17. Ke Luar Kota

Dara meletakkan dokumen yang sedang ia baca sejenak, menatap Ziel, lalu kembali ke pekerjaannya tanpa ekspresi. Ia tampak sibuk, tetapi tangan kirinya dengan terampil mengambil bakpao dari kotak dan menggigitnya.

Ziel mengerutkan dahi, kemudian bertanya, "Dara, kamu selalu bawa makanan sebanyak itu setiap pagi?"

Dara akhirnya menoleh dengan mulut masih penuh. Ia menelan cepat, lalu menjawab dengan santai, "Iya, Pak Bos. Saya gampang lapar. Kalau nggak bawa makanan, nanti malah nggak konsentrasi kerja."

Ziel menghela napas, setengah ingin menegur tapi tak tahu harus berkata apa. "Itu... kamu makan semuanya sendiri?" tanyanya lagi, sedikit ragu.

Dara mengangguk dengan bangga. "Tentu saja, Bos. Kalau nggak, nanti saya lemas. Mau kerja cepat, bensinnya juga harus banyak," jawabnya sambil tersenyum lebar.

Ziel hanya bisa memandangnya dengan tatapan campuran antara takjub dan bingung. Ia tak habis pikir bagaimana seseorang bisa terlihat begitu santai sambil makan dalam situasi kerja seperti ini, tapi di saat yang sama, Dara juga sangat fokus pada pekerjaannya.

"Baiklah," gumam Ziel akhirnya sambil berjalan ke mejanya. Namun, sebelum ia sempat duduk, matanya kembali tertuju pada kotak makanan Dara. Entah kenapa, bau kue tradisional itu justru terasa menggugah selera di pagi hari.

Saat Dara kembali sibuk dengan dokumen, Ziel tiba-tiba berkata, "Bakpaonya ada lebih nggak?"

Dara menatap Ziel dengan mata berbinar, tampak terkejut tapi senang. "Ada, Pak Bos! Ambil aja. Saya bawa banyak," katanya sambil mendorong kotak itu sedikit ke arah Ziel.

Ziel mengambil satu bakpao tanpa banyak kata, lalu duduk di mejanya. Ia mencicipinya perlahan, dan anehnya, untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, makanan itu terasa enak. Saat ia melirik Dara yang kembali mengunyah dengan santai sambil mengetik, Ziel hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. "Orang ini... memang aneh," pikirnya dalam hati, tapi ada sedikit rasa nyaman yang ia rasakan di dalam ruangan itu.

Ziel memandangi Dara yang masih sibuk mengetik di mejanya sambil terus mengunyah roti. Ia mendesah pelan, lalu dengan nada tegas berkata, "Dara, dengar baik-baik. Kalau ada orang lain masuk ke ruangan ini, kamu harus berhenti makan dan sembunyikan semua makananmu. Saya nggak mau semua karyawan di sini meniru kebiasaan makan sambil bekerja hanya karena saya membiarkan kamu melakukannya."

Dara menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap Ziel. Dengan santai, ia mengangguk sambil tersenyum. "Siap, Pak Bos. Kalau ada yang masuk, makanan ini langsung hilang tanpa jejak," ujarnya, sambil pura-pura membuat gerakan menyembunyikan kotak makanannya di bawah meja.

Ziel mengangguk, merasa lega. Namun, matanya kembali melirik kotak makanan di meja Dara. Salah satu kue di dalamnya menarik perhatian Ziel, lapis legit yang terlihat lembut dengan lapisan-lapisan cokelat keemasan yang menggoda. Entah kenapa, ia merasa ingin mencicipinya.

Ziel menghela napas sebelum akhirnya berbicara dengan nada lebih santai, "Saya jarang makan kue seperti itu..." Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Boleh saya mencicipinya?"

Dara menoleh dengan cepat, terkejut sekaligus senang. Namun sebelum ia bisa menjawab, Ziel buru-buru menambahkan, "Jangan khawatir. Saya akan mengganti uangmu untuk membeli kuenya."

Dara terkekeh kecil sambil memegang kotak makanannya. "Pak Bos, nggak usah segitunya. Ini cuma kue kok. Kalau Pak Bos mau, ambil aja. Lagipula, saya bawa banyak," katanya sambil mendorong kotak itu ke arah Ziel.

Ziel memandang Dara sebentar, lalu meraih satu potong lapis legit. Ia menggigitnya perlahan, merasakan tekstur lembut dan rasa manis yang pas. Sejak bersama Dara, Ziel merasa nyaman memakan sesuatu tanpa merasa mual.

"Enak," gumam Ziel singkat, lebih kepada dirinya sendiri.

Dara tersenyum lebar, terlihat puas. "Tentu enak, Pak Bos. Kalau nggak enak, nggak bakal saya bawa," katanya sambil kembali melahap roti isian di tangannya.

Ziel melirik Dara yang makan dengan penuh semangat. Dalam hati, ia merasa aneh. "Kenapa setiap kali makan dengan dia, rasanya makanan jadi lebih enak?" pikirnya sambil mengambil potongan kedua dari lapis legit itu. Dara hanya menatapnya sekilas dengan senyum penuh kemenangan, senang karena berhasil membuat Ziel menikmati makanan lagi.

