9. Lelah Mental

Ruang Kerja Ziel

Ziel duduk di balik meja kerjanya, mencoba fokus pada dokumen yang menumpuk. Ia menghela napas, lalu menyesap air mineral dari gelas di mejanya. Namun, konsentrasinya terusik lagi oleh sesuatu yang sudah berhari-hari membuatnya gusar, bau tubuh.

“Kenapa bau seperti ini bisa sampai tercium kuat sekali?” pikirnya sambil memijat pelipisnya. Ia melirik asistennya, Rika, yang baru saja duduk di depan meja sofa sambil menyiapkan laporan untuk rapat siang nanti.

“Rika,” panggil Ziel dengan nada datar.

Rika mendongak, wajahnya serius. “Ya, Tuan?”

“Apa parfum yang kamu pakai hari ini sama seperti biasanya?” tanyanya, mencoba terdengar wajar meski nadanya terkesan sedikit dingin.

Rika mengerutkan kening, bingung. “Iya, Tuan. Kenapa?”

Ziel menggeleng pelan, mencoba mengendalikan dirinya. “Nggak apa-apa,” katanya sambil menutupi mulutnya dengan tangan, seolah sedang memikirkan sesuatu. Padahal, ia mencoba menahan mual.

Setelah Rika keluar dari ruangannya, Ziel segera membuka jendela dan meraih masker medis yang tergeletak di sudut meja. Ia memakainya dengan gerakan cepat, merasa lebih lega ketika aroma yang mengganggu berkurang.

Ruang Meeting

Beberapa saat kemudian, Ziel memasuki ruang rapat dengan langkah tegap, meskipun kepalanya terasa berat. Para staf sudah menunggu di kursi masing-masing, dan begitu Ziel duduk, mereka langsung memulai presentasi.

Namun, semakin lama Ziel berada di ruangan itu, semakin sulit baginya untuk menahan sensasi tajam di hidungnya. Aroma parfum, bau kertas, bahkan bau tubuh yang bercampur menjadi satu terasa begitu menyengat.

Ia mengetuk meja sekali, membuat semua orang berhenti berbicara. “Maaf, saya sedang kurang enak badan,” katanya, menunjuk maskernya. “Lanjutkan presentasinya, tapi tolong ringkas. Saya tidak punya banyak waktu.”

Staf saling melirik, bingung dengan sikap Ziel yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Namun, mereka tidak berani bertanya dan segera melanjutkan presentasi dengan nada lebih hati-hati.

Malam di Rumah Ziel

Saat Ziel tiba di rumah, ia langsung melepas jas dan dasinya, menjatuhkan diri di sofa ruang tengah. Ia memijat pelipisnya yang berdenyut, mengingat kejadian hari itu.

“Ini tidak masuk akal,” gumamnya. “Kenapa penciumanku jadi seperti ini?” Ia menghela napas panjang, rasa frustrasi menguasainya.

Pikirannya kembali pada bau yang ia cium sepanjang hari, parfum, kopi, bahkan aroma tubuh yang biasanya tidak ia perhatikan. Semuanya terasa begitu menyengat, membuatnya lelah secara mental.

“Kalau ini terus berlanjut, aku bisa gila,” ucapnya sambil memejamkan mata.

***

Kontrakan Kecil Dara

Sore itu, Dara duduk di kursi depan meja kecil di dapurnya. Sebungkus nasi dengan lauk ikan goreng dan sambal sudah ia habiskan. Di depannya, sekotak potongan buah segar dan beberapa kue tradisional berjejer, siap menjadi "korban" berikutnya.

Dara menyendok potongan mangga ke mulutnya dengan antusias, lalu meraih kue lapis yang menggiurkan. “Astaga, apa aku lagi kesurupan, ya?” gumamnya dengan mulut penuh. “Baru juga habis nasi, sekarang masih lapar. Apa ini yang namanya karma karena suka ngeledek orang yang makannya banyak?”

Ia berhenti sejenak, memandang tangan kosongnya setelah kue terakhir di piring habis. “Ya ampun, Dara. Udah segini banyaknya, perutmu ini isi apa, tanker minyak?” katanya sambil memegang perutnya yang tetap terasa belum penuh.

Tanpa sadar, ia menoleh ke kulkas kecil di sudut dapur. “Nggak, Dara. Jangan. Semakin hari kamu makan kayak balapan,” katanya pada dirinya sendiri. Tapi beberapa detik kemudian, ia sudah berdiri di depan kulkas, membukanya sambil mengintip isinya.

“Mmm, tahu isi,” gumamnya sambil meraih plastik kecil di dalam kulkas. Ia mengeluarkan isinya dan mulai memanaskannya di penggorengan. Saat menunggu tahu isi matang, ia kembali menggerutu. “Ini tuh nggak wajar, deh. Kemarin beli siomay dua porsi, habis sendiri. Terus malamnya pesan martabak cokelat keju, habis juga. Eh, sekarang masih ngiler lihat tahu.”

Tahu isi selesai digoreng, Dara langsung duduk lagi di depan meja, memakannya dengan lahap. Sambil mengunyah, ia melirik cermin kecil di meja dapur. “Kalau begini terus, bisa-bisa pipiku kayak bakpao. Tapi, ya sudahlah,” katanya pasrah.

Ia kemudian menggeleng sambil tertawa kecil. “Ya Tuhan, kalau memang aku kesurupan, semoga ini kesurupan yang cuma bikin lapar doang. Jangan sampai nyerempet hal-hal mistis, amit-amit.”

Setelah tahu isi terakhir habis, Dara menyandarkan tubuhnya di kursi, perutnya akhirnya terasa penuh. Tapi tidak lama kemudian, sebuah pikiran terlintas di benaknya. “Tapi tadi aku lihat ada donat di warung depan, ya. Enak kali kalau makan donat sama teh manis anget…”

Dara langsung berdiri lagi, meraih dompet kecilnya. “Ah, cuma satu donat aja nggak apa-apa, 'kan? Demi teh manis!” ujarnya semangat sambil keluar dari kontrakannya.

Satu jam kemudian, Dara duduk di kasur kecil kontrakannya, menatap dompet di tangannya dengan alis berkerut. Ia membuka dompet itu, menghitung uang kertas yang tersisa. “Seratus, dua ratus... tiga ratus ribu,” gumamnya pelan.

Ia menatap lembaran uang itu seperti berharap jumlahnya bisa bertambah dengan kekuatan magis. Setelah hening beberapa detik, ia menghela napas panjang. “Ya Tuhan, