19. Apa Benar Karenanya?

Dara terbangun dengan tubuh gemetar, napas tersengal, dan wajah penuh peluh meski kamar hotel itu dingin. Ia mengusap keningnya yang basah, lalu duduk di ranjang sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.

"Mimpi itu lagi..." gumamnya dengan suara serak. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menghilangkan rasa sesak dan cemas yang kembali menyerangnya.

Dara meraih botol air mineral di atas meja, meneguknya dalam-dalam, lalu menghela napas panjang. Namun pikirannya tetap berputar pada mimpi yang baru saja mengusiknya.

"Kenapa sih, Dara? Sudah lama, kenapa nggak bisa hilang dari kepalamu? Harusnya kamu lupa... harusnya!" ucapnya pada diri sendiri, suaranya terdengar lebih frustrasi daripada marah.

Bayangan dari kejadian itu kembali menghantuinya, malam yang gelap, suasana sempit di dalam mobil, dan siluet seseorang yang wajahnya tak bisa ia lihat dengan jelas. Ia memejamkan mata, tapi rasa dingin yang menusuk dan kengerian malam itu kembali muncul di ingatannya.

Dara berdiri dan mulai mondar-mandir di dalam kamar, mencoba menenangkan pikirannya. "Sudah, Dara, berhenti mikir! Kamu itu orang yang kuat! Kalau mimpi ini datang lagi, kamu lawan aja, paham?!" ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri di depan cermin.

Namun tatapannya di cermin berubah lembut, penuh rasa sedih. "Tapi... kenapa ya, aku nggak bisa lupa? Aku bahkan nggak tahu siapa dia... Aku cuma bisa ingat bayangan itu. Siluetnya, suara napasnya... dan gelapnya." Suaranya melemah, dan ia terduduk di tepi ranjang.

Dara memeluk lututnya, berusaha menguatkan diri. "Aku sudah berusaha. Sudah berkali-kali bilang sama diriku kalau kejadian itu nggak akan mengontrol hidupku lagi. Tapi kenapa mimpi ini terus datang?"

Ia menghela napas panjang, mencoba membangkitkan kembali semangat khasnya. "Ayo, Dara! Hidup kamu nggak cuma soal itu. Kamu punya tanggung jawab, Aditya. Kamu punya pekerjaan, masa depan, dan... roti isian di tas! Itu lebih penting daripada mimpi bodoh ini!"

Dengan langkah berat, Dara menuju kamar mandi. Namun sebelum masuk, ia kembali melihat pantulan dirinya di cermin. "Ingat, Dara, kamu lebih dari sekadar kenangan buruk itu. Kamu Dara yang nggak bisa dikalahkan! Kalau mimpi ini datang lagi, aku bakal kasih tahu mimpi itu, 'Aku nggak takut lagi!'."

Ia menyalakan keran air, membasuh wajahnya, lalu menarik napas dalam-dalam. "Aku kuat. Aku akan baik-baik saja. Tapi serius, kapan ya mimpi itu berhenti?"

Setelah menenangkan diri, Dara melangkah keluar dari kamar mandi dengan ekspresi lebih tenang. Meski dalam hati ia tahu bahwa melupakan kejadian itu bukan perkara mudah, Dara bertekad untuk tidak membiarkan trauma menguasai hidupnya.

Di Kamar Ziel

Pagi itu, Ziel terbangun dengan rasa tak nyaman di perutnya. Ia bergegas ke kamar mandi, memegangi wastafel sambil muntah-muntah. Napasnya terengah-engah setelahnya, dan ia mencipratkan air ke wajahnya, menatap pantulan dirinya di cermin.

"Kenapa masih seperti ini lagi?" gumamnya frustrasi.

Kemarin ia merasa normal, bahkan cukup berenergi setelah seharian bersama Dara. Ia mengingat bagaimana ia makan dengan nyaman tanpa rasa mual atau muntah. Tapi pagi ini, semuanya kembali seperti biasa, perutnya bergejolak, tubuhnya sedikit gemetar meski tidak separah biasanya.

