Rina berkomentar saat melihat Dara sedang menikmati jeruk nipis dengan asyik. “Pantesan kamu nggak gendut meski makan banyak. Jeruk nipis itu bagus banget buat program diet karena mengandung asam sitrat yang bisa meningkatkan metabolisme tubuh, jadi kalori bisa terbakar lebih efisien. Selain itu, jeruk nipis rendah kalori dan punya serat yang bisa nunda rasa lapar, bikin kita merasa kenyang lebih lama.”
Mendengar komentar Rina tentang jeruk nipis dan diet, Dara langsung meletakkan garpunya sejenak, berpura-pura memasang wajah serius. “Hmm... Jadi jeruk nipis itu bikin kenyang lebih lama, ya? Eh, tapi kenapa aku malah makin lapar tiap kali makan buah asam?”
Rina menggeleng sambil menahan tawa. “Itu dia masalahnya, Dar. Kalau kamu udah makan jeruk nipis tapi tetep lapar, itu namanya bukan diet, tapi kerja keras lambung kamu!”
Dara menghela napas dramatis sambil meletakkan tangan di dada. “Kerja keras lambungku nggak sia-sia, Rin. Aku makan banyak supaya ada cadangan energi buat menghadapi kenyataan pahit di kantor. Kan, katanya kalau hidup udah cukup asam, tambahin aja gula. Nah, aku siapkan energi buat jadi gula di hidup orang-orang.”
Semua orang di meja langsung tertawa. Rina menepuk bahu Dara sambil berkata, “Dara, kamu tuh kayaknya udah nggak butuh gula tambahan lagi. Hidup kamu udah cukup manis... meskipun porsinya gede banget!”
Dara terkekeh, menunjuk ke arah Rina. “Makanya, Rin, jangan fokus sama porsi makanku. Fokuslah pada dirimu sendiri. Siapa tahu nanti aku bawa cadangan energi ini buat nemenin kamu lembur!”
Rina memutar matanya sambil tertawa kecil, sementara yang lain kembali terpingkal-pingkal melihat tingkah Dara yang tak pernah gagal membuat suasana jadi lebih hidup.
***
Dara memasuki pantry kantor, membawa tumpukan dokumen di tangan kirinya dan secangkir kopi di tangan kanannya. Tatapannya segera tertuju pada sekelompok staf pria yang berkumpul di sudut ruangan, membicarakannya dengan suara pelan namun tak cukup pelan untuk menghindari telinganya yang tajam.
"Serius, Dara itu cantik banget, ya. Tapi kok nggak pernah kasih sinyal ke siapa pun?" bisik salah satu staf pria sambil menatap ke arahnya.
"Katanya sih dia fokus sama karier. Tapi ya, kalau aku jadi dia, nggak bakal nolak kalau ditaksir orang sekeren aku," celetuk pria lain sambil menyisir rambutnya dengan gaya sok keren.
Dara mendekat dengan langkah percaya diri, meletakkan dokumen di meja, lalu berbalik menghadap mereka. “Hmm, kalian bisik-bisik soal aku, ya?” tanyanya dengan senyum penuh arti, membuat wajah mereka langsung pucat.
“Eh… enggak, Dara! Nggak ada apa-apa kok!” jawab salah satu pria dengan gugup, sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal.
Dara menatap mereka tajam, lalu menyipitkan mata seperti sedang memeriksa daftar dosa mereka. "Oke, fine. Kalau mau ngegosipin aku, mending gosip yang seru sekalian. Kayak, aku ini agen rahasia yang menyamar di kantor kalian buat mengungkap skandal bos besar. Itu jauh lebih keren, 'kan?"
Para pria tertawa kikuk, sementara Dara kembali ke kursinya. Namun, di balik candaannya, pikirannya sesaat melayang ke masa lalu. Trauma itu masih membekas, terutama karena ia tak pernah benar-benar tahu siapa pria yang telah merenggut sesuatu yang paling berharga darinya. Apalagi mimpi tentang kejadian malam itu terus datang menjadi momok saat ia tidur.
Saat itu, lampu mobil mati. Ia terlalu takut dan panik untuk mengingat jelas siluet pria itu, apalagi mencari tahu wajahnya. Dalam kondisi syok, panggilan telepon dari adiknya yang mengabarkan bahwa ayah mereka jatuh dan berdarah memecahkan konsentrasinya. Dara hanya memikirkan satu hal, keluar dari situ secepatnya dan pergi membantu ayahnya.
Namun, ia menepis kenangan itu dengan cepat. "Nggak ada waktu buat mikirin masa lalu. Fokus Dara, fokus!" gumamnya sambil menepuk pipinya sendiri dengan gaya dramatis, membuat beberapa staf di sekitarnya menatapnya heran.
“Dara, lo nggak apa-apa?” tanya salah satu staf perempuan, setengah khawatir.
“Nggak apa-apa, kok. Cuma latihan jadi pemenang Piala Oscar,” balasnya sambil mengedipkan mata, lalu kembali bekerja seolah tak ada apa-apa.