Ziel menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap Dara yang sibuk mengunyah kue onde-onde. Kotak makanannya yang semula penuh kini hampir kosong, dan Dara masih tampak menikmati setiap gigitan.

Ziel mengerutkan dahi. "Dara," katanya dengan nada serius, membuat Dara menoleh sambil terus mengunyah.

"Iya, Pak Bos?" jawab Dara, santai seperti biasa.

"Apa kamu sadar kalau kamu terus makan tanpa henti?" Ziel bertanya.

Dara terdiam sejenak, menelan makanannya dengan cepat, lalu berkata, "Habis lapar, Pak Bos. Kerja keras butuh energi lebih."

Namun Ziel tampaknya tidak puas dengan jawaban itu. "Saya jadi penasaran, kamu ini punya hiperpagia atau mungkin sindrom Prader-Willi?"

Dara mengerutkan kening. "Hiperpagia? Sindrom apa itu, Pak Bos?" tanyanya dengan nada bingung.

Ziel menghela napas. "Hiperpagia itu kondisi di mana seseorang punya nafsu makan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh gangguan di otak. Sedangkan sindrom Prader-Willi itu kelainan genetik yang bikin seseorang sulit mengontrol nafsu makan dan bisa makan terus-menerus sampai kelebihan berat badan."

Dara membulatkan matanya, lalu tertawa kecil. "Pak Bos serius banget, sih. Saya nggak punya sindrom-sindrom aneh begitu."

Ziel tetap memandangnya dengan tajam. "Kalau begitu, kenapa kamu makan terus?"

Dara berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Jujur aja, Pak Bos, saya baru mulai makan sebanyak ini sejak kerja di sini."

Ziel mengangkat alisnya. "Kenapa?"

Dara tersenyum lebar sambil membuka kotak potongan buahnya. "Mungkin karena saya harus menghadapi atasan yang tegas dan suka bikin deg-degan. Jadi, makan itu cara saya buat tenang. Lagian, Pak Bos juga nggak keberatan 'kan kalau saya makan terus?"

Ziel terdiam. Ada benarnya juga apa yang Dara katakan. Tapi melihat Dara yang tak berhenti makan, ia tak bisa tidak merasa aneh. "Apa dia benar-benar stres, atau ini kebiasaan?" pikir Ziel dalam hati.

Namun, alih-alih melanjutkan interogasi, Ziel hanya menghela napas panjang. "Baiklah, tapi jangan sampai kamu sakit gara-gara kebanyakan makan."

Dara tertawa kecil sambil mengangkat potongan apel dari kotaknya. "Tenang aja, Pak Bos. Saya tahu batasnya kok."

Ziel menggeleng pelan sambil kembali ke pekerjaannya. Namun, di dalam hati, ia masih bertanya-tanya. "Kenapa dia selalu terlihat begitu santai, padahal aku baru saja mengira dia punya kondisi medis serius?"

***

Sore itu, Dara sedang merapikan dokumen di mejanya ketika Ziel tiba-tiba berkata dengan nada datar, "Besok pagi, bersiap-siap. Kamu ikut saya ke luar kota."

Dara menghentikan gerakannya, menoleh dengan alis terangkat. "Hah? Saya ikut ke luar kota, Pak Bos?" tanyanya dengan ekspresi bingung.

Ziel mengangguk kecil sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kerja. "Iya. Ada rapat penting, dan saya butuh asistennya ikut."

Dara memiringkan kepala, matanya menyipit curiga. "Tapi bukannya Pak Juan biasanya yang ikut? Saya kira saya cuma ditugaskan di sini, nggak akan diajak keluar kota."

Ziel memutar pena di tangannya, lalu menatap Dara dengan datar. "Juan ada urusan lain. Lagi pula, kamu harus mulai terbiasa ikut pekerjaan lapangan. Bukan cuma duduk di ruangan sambil ngemil."

Dara melipat tangan di depan dada sambil menatap Ziel penuh protes. "Tapi Pak Bos, saya 'kan baru di sini. Gimana kalau saya salah? Nanti saya bikin malu perusahaan, lho."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dara ziel lbh nyaman dan tenang tidak merasakan mual dan muntah lagi asal berada di dekat dara...

Debaynya pgn sll berada dkt papanya terus...
Dara blm menyadari lg hamidun dan masak iya dara lupa dpt haid...
Dara emang gak merasa aneh apa kan bukan kebiasaannya makan banyak dan ngemil itu bawaan debay....

ziel mengajak dara perjalanan bisnis keluar kota agar kerjanya lancar dan tidak mengalami mual dan muntah dan Sangat sensitif terhadap bau2...

lanjut Thor....

2025-01-26

3

Septya Tya

Septya Tya

seberapa bnyk sih Dara km bw makanan cemilan mu itu setiap big bos mu mnt selalu jwbnya ambil sja pak bos msh ada bnyk kok,,, sekali2 jwb gni ambil 1 aja ya pak bos krn hny sdikit dn uang jajan ku udh hbs buat beli lg😂😂

2025-01-26

1

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Duh bayinya ini benar² sangat mendukung Mama Papanya bersama terus..semoga Ziel pengennya nempel terus sama Dara...Dara periksa dong ke dokter..masa iya kamu belum sadar kalo kamu sedang berbadan dua...jgn² kembar lg

2025-01-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!