Ziel berjalan keluar dari kamar mandi, menghempaskan diri di sofa kamar hotel. Ia memijit pelipisnya dengan mata terpejam. Pikiran tentang Dara tiba-tiba muncul, dan tanpa sadar ia bergumam, "Apa aku harus bersamanya selama satu kali dua puluh empat jam supaya kondisiku normal?"

Ia membuka matanya, lalu terkekeh lemah. "Ini gila. Kalau memang harus bersama dia terus, kenapa aku nggak sekalian aja nikah sama dia?"

Namun seketika Ziel terdiam. Kata-kata itu menggantung di udara, bahkan terasa asing bagi dirinya sendiri. Ia menggelengkan kepala, mencoba menepis pikirannya. "Nikah? Dengan Dara?"

Ia merenung sejenak, membiarkan pikirannya berkelana. Wajah Dara yang ceria dan penuh semangat terlintas di benaknya. Ia mengingat bagaimana Dara selalu makan tanpa henti, bagaimana ia berbicara dengan percaya diri, meski terkadang begitu nyeleneh.

"Dia memang cantik... cerdas juga. Tapi dia itu... unik." Ziel mendeskripsikan Dara dalam pikirannya dengan senyum tipis yang tiba-tiba muncul di bibirnya.

Namun segera setelah itu, Ziel menggerutu, mencoba menutupi senyumannya sendiri. "Aku sudah tidak waras. Semua ini karena penyakit aneh ini!"

Ia bangkit dari sofa, berusaha menenangkan pikiran. Meski tubuhnya terasa sedikit lebih baik dibanding biasanya, ia tahu ini semua karena kemarin ia bisa makan dengan nyaman. "Dara memang seperti obat sementara untukku... tapi ini bukan solusi. Aku harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," pikirnya.

Ziel menatap ke luar jendela, menenangkan dirinya dengan pemandangan kota yang masih lengang di pagi hari. Namun dalam hatinya, ia tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kehadiran Dara benar-benar membuatnya merasa lebih baik, dan itu mulai membuatnya semakin bingung.

***

Pagi itu, Ziel dan Dara memulai hari mereka dengan pertemuan bersama klien. Dara yang masih mengunyah roti sambil berjalan di belakang Ziel terlihat sangat santai. Ziel, dengan raut wajah serius, sempat menoleh ke arahnya dan berkomentar dingin, “Dara, tolong berhenti makan dulu. Kita mau ketemu klien.”

Dara mengunyah pelan-pelan, kemudian menjawab tanpa ragu, “Aku ini butuh energi, Pak Bos. Kalau aku lemas, nanti kerjaanku nggak maksimal.”

Ziel menghela napas, tapi memilih tidak memperpanjang masalah. Begitu sampai di ruang rapat, Dara langsung berubah 180 derajat. Ia duduk dengan postur profesional, senyumnya ramah, dan cara bicaranya sangat teratur saat membantu Ziel menjelaskan materi presentasi. Ziel mengamati sikap Dara dari sudut matanya, sedikit terkejut melihat betapa mudahnya Dara menyesuaikan diri.

Setelah pertemuan selesai, Ziel memuji Dara dengan nada datar, “Presentasimu cukup bagus. Tidak mengecewakan.”

Dara tersenyum lebar, bahkan terlihat bangga. “Makasih, Pak Bos. Tapi jangan lupa, saya juga butuh penghargaan dalam bentuk makanan. Saya lihat ada toko roti terkenal di sebelah hotel.”

Ziel menatapnya dengan ekspresi bingung bercampur tak percaya. “Kamu benar-benar hanya memikirkan makanan, ya?”

“Makanan adalah sumber energi dan kebahagiaan, Pak Bos,” jawab Dara tanpa rasa bersalah.

Sepanjang hari, mereka berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain untuk mengurus pekerjaan. Saat makan siang, Dara dengan cepat memesan makanan di restoran terdekat. Ziel yang biasanya tak banyak makan justru terdorong mencoba berbagai makanan yang dipesan Dara.

