8. Kesempatan Kedua

Ruang Konsultasi Dokter

Ziel duduk di kursi pasien dengan sikap kaku, tatapan matanya fokus pada meja dokter. Di sebelahnya, Ello duduk santai, menyandarkan punggungnya pada kursi.

“Jadi, keluhan apa saja yang Anda rasakan?” tanya dokter penyakit dalam, seorang pria paruh baya dengan suara lembut namun tegas.

Ziel melirik Ello sejenak sebelum menjawab, “Saya sering pusing, mual, dan... ya, tidak nafsu makan.”

Dokter mengangguk, mencatat di buku medisnya. “Keluhan ini sudah berapa lama?”

“Sekitar dua minggu,” jawab Ziel singkat.

Ello, yang sejak tadi mendengarkan, menambahkan, “Saya dengar dari kakak saya, Elin, ibunya Ziel, kalau dia sering tidak sarapan dan belakangan sibuk banget. Kayaknya ini ada hubungannya.”

Dokter tersenyum kecil, lalu menatap Ziel. “Benar, Tuan Ziel? Anda sering melewatkan sarapan?”

Ziel mengangguk, sedikit enggan. “Iya, kadang terlalu sibuk, jadi... lupa.”

“Bukan kadang, lebih sering,” sela Ello, melirik Ziel dengan alis terangkat.

Dokter tersenyum kecil melihat perhatian Ello pada Ziel, lalu kembali menatap Ziel. “Lalu, pernah tidak merasa ada sensasi terbakar di dada atau asam di mulut?”

Ziel meneguk ludah, ragu-ragu. “Kadang. Tapi nggak sering.”

Dokter kembali mencatat. “Kelihatannya ini gejala asam lambung yang meningkat. Stress dan pola makan yang buruk bisa memperparah kondisinya.”

Ziel mengangguk pelan, namun diam-diam ia menyembunyikan satu keluhan lain yang mulai mengganggunya, sensitivitas terhadap bau tertentu. “Kalau aku bilang aku mulai mual dengan bau parfum, bahkan aroma kopi kesukaanku, pasti mereka pikir aku aneh,” pikir Ziel sambil memalingkan wajah.

Namun, tak lama kemudian Ziel menyadari sesuatu yang aneh. Sejak mencium aroma tubuh Om-nya, rasa tak nyaman terhadap bau-bauan di sekitarnya perlahan berkurang. Ia merasa lebih mampu menahan berbagai aroma yang biasanya membuatnya pusing dan mual.

Ia juga teringat bahwa saat bersama kedua orang tuanya, ia merasakan hal yang sama, aroma tubuh mereka memberinya kenyamanan dan mengurangi rasa tak nyaman terhadap bau-bauan di sekitarnya.

Ziel sendiri tak memahami kenapa hanya aroma tubuh keluarganya saja yang terasa menenangkan dan tidak mengganggu dirinya, sementara aroma tubuh lainnya begitu menyiksa.

“Kalau begini, Anda harus mulai memperbaiki pola makan, mengurangi stres, dan menghindari makanan pemicu seperti gorengan atau makanan pedas,” lanjut dokter membuyarkan lamunan Ziel.

Ello menepuk bahu Ziel. “Dengar itu. Jadi mulai sekarang sarapan, ya? Kalau nggak, nanti mamamu ngamuk.”

“Om,” gumam Ziel dengan nada setengah kesal, membuat dokter tersenyum.

“Baiklah, saya akan resepkan obat untuk meredakan gejala. Kalau ada keluhan lain yang muncul, segera datang lagi,” kata dokter sambil menutup buku catatannya.

Ziel mengangguk. Namun, saat keluar dari ruang konsultasi, pikirannya kembali ke keanehan yang ia sembunyikan. “Apa mungkin ini hanya efek asam lambung? Atau ada yang lain?” gumamnya dalam hati, sambil melirik Ello yang berjalan di sampingnya dengan santai.

***

Ziel memarkir mobilnya di tempat biasa dan melangkah masuk ke kantor dengan cepat. Namun, saat ia tiba di depan meja sekretarisnya, langkahnya terhenti ketika sekretarisnya mendekat.

