membanting diri ke kasur, menarik selimut hingga menutupi kepala. "Sudah cukup, drama mimpi! Aku mau tidur lagi, jangan ada season dua!"

Namun, jauh di dalam hatinya, rasa takut, marah, dan benci masih bergejolak. Ia tahu, sekuat apa pun ia menggerutu, luka itu belum sepenuhnya sembuh.

***

Malam telah larut ketika Nika akhirnya tiba di rumah setelah menghadiri sebuah acara fashion show. Saat ia hendak melangkah menuju kamarnya, seorang pelayan mendekat dengan wajah ragu.

"Nona, Tuan dan Nyonya sedang menunggu Anda di ruang keluarga," ucap pelayan itu pelan.

Nika mendesah panjang, rasa malas terpancar jelas dari wajahnya. Namun, ia tetap melangkah menuju ruang keluarga. Langkahnya terdengar gemas, seolah ingin segera menyelesaikan urusan yang menunggunya.

Ketika masuk, ia mendapati kedua orang tuanya sudah duduk di sofa. Mama Nika memandangnya dengan ekspresi tajam, tangannya berkacak pinggang, sementara Papa Nika duduk bersandar dengan raut wajah yang tak kalah serius.

"Dari mana kau?" tanya Mama Nika dengan nada menuntut.

Nika melemparkan tas kecilnya ke sofa sebelum duduk dengan wajah datar. "Melihat fashion show," jawabnya tanpa ekspresi, nada bicaranya malas.

Papa Nika mendengus keras, matanya berkilat. "Setelah Ziel memutuskan pertunangan kalian, kamu masih sempat-sempatnya pergi melihat fashion show?"

Nika tidak segera menjawab, hanya mengangkat bahunya dengan santai seolah tak peduli, sementara kedua orang tuanya memandangnya dengan campuran kemarahan dan kekecewaan.

"Sudah punya tunangan seperti Ziel, tampan, gagah, kaya, kok malah selingkuh sama pria yang kelasnya di bawahmu?!" seru Mama Nika penuh emosi.

Papa Nika mengangguk sambil menyilangkan tangan di dada. "Kalau mau selingkuh, main cantik, dong. Jangan sampai ketahuan. Lihat apa yang kamu buat sekarang? Malu kita!"

Mama Nika langsung menyambar, suaranya meninggi. "Oh, seperti kamu, maksudnya? Kamu 'kan ahlinya kalau soal selingkuh! Jiwa selingkuh anak ini memang menurun darimu!"

Papa Nika mengangkat alis, tak mau kalah. "Kamu bicara apa? Kamu sendiri juga main dengan berondong di luar sana! Jangan sok suci!"

Mama Nika membalas dengan nada menusuk. "Aku juga nggak akan main dengan berondong kalau bukan kamu duluan yang mengkhianati aku!"

Di tengah perdebatan sengit itu, Nika mendesah panjang, merasa muak dengan situasi. Ia berdecak kesal. "Duh, kalian ini ribut terus nggak ada habisnya! Kalian tuh sama aja. Di depan publik mesra, tapi di belakang sama-sama selingkuh! Bedanya, kalian pinter nutupin."

Mama Nika menatap Nika tajam. "Tutup mulutmu! Urusan kami nggak ada hubungannya dengan masalahmu!"

Nika berdiri, berniat pergi, tapi suara tegas Mamanya menghentikannya. "Mama nggak mau tahu. Kamu harus kembali dapatkan Ziel! Mama nggak peduli gimana caranya, tapi dia harus jadi suamimu."

Papa Nika mengangguk setuju. "Benar. Jangan lepaskan ikan kakap demi ikan teri. Ziel itu jackpot! Jangan bodoh."

Mama Nika melanjutkan dengan nada yang lebih tajam. "Lagipula, kenapa kamu sampai selingkuh? Ziel itu tampan, gagah, dan kaya raya! Kamu mau cari yang lebih dari dia di mana?"

