14. Izin

Juan berdiri di depan meja Ziel, tangannya menggenggam erat clipboard berisi dokumen yang baru saja diletakkannya di meja bosnya. Biasanya, ia tidak pernah dibiarkan mendekati meja itu akhir-akhir ini. Ziel bahkan lebih sering memintanya menyerahkan dokumen di sofa sudut ruangan, menjaga jarak yang tidak bisa dijelaskan.

Namun hari ini, Ziel berbeda. Sikapnya terasa... normal. Tidak ada kerutan di dahi, tidak ada isyarat menjauhkan diri, bahkan ada jeda sejenak saat bosnya mengambil pena untuk menandatangani dokumen yang seolah membuat ruang itu terasa lebih santai, sesuatu yang tidak lagi Juan rasakan akhir-akhir ini.

Juan mencuri pandang ke arah Dara yang duduk di kursi depan Ziel, terlihat santai sambil memainkan ujung rambutnya yang panjang. Dara tampak seperti tidak menyadari betapa luar biasa situasi ini bagi Juan.

“Juan,” suara Ziel memecah lamunannya.

Juan tersentak, refleks berdiri lebih tegak. "Ya, Tuan?"

“Sudah selesai. Ambil ini,” kata Ziel sambil mendorong dokumen yang telah ditandatangani ke tepi meja.

Juan maju dengan hati-hati, mengambil dokumen itu sambil mencoba menyembunyikan kebingungannya. "Terima kasih, Tuan."

Saat ia melangkah keluar ruangan, pikirannya berputar. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Tuan Ziel tiba-tiba jadi seperti ini? Apa karena gadis itu?"

Begitu pintu ruangan Ziel tertutup di belakangnya, Juan berhenti sejenak di lorong, masih memegang clipboard di tangannya. Ia menghela napas panjang, bergumam pelan, "Ini benar-benar aneh. Tapi kalau begini terus, semoga semuanya kembali seperti dulu... semoga."

Lalu, ia berjalan pergi, masih dengan wajah penuh tanda tanya.

Di ruangan Ziel, begitu pintu tertutup, Dara bersandar ke kursinya sambil memiringkan kepala, menatap Ziel dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Tuan Ziel, tadi kenapa ya, Pak Juan kayak ngeliat hantu di ruang ini? Apa karena aura bos besar Tuan terlalu mencekam?"

Ziel menatap Dara dengan datar. "Fokus pada pekerjaanmu, Dara."

Dara menegakkan tubuhnya lagi sambil mengangkat tangan seperti murid yang dihukum. "Siap, Bos! Tapi serius, auranya dingin banget, kayak kulkas."

Ziel hanya memijat pelipisnya sambil menggeleng, merasa Dara akan jadi pekerjaan baru yang menarik untuknya.

Ziel menatap Dara sejenak sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke interkom di mejanya. Ia menekan tombol dan memanggil Juan.

"Suruh Rika datang ke sini," perintahnya dengan nada tenang namun tegas.

Juan di seberang terdengar bingung, tetapi ia tetap menjawab, "Baik, Tuan."

Dara, yang duduk di depan Ziel, menatap bos barunya dengan alis terangkat. "Rika? Bukannya itu—"

"Ya, dia asisten yang saya pecat kemarin," potong Ziel tanpa basa-basi.

Dara langsung mengernyit. "Oh, mantan asisten. Kenapa dipanggil lagi? Jangan-jangan Tuan Ziel mau ngajak balikan."

Ziel menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya. "Saya ingin dia menjelaskan tugas-tugas asisten sama kamu. Itu saja."

Dara memutar bola matanya dengan gaya dramatis. "Yakin? Jangan-jangan ini plot twist kehidupan kantor. Bos balikan sama mantan asisten. Wah, seru banget!"

Ziel menatapnya tajam, membuat Dara buru-buru menutup mulutnya, meskipun seulas senyum geli masih bermain di wajahnya.

Tak lama, pintu ruangan terbuka. Rika masuk dengan wajah bingung bercampur gugup. "Tuan Ziel, ada apa? Saya pikir saya sudah diberhentikan."

"Benar, tapi saya butuh bantuan kamu sekali lagi," ujar Ziel datar sambil menunjuk kursi di sebelah Dara. "Duduk di situ."

Rika menegang, sama seperti Juan sebelumnya. Matanya melirik Dara yang terlihat santai, bahkan terlalu santai. Dengan ragu, ia melangkah mendekati kursi itu. "Maaf, Tuan, tapi… saya pikir saya bisa menjelaskan dari sini saja."

Ziel menatapnya tajam, memberi tekanan tanpa perlu kata-kata tambahan. Rika akhirnya menyerah dan duduk di kursi sebelah Dara dengan gerakan lambat.

Dara, yang sejak tadi memerhatikan interaksi itu, berbisik pelan pada Rika, "Santai aja, Kak Rika. Tuan Ziel nggak akan menggigit, kok… setidaknya, belum pernah saya dengar ada korban."

Rika memaksakan senyum, tapi jelas merasa tidak nyaman. Ziel, sementara itu, diam-diam memerhatikan reaksinya. Aneh. Biasanya aroma tubuh Rika sudah cukup membuatnya mual sejak beberapa meter jauhnya. Namun kini, dengan Dara di ruangan yang sama, ia merasa jauh lebih toleran.

"Rika, jelaskan tugas-tugas asisten pada Dara," perintah Ziel akhirnya, memecah keheningan.

Rika mulai berbicara, menjelaskan dengan nada formal meskipun sesekali melirik Ziel dengan cemas. Dara, yang mendengarkan dengan serius, tetap tidak kehilangan sisi kocaknya.

"Jadi, Kak Rika, kalau bos tiba-tiba minta kopi jam dua pagi, itu harus siap, ya? Tapi kalau saya kasih kopi instan aja, kira-kira bakal dipecat nggak?" tanyanya, setengah bercanda.

Rika menatapnya sejenak, bingung apakah harus tertawa atau tidak. Ziel menahan senyum kecil yang hampir tidak terlihat.

Setelah selesai memberikan penjelasan, Rika menoleh ke Ziel. "Tuan Ziel, apa saya boleh pergi sekarang?"

Ziel mengangguk perlahan. "Ya, kamu boleh pergi."

Rika berdiri dengan cepat, tampaknya ingin keluar dari ruangan itu secepat mungkin. Setelah pintu tertutup di belakangnya, Ziel menatap Dara dengan pandangan penuh evaluasi.

"Sepertinya teori saya benar," gumamnya.

Dara menatapnya dengan mata menyipit curiga. "Teori apa, Tuan? Jangan-jangan teori konspirasi kalau saya ini punya kekuatan magis buat menetralisir ruangan dingin ini!"

Ziel tidak menjawab, hanya tersenyum kecil. "Kembali bekerja, Dara. Saya akan menguji teori ini lagi nanti."

Dara menatapnya dengan ekspresi bingung, tapi akhirnya mengangkat bahu. "Baiklah, Bos. Kalau butuh penetral ruangan dingin lagi, panggil aja saya."

Ziel duduk di kursinya dengan tangan bertaut di atas meja, menatap Dara yang terlihat sibuk mencatat sesuatu di notebook kecilnya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka suara.

"Dara."

Dara menegakkan punggungnya dan menatap Ziel dengan cepat. "Ya, Pak Bos?"

Ziel menghela napas pelan, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata yang tepat. "Mulai sekarang, kamu akan bekerja di satu ruangan dengan saya. Tepat di sebelah saya."

Dara membelalakkan matanya, terkejut dengan pernyataan itu. "Hah? Satu ruangan? Sebelah Pak Bos?"

Ziel mengangguk tenang. "Ya. Saya akan menyuruh seseorang mengatur meja kerja kamu di sini."

Dara menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, tampak seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu. Akhirnya, ia bergumam refleks, "Aduh, kerja satu ruangan dan di sebelah bos... auto kelaparan ini."

Ziel, yang mendengar gumaman itu, mengangkat alisnya tinggi. "Apa yang barusan kamu katakan?"

Dara langsung tersentak, menyadari ucapannya terdengar. Ia menatap Ziel dengan ekspresi campuran antara malu dan pasrah. "Emm, saya cuma bilang… saya ini mudah lapar, Tuan Ziel. Kalau harus kerja di satu ruangan dengan Tuan, saya... saya minta izin untuk ngemil, ya?"

Ziel menatap Dara lama tanpa ekspresi, matanya sedikit menyipit seolah sedang menganalisis permintaan yang tak biasa itu.

"Ngemil?" ulang Ziel dengan nada datar.

Dara mengangguk cepat, mencoba menjelaskan. "Iya, Bos. Saya itu nggak bisa kerja kalau perut kosong. Otak saya suka macet kalau nggak ada makanan masuk. Jadi... kalau Pak Bos mau saya produktif, saya harus diizinkan ngemil, ya?"

Keheningan menyelimuti ruangan. Ziel tampak mempertimbangkan. Permintaan ini jelas tidak sesuai dengan aturan kerja formal. Tapi, keberadaan Dara ternyata memiliki efek signifikan pada kemampuannya menolerir aroma tubuh orang lain. Itu alasan utama mengapa ia ingin Dara berada di dekatnya.

Akhirnya, Ziel mengangguk pelan. "Baik. Kamu diizinkan ngemil, tapi dengan satu syarat."

Dara langsung berseri-seri. "Apa itu, Bos?"

"Pastikan meja kamu tetap rapi, tidak ada remah-remah atau bau makanan yang mengganggu."

Dara mengangkat tangan kanannya seperti sedang bersumpah. "Siap, Tuan Ziel! Saya jamin meja saya bakal lebih bersih daripada kaca showroom mobil mewah!"

Ziel menahan senyum kecil yang hampir muncul di wajahnya. "Baik. Kembali bekerja. Meja kamu akan diatur hari ini."

Dara mengangguk semangat dan kembali ke pekerjaannya. Namun dalam hati, ia sudah sibuk merencanakan daftar camilan yang akan dibawanya besok.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Waduuuh dara blm menyadari ya lg hamidun dan makannya buanyakk dan. suka ngemil bawaan debay....

Ziel nanti ngiler/ngeces melihat dara
mengemil jd pengen jg....
Calon debaynya pgn dkt sm papanya ya dan papa ziel kasian lg mabok parah
mual dan muntah2 Sensitif bau2 yg aneh...

2025-01-25

3

Anitha Ramto

Anitha Ramto

wah tambah seru az nih cerita Ziel dan Dara...buat Ziel nempel trs sm Dara...

Sampai Ziel jatuh Cinta sama Dara dan jadi Bucin...trs gimana nih nanti dgn oenilaian Ziel dgn perutnya Dara lama² pasti buncit

2025-01-25

4

sum mia

sum mia

hadeeechhhh... Dara...Dara.... bisa-bisanya rencana yang ada di otak kamu daftar cemilan yang akan dibawa besok , auto pak bos bakalan minta juga tuh .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!