“Tuan Ziel, Nona Nika sudah menunggu di dalam,” ucap sekretaris itu dengan hati-hati.

Mendengar nama Nika, rahang Ziel langsung mengeras. Kenangan yang ingin ia lupakan kembali berputar di benaknya, Nika yang menyusulnya keluar kota, memaksa masuk ke kamar hotelnya, dan memberinya obat yang membuatnya kehilangan kendali, hingga ia melakukan sesuatu yang sampai saat ini menghantuinya. Sesuatu yang melibatkan gadis tak dikenal yang belum pernah ia temukan.

Dengan napas berat dan emosi yang perlahan memuncak, Ziel mendorong pintu ruangannya. Nika yang duduk di sofa langsung berdiri dan melangkah mendekatinya dengan ekspresi penuh harap.

“Ziel, aku—”

“Berhenti di situ!” Ziel mengangkat tangan, wajahnya penuh amarah. Aroma tubuh Nika yang tajam langsung menyerangnya, membuat kepalanya terasa berdenyut dan perutnya mual. Ia menutup hidung dengan satu tangan, tatapannya tajam. “Jangan dekati aku. Bicara dari sana!”

Nika tertegun, matanya melebar. “Ziel, ada apa denganmu? Aku hanya ingin bicara—”

“Jika kau tidak bisa bicara tanpa mendekat, lebih baik keluar sekarang!” suara Ziel terdengar dingin dan penuh ancaman.

Nika menggigit bibirnya, namun akhirnya berhenti melangkah. “Aku ingin memperbaiki semuanya, Ziel. Aku menyesal. Aku janji akan setia padamu, aku hanya ingin kita kembali seperti dulu.”

Ziel mendengus tajam, langkahnya berat saat ia berjalan ke meja kerjanya. “Seperti dulu?” ia mengulangi dengan nada mengejek, matanya menatap Nika penuh kebencian. “Setelah semua yang kau lakukan? Kau pikir aku bisa melupakan itu?”

“Ziel, aku mencintaimu!” sergah Nika dengan suara hampir memohon.

Ziel membanting dokumen yang ada di tangannya ke meja, suaranya menggema di ruangan itu. “Jangan bicara soal cinta, Nika! Apa kau lupa apa yang kau lakukan? Kau berkhianat, merusak segalanya! Kau berbuat licik, berusaha menjebakku, kau menghancurkan kendaliku, dan sekarang aku harus menanggung akibatnya seumur hidup!”

“Aku melakukan semua itu karena kau tak punya waktu untuku, mengabaikan aku! Tapi aku janji akan lebih mengerti kamu dan setia padamu. Tolong beri aku kesempatan kedua, Ziel!” Nika mencoba mendekat lagi.

Namun Ziel mengangkat tangannya sekali lagi dengan tegas. “Aku bilang jangan dekati aku!” serunya, suaranya meninggi. “Kau ingin bicara soal kesempatan kedua? Tidak ada kesempatan kedua untukmu. Jika kau datang untuk membahas pertunangan kita, dengar baik-baik, tidak akan pernah ada lagi pertunangan, apalagi pernikahan, di antara kita!”

Air mata mulai menggenang di mata Nika, namun Ziel tak menunjukkan sedikit pun rasa simpati. “Aku sudah memutuskan. Jika kau masih berharap, itu masalahmu, bukan masalahku. Sekarang keluar dari ruanganku sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran.”

Nika berdiri di tempatnya, terdiam sesaat sebelum akhirnya berbalik dan pergi dengan langkah berat. Pintu tertutup di belakangnya, namun Ziel masih merasakan aroma tubuh Nika yang tertinggal di ruangan. Dengan cepat, ia membuka jendela, membiarkan udara segar masuk untuk mengusir bau yang membuatnya semakin muak.

Di balik wajah dinginnya, ada gejolak emosi yang membara. Ziel duduk di kursinya, menekan pelipisnya sambil menarik napas dalam-dalam. Hatinya masih dihantui kenangan buruk itu, dan ia tahu luka itu tidak akan sembuh dalam waktu dekat.