Nika memutar mata, membuang napas kasar. "Akhir-akhir ini Ziel sibuk banget. Nggak ada waktu buat aku! Pacaran juga kayak anak ABC. Gandengan doang. Ciuman pun nggak mau. Sok suci."

Papa Nika mengangkat alisnya dengan skeptis. "Dia cuma menjaga dirinya, Nika. Pria yang nggak main-main seperti itu yang kamu butuhkan."

Mama Nika menambahkan dengan kesal. "Dan kamu malah menghancurkannya dengan kebodohanmu sendiri! Mama nggak peduli. Pokoknya Ziel harus jadi milikmu, titik!"

Nika mendesah frustrasi. Ia merasa terpojok, tapi dalam hati tahu bahwa kegigihan orang tuanya tak akan mudah dilawan.

***

Dara duduk di kursi tunggu dengan jantung yang berdebar kencang. Setelah melewati berbagai tes, akhirnya hari ini adalah pengumuman hasil seleksi.

Tak lama, seorang staf HRD keluar dari ruangan dan menatap Dara. “Mandara?”

Dara langsung berdiri tegap, lalu refleks memberi hormat seperti tentara. “Siap, Pak, saya Mandara! Ada apa gerangan? Apakah saya di-blacklist atau justru dipromosikan sebelum mulai kerja?”

Staf HRD menahan tawa. “Santai. Saya ingin mengucapkan selamat. Kamu diterima bekerja di sini.”

Dara terdiam sejenak, lalu matanya membulat. “SERIUS, PAK? Saya nggak kena prank, 'kan?”

HRD mengangguk sambil tersenyum. “Iya, kamu diterima. Berdasarkan hasil tes dan wawancara, kami melihat kamu memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik, cepat beradaptasi, dan punya energi positif yang bisa menular ke lingkungan sekitar.”

Dara langsung memeluk tasnya erat-erat. “Aduh, Pak, saya hampir nangis! Jadi, saya diterima sebagai apa?”

HRD menyerahkan sebuah map. “Kamu akan bekerja sebagai asisten eksekutif.”

Dara menatap map itu dengan kening berkerut. “Asisten eksekutif?”

“Ya. Kamu akan bekerja langsung di bawah salah satu direktur perusahaan.”

Dara membalikkan mapnya, seolah mencari petunjuk tersembunyi. “Direktur? Ini serius, Pak? Saya bukan masuk tim event organizer atau bagian customer service?”

HRD tersenyum. “Kami rasa kamu lebih cocok menangani pekerjaan eksekutif karena kamu punya keberanian, inisiatif, dan... ya, kamu juga punya cara unik menghadapi tekanan.”

Dara menelan ludah. “Bekerja langsung di bawah bos? Pak, ini tantangan atau cobaan?”

HRD tertawa. “Anggap saja tantangan. Jadi, siap mulai bekerja minggu depan?”

Dara mengangkat tangannya tinggi-tinggi. “SIAP, PAK! Demi nasi dan lauk pauk, saya siap bekerja keras! Eh, tapi…” Wajahnya mendadak serius. “Direkturnya siapa, ya?”

HRD menatapnya dengan senyum misterius. “Kamu akan segera tahu.”

Dara merinding. “Kok rasanya ada hawa-hawa mistis?”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Marsiyah Minardi

Marsiyah Minardi

Sukaaaa deh cewek model Mandara gini
Asyik, kocak, konyol, vibes positive, rameeee

2025-01-21

7

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Semangat2 mandara akhirnya diterima
jg rezeki gak akan lari kemana....
Mandara gadis sangat unik ceria dan ramah skl pasti suka dgn tantang dan inisiatifnya tinggi bingit pasti cocok dgn ziel mampu menyelesaikan pekerjaan dgn baik...

Ziel terus mencari gadis yg dinodainya tp sangat sulit mencarinya....

2025-01-22

3

sum mia

sum mia

emang dengan adanya Dara maka disekitarnya akan terasa hangat dan tak membosankan .
cieeee.... Cieeee....
selamat ya Dara.... sekarang sudah dapat kerjaan , bekerja langsung dengan pak bos lagi .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍 😍 😍

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-25

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!