“Coba ini, Pak Bos,” Dara menyodorkan sepiring kecil nasi goreng. “Rasanya beda dari yang biasa kita makan di kantor.”

Ziel mengernyit, tapi akhirnya mencoba. Setelah beberapa suap, ia mengangguk kecil. “Lumayan.”

“Lumayan? Ini enak banget, tahu!” Dara memprotes dengan gaya santainya.

Di sela-sela bekerja, Dara terus mengeluarkan celetukan-celetukan kocak yang membuat Ziel, meski tak menunjukkan ekspresi berlebihan, merasa lebih rileks. Saat mereka mengecek dokumen di lobby hotel, Dara tiba-tiba bergumam, “Pak Bos, kerja sama Bapak itu kayak pelatihan militer. Tapi anehnya, saya suka.”

Ziel mengangkat alis. “Itu maksudnya pujian atau sindiran?”

“Dua-duanya,” jawab Dara sambil terkekeh, kembali fokus ke dokumen di tangannya.

Malam harinya, setelah semua urusan selesai, mereka makan malam bersama di restoran hotel. Ziel terlihat lelah tapi puas. Dara, seperti biasa, memesan lebih banyak makanan daripada yang Ziel kira manusia normal bisa habiskan.

Saat makanan datang, Dara berkata sambil tertawa, “Pak Bos, kalau saya nggak habis, nanti Bapak bantu, ya.”

Ziel menatap piring-piring penuh di meja mereka, lalu mendesah. “Dara, kamu ini seperti mesin makan tanpa batas.”

“Mesin makan yang pintar kerja, 'kan?” Dara membalas santai.

Ziel hanya menggelengkan kepala, tapi dalam hatinya, ia tak bisa menyangkal bahwa kebersamaan dengan Dara selama seharian ini benar-benar membuat hari-harinya terasa berbeda.

Dan yang paling mengejutkan, Ziel benar-benar menyadari, selama bersama Dara, ia tak lagi merasa terganggu oleh bau di sekitarnya, sesuatu yang selama ini menjadi masalah besar baginya. Tak ada rasa mual atau keinginan untuk muntah. Bahkan saat makan malam, ia menikmati makanannya tanpa rasa tidak nyaman sedikit pun. Meski hari itu melelahkan karena jadwal yang padat, tubuhnya masih terasa bertenaga.

Ziel diam-diam merenung, bertanya-tanya apa yang sebenarnya membuat perubahan itu terjadi. Ia melirik Dara yang masih sibuk menikmati makanannya, dan entah kenapa, sebuah pikiran melintas di benaknya. Apa benar ini semua karena kehadirannya? Ziel menggeleng pelan, mencoba menepis pikiran aneh itu, tapi dalam hati ia tahu ada sesuatu yang berbeda setiap kali Dara ada di dekatnya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Terlintas dipikiran ziel tuk menikahi dara krn dara membuat ziel sangat nyaman dan tidak mengalami mual dan muntah2....

Nikahi aja dara dan anak yg dikandung dara adalah anakmu ziel...
Debay tidak mau jauh dr papany pgn sll dekat papanya terus....

Dara tidak curiga apa makan banyak kan bukan kebiasaannya dan dara tidak menyadari bulan blm dateng....

Dara jg tidak peka lg hamidun....

2025-01-27

3

sum mia

sum mia

kak Nana.... aku bener-bener penasaran gimana nanti bisa terbongkar . dan kapan Dara akan menyadari kalau dia sedang berbadan dua . iiiihhhh.... gemes aku sama mereka .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍 ⁶

2025-01-27

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Kenapa Daranya belum menyadari kalo dirinya sedang berbadan dua..tentu saja makannya banyak,,dan Ziel tetap merasa nyaman dekat dengan Dara rasa mualpun hilang dan bisa makan sepuasnya...ayo Dara periksa dan Ziel selidiki Mandara

2025-01-27

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!