Nika berdiri di depan pintu ruangan Ziel, wajahnya memerah menahan amarah. Tangannya terkepal erat di samping tubuhnya, kuku-kukunya hampir menembus telapak tangan. Penolakan Ziel barusan terus terngiang di benaknya, seperti cambukan yang membakar harga dirinya.

"Ziel..." gumamnya pelan, namun sarat dengan dendam dan rasa sakit. Matanya berkilat, penuh tekad. "Kalau kau pikir ini akhir, kau salah besar."

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan gejolak di dadanya. Meski langkah kakinya perlahan menjauh dari pintu itu, pikirannya sibuk menyusun rencana. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Ziel harus tahu apa artinya kehilangan dirinya. Dan jika itu berarti dia harus menggunakan cara lain, maka dia akan melakukannya.

Saat pintu lift terbuka di depannya, Nika memasang senyuman tipis. Bukan senyuman kebahagiaan, melainkan senyuman penuh niat. "Kita lihat siapa yang menang, Ziel."

Di dalam ruangannya, Ziel meraih telepon di meja kerjanya dengan gerakan cepat, jari-jarinya menekan nomor sekretarisnya. Ia masih merasa mual, bukan hanya karena aroma tubuh Nika yang tadi menyerangnya, tetapi juga karena amarah yang masih membara di dadanya.

“Ya, Tuan Ziel?” suara sekretarisnya terdengar hati-hati di ujung telepon.

“Mulai hari ini,” suara Ziel terdengar dingin dan tegas, “jangan pernah biarkan Nika masuk ke kantorku lagi. Bahkan menginjakkan kaki di gedung ini pun tidak.”

“Tentu, Tuan. Apakah saya perlu memberikan alasan khusus jika beliau datang lagi?” sekretarisnya bertanya dengan nada ragu.

“Tidak perlu alasan,” jawab Ziel, nadanya penuh kepastian. “Jika dia mencoba masuk, katakan saja perintahnya langsung dariku. Dan jika kau melanggar ini, aku tidak akan segan-segan menggantimu.”

“Baik, Tuan Ziel. Saya mengerti,” jawab sekretarisnya cepat, tanpa berani bertanya lebih jauh. Yang ia tahu, Ziel sudah memutuskan pertunangannya dengan Nika.

Ziel meletakkan gagang telepon dengan kasar, rahangnya masih mengeras. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan pikirannya yang kusut. Aroma tubuh Nika seolah masih tercium di hidungnya, mengingatkannya pada setiap detik dari insiden yang tak ingin ia ingat lagi.

"Ini keputusan terbaik," gumam Ziel pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Beban pikirannya sudah cukup berat, rasa bersalah terhadap gadis yang tak pernah ia temukan, pencarian yang terus menemui jalan buntu, dan pekerjaannya yang menumpuk di tengah kondisi kesehatannya yang terus menurun. Ia tak membutuhkan lagi gangguan dari masa lalu, terutama tentang pengkhianatan Nika yang hanya memperparah semuanya.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Tidak ada kesempatan kedua bagi seorang penghianat seperti nika yg berselingkuh....
Selama ziel sangat setia dan mencintai nika tapi nika tega berselingkuh...

Nika menghalalkan cara agar bisa balikan sm ziel pasti merencanakan hal jahat dan licik.....

Aroma tubuh elin dan zion dan om ello membuat ziel tidak merasakan muntah/mual....
Ziel msh sangat sensitif bau aroma tubuh orglain.....

2025-01-23

3

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

duuuh baby utun pinter banget iiih ngelindungi papa nya...papanya dibuat hanya bisa dekat dengan keluarga dan mama nya aja...yang lain disuruh minggir dengan jarak 500 meter ya baby...pinter kamu nak😘😘😘😘

2025-01-23

5

sum mia

sum mia

pengkhianat macam Nika emang tak perlu dikasih hati lagi .dasar perempuan bodoh yang tak pernah merasa bersyukur . kesempatan kedua BIG NO .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍 😍 😍

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!