5. Santainya Dara

Dara berdiri di dekat meja resepsionis, menunggu dokumen yang perlu ia bawa ke ruang arsip. Ia sedang mengobrol santai dengan Nita, staf senior di departemennya, ketika tiba-tiba suasana di lobby kantor berubah hening.

Semua orang yang sedang lalu-lalang berhenti sejenak, memberi jalan kepada seorang pria tinggi berjas abu-abu gelap yang berjalan dengan langkah tegas. Wajahnya tampak tenang, tetapi auranya memancarkan wibawa yang sulit diabaikan.

Dara terdiam, matanya mengikuti pria itu hingga hilang di balik pintu lift. “Wow...” gumamnya setengah kagum. “CEO kita, ya? Gila, cakep banget. Aura-aura drakor ini, sih. Kalau dia main film, ratingnya pasti langsung 10/10!”

Nita yang mendengar gumaman Dara tersenyum kecil. “Iya, itu Tuan Ziel. Yang baru aja lewat. Kalau lihat langsung gitu emang bikin kagum, ya?”

Dara menoleh ke Nita dengan senyum jail. “Bukan kagum lagi, Kak. Ini mah cinta pada pandangan pertama. Tapi santai aja, aku bakal main santun. Dia 'kan CEO. Kalau tiba-tiba aku nembak, takut dia nggak kuat jantungnya.”

Nita tertawa kecil. “Dara, kamu ini kocak banget, sih! Tapi, ngomong-ngomong, dengar-dengar Tuan Ziel itu baru aja putus dari tunangannya.”

Mata Dara berbinar mendengar informasi itu. “Oh, jadi ada lowongan jadi nyonya CEO, nih? Wah, aku harus daftar ini. Gimana prosedurnya? Kirim CV dulu atau langsung wawancara?”

Nita memukul pelan lengan Dara sambil tertawa geli. “Kamu ini ada-ada aja. Tapi jangan salah, bos itu susah didekati. Apalagi, selama ini nggak ada yang tahan lama jadi asistennya. Rekor terlama adalah empat bulan.”

Dara yang awalnya santai mendadak terkejut. “Empat bulan? Serius? Kenapa? Ada aturan nggak boleh kentut di ruangan dia, ya? Atau ada sistem pergantian asisten setiap catur wulan?”

Nita terkikik. “Nggak segitu ekstremnya, sih. Tapi katanya Tuan Ziel itu perfeksionis banget. Semua harus rapi, tepat waktu, nggak boleh salah sedikit pun.”

Dara mendecak pelan, lalu tersenyum penuh percaya diri. “Wah, ini kayaknya aku bisa bertahan, nih. Perfeksionis? Sama dong, aku juga perfeksionis. Bedanya, aku perfeksionis untuk selalu cari cara biar nggak stres di kerjaan.”

Nita menggeleng pelan sambil tertawa lagi. “Dara, kamu ini lucu banget, deh. Tapi hati-hati ya, siapa tahu kamu nanti ketemu langsung sama bos.”

Dara tersenyum lebar, menunjuk ke arah lift. “Kalau ketemu lagi, Kak, aku bakal bilang, "Tuan Ziel, Anda butuh asisten yang bisa bertahan lama? Tenang, saya bisa tahan sampai enam bulan tanpa pengawet!’”

Ucapan itu membuat Nita tertawa terpingkal-pingkal, sementara Dara tetap memasang ekspresi yakin dengan gayanya yang kocak.

***

Pagi itu, Ziel terbangun dengan kepala terasa berat dan perut yang tak nyaman. Meski begitu, ia tetap harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali karena ada rapat penting dengan klien besar yang datang dari luar negeri. Ziel tahu ia tidak boleh melewatkan kesempatan ini, mengingat perjanjian bisnis tersebut sangat penting bagi perusahaan.

Setelah selesai bersiap, Ziel turun dari kamarnya dengan langkah tergesa-gesa. Jasnya sudah rapi, dan dasi hitamnya terpasang sempurna, meski wajahnya masih terlihat sedikit pucat.

Saat melewati ruang makan yang berada di dekat tangga, Elin, sang mama, sudah duduk di kursinya dengan secangkir teh hangat di tangan. Melihat Ziel yang melintas begitu saja, Elin menghentikan langkahnya.

"Ziel, kamu nggak sarapan dulu?" tanyanya lembut, pandangannya khawatir saat melihat wajah putranya yang tampak letih.

Ziel berhenti sejenak dan melirik arlojinya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.45. Ia mendesah kecil. "Nggak, Ma. Aku buru-buru."

"Tapi—" Elin belum sempat menyelesaikan ucapannya, Ziel sudah menyela dengan senyum tipis. "Nanti aku makan di kantor saja, Ma. Aku pamit dulu, ya, Ma, Pa."

Sebelum Elin sempat menahan, Ziel sudah melangkah keluar dengan cepat. Elin menghela napas panjang, matanya mengikuti langkah Ziel yang semakin menjauh.

Zion, yang duduk di ujung meja dengan koran pagi di tangannya, menurunkan kacamatanya sedikit. "Hari ini memang dia harus berangkat pagi-pagi sekali," katanya tenang. "Rapat dengan klien besar, dia sudah membicarakannya dengan aku kemarin."

Elin mengangguk pelan, tetapi kekhawatiran tetap tergambar di wajahnya. "Semoga Ziel nggak terlalu memaksakan diri. Dia terlihat sangat kelelahan akhir-akhir ini."

Zion tidak menjawab, hanya mengalihkan perhatiannya kembali ke koran di tangannya. Namun, samar-samar, ia ikut memikirkan hal yang sama.