***
Pagi yang Aneh untuk Ziel
Ziel terbangun dengan perasaan yang tidak nyaman. Ada sesuatu di perutnya yang terasa seperti diaduk-aduk, membuatnya buru-buru bangkit dan berlari ke kamar mandi. Begitu sampai, ia menunduk ke wastafel, lalu ke toilet, berusaha memuntahkan apa pun yang mengganggu perutnya. Namun, yang keluar hanya cairan kuning pahit yang membuat tenggorokannya terasa perih.
Ia mengangkat wajah, menatap bayangannya di cermin. Wajahnya tampak pucat, dengan kantung mata yang lebih gelap dari biasanya. Ziel menyapu rambutnya ke belakang, mencoba berpikir jernih. "Kenapa akhir-akhir ini aku jadi agak sensitif sama bau-bauan? Nafsu makan juga berkurang, tiap pagi selalu mual, dan sekarang malah muntah-muntah?"
Setelah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja, Ziel turun ke ruang makan, bergabung dengan kedua orang tuanya, Zion dan Elin, untuk sarapan.
Elin yang duduk di seberangnya langsung memerhatikan raut wajah Ziel yang terlihat lelah. “Ziel, kamu sakit?” tanyanya dengan nada lembut.
Ziel menyesap air putih sebelum menjawab. “Sedikit, Ma.”
Zion yang sedang membaca koran menatap putranya sekilas. “Kalau merasa nggak enak badan, sebaiknya periksa ke dokter,” ujarnya dengan nada datar, tapi sarat kepedulian.
Ziel mengangguk. Memang sejak tadi ia sudah berencana untuk memeriksakan diri. “Iya, Pa. Nanti aku mampir ke dokter setelah pulang kerja.”
Elin tersenyum tipis. “Baguslah. Jangan disepelekan.”
Ziel hanya mengangguk lagi sambil menyuap sarapannya, meskipun rasanya hambar di lidah. Ada sesuatu yang mengganggunya, tapi ia belum tahu apa.
***
Ziel duduk di ruang tunggu rumah sakit, tubuhnya bersandar lemah di kursi. Matanya terlihat sayu, memperlihatkan kelelahan yang tak ia sembunyikan lagi. Ia berusaha menahan rasa tidak nyaman yang terus mengganggu.
Aroma tubuh orang-orang di sekitar, bercampur dengan bau menyengat obat-obatan dan disinfektan, membuat penciumannya semakin tersiksa. Ia mengembuskan napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi rasa mual itu tetap bertahan, menambah beban yang sudah terasa berat sejak tadi.
Ketika pintu ruang dokter terbuka, seorang pria mengenakan jas putih keluar. Ello, sang Om yang sudah lama tak ia temui, tersenyum ramah.
"Ziel," sapa Ello sambil melangkah mendekat. "Kabar buruk ya, Om baru denger dari mamamu soal kondisi kamu. Kenapa nggak cerita lebih awal? Kita bisa lebih cepat atasi masalah ini."
Ziel mencoba tersenyum, meski terasa sulit. "Sibuk, Om. Lagipula, nggak terlalu parah kok," jawabnya, suaranya terdengar agak lemah.
Namun, tanpa disadarinya, rasa tak nyaman yang biasanya menyerangnya setiap kali mencium aroma tubuh orang lain kini perlahan menghilang. Aroma tubuh Ello, Om-nya, terasa begitu menenangkan, seolah memberikan rasa aman yang sulit dijelaskan. Ziel menghela napas lega tanpa sadar, sejenak melupakan ketidaknyamanan yang selama ini membebani.
Ello menilai dengan seksama, tidak terlihat meyakinkan. "Nggak terlihat baik-baik aja nih, Ziel. Kamu harusnya ke dokter penyakit dalam. Ini bisa jadi masalah asam lambung atau gangguan pencernaan lain. Mamamu bilang kamu sering nggak sarapan, 'kan?"
Ziel mengangguk pelan, wajahnya seketika berubah cemas. "Iya, Om. Aku memang nggak ada nafsu makan belakangan."
"Tidak baik terus-menerus begini," kata Ello dengan nada serius. "Ayo, Om temani. Kita cek lebih lanjut. Lebih cepat lebih baik."
Ziel menatap Ello, merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Om-nya yang selalu bisa diandalkan. "Baiklah, Om. Ayo pergi ke dokter."
Ello memberikan senyum kecil, lalu mengarahkan Ziel menuju ruang pemeriksaan. "Kita pastikan dulu penyebabnya, biar nggak makin parah."
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Bener kan fillingku ziel lg kena sindrom couvade kehamilan simpatik merasakan mual dan muntah sangat sensitif penciumannya,,,
Dara hamil yg merasakan efeknya ziel siap2 merasakan nyidam....
Om ello membuat kondisi ziel agak mendingan...
Setelah pemeriksaan ketahuan ziel menghamili anak orang....
lanjut thor....
2025-01-22
5
sum mia
ya pasti semua baik-baik saja , tidak ditemukan penyakit di tubuh Ziel . karena semua efek dari kehamilan simpatik . dan Dara yang belum menyadarinya dan belum mengetahui kalau dia hamil .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-01-26
2
Anitha Ramto
Mandara yang hamil dan ,Ziel yang ngidam..mengalami morning sicknes..
aduh gimana nanti untuk mengetahuinya ya...kalo Dara hamik anaknya Ziel...sepertinya Dara juga belum sadar kalo dirinya hamil...periksa Dara periksa
2025-01-22
2