***

Pagi itu di kantor, Dara duduk di meja kerjanya yang terletak di ruangan besar penuh dengan staf. Meski baru beberapa hari bekerja di bawah Pak Burhan, direktur yang terkenal disiplin dan serius, Dara sudah jadi bahan pembicaraan. Bukan karena ia karyawan baru, tetapi karena kecantikannya dan sifatnya yang kocak, meski tetap cekatan dalam bekerja.

Pak Burhan, pria paruh baya dengan kumis lebat ala Pak Raden, melintas di dekat meja Dara sambil membawa beberapa dokumen. Ia berhenti sejenak dan menatap Dara yang tampak sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

“Dara, ini dokumen untuk rapat nanti. Pastikan sudah dicek sebelum kita masuk ke ruangan,” kata Pak Burhan dengan nada tegas.

Dara menoleh cepat, berdiri dari kursinya, dan menerima dokumen itu dengan sikap hormat yang sedikit berlebihan. “Siap, Pak! Serahkan pada saya. Dalam hitungan menit, ini akan beres seperti sulap. Hokuspokus, dokumen siap di-review!” katanya dengan nada main-main.

Pak Burhan hanya mengerutkan kening, menatap Dara dengan tatapan campuran antara bingung dan heran. “Dara, ini kantor, bukan sirkus,” katanya dengan nada setengah jengkel.

“Maaf, Pak,” Dara tertawa kecil, kembali duduk, dan mulai memeriksa dokumen. “Saya cuma mencoba mencerahkan suasana, siapa tahu Bapak butuh hiburan.”

Pak Burhan menghela napas panjang, tetapi ada kilatan kecil di matanya yang menunjukkan bahwa, meski tidak mau mengakuinya, selama Dara menjadi asistennya, ia sedikit terhibur. “Kalau hasil kerja kamu tetap bagus, saya biarkan kamu begitu. Tapi kalau sampai ada yang salah…” Ia menggantungkan kalimatnya dengan tatapan serius.

Dara menegakkan punggungnya dan memberi hormat lagi. “Siap, Pak! Nggak akan ada yang salah. Kalaupun salah, saya bertanggung jawab sepenuhnya. Darah dan nyawa saya untuk kantor ini!”

Pak Burhan mendesah pelan, menggeleng, dan berjalan kembali ke ruangannya sambil bergumam, “Anak ini benar-benar aneh, tapi tanggapnya cepat.”

Sementara itu, para staf yang menyaksikan interaksi tersebut berusaha menahan tawa. Kekocakan Dara selalu berhasil mencairkan suasana, bahkan dalam situasi yang serius seperti ini. Salah satu dari mereka berbisik pelan kepada rekan di sebelahnya, “Dia itu serius atau sedang audisi drama sih?” Bisikan itu membuat yang lain menutupi mulut, menahan tawa agar tak terdengar oleh Dara.

Dua jam kemudian, Dara dan Pak Burhan memasuki ruang rapat untuk bertemu Ziel, CEO muda yang terkenal disiplin dan perfeksionis. Semua staf sudah duduk rapi di kursi masing-masing. Saat Ziel masuk, suasana langsung menjadi tegang.

"Buset dah, ini ruang rapat apa ruang sidang pengadilan kasus pembunuhan berantai? Tegangnya sampai bisa bikin uban tumbuh seketika," gumam Dara pelan sambil melirik Pak Burhan, yang hanya menatapnya dengan tatapan 'diam atau kau tamat.'

Melihat tatapan Pak Burhan, bukannya membuat Dara takut, tapi malah menyengir lebar. Pak Burhan hanya mendesah panjang, menutup mata sejenak seakan berusaha mencari kesabaran ekstra untuk menghadapi staf barunya itu.

Sedangkan staf yang duduk di sebelah Dara meliriknya dengan ekspresi campuran antara takjub dan ngeri melihat dan mendengar gumaman Dara. Ia mendekatkan diri sedikit, berbisik nyaris tak terdengar, "Sebaiknya kau serius sebelum kena SP, atau lebih buruknya langsung dipecat sama Tuan Ziel."

Namun, Dara hanya menoleh dengan senyum santai. "Santai aja, ini cuma pemanasan."

Staf itu menatap Dara dengan wajah penuh kepanikan kecil, lalu kembali fokus ke meja, seolah berharap tak ada yang memerhatikan percakapan mereka.

Ziel melirik sekilas ke arah Pak Burhan dan Dara. “Pak Burhan, dokumen untuk presentasi sudah siap?” tanyanya dengan nada tegas.

“Sudah, Tuan Ziel,” jawab Pak Burhan sambil menyerahkan dokumen itu.

Ziel membuka dokumen tersebut, memeriksanya dengan teliti. Sementara itu, Dara duduk di samping Pak Burhan, berusaha menahan diri agar tidak terlihat terlalu santai. Tapi ketika Ziel tiba-tiba mengangkat wajahnya, tatapan tajamnya langsung membuat Dara refleks menegakkan punggung.

“Siapa dia?”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dara sangat humoris dan kocak bikin ngakak suasana kantor yg tegang sangat berwarna semenjak kehadiran dara.....

Ayolah dara seriuslah lg meeting dan suasana lg tegang bingit dan kayaknya nonton film horor....

Ziel seketika menatap dara dan ada perasaan aneh menatap dara dan wajahnya dara sangat familiar....

lanjut thor....

2025-01-22

3

꧁۝༒𝑨𝒇𝒚𝒂꧂™

꧁۝༒𝑨𝒇𝒚𝒂꧂™

Gadis itu yg kamu ragut kehormatan keperawanan nya Ziel.. maka bertanggungjawab lho😅

2025-01-23

1

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Dia itu Dara Ziel..wanita yang sudah kamu renggut kesuciannya,,skrg kerja di Kantormu

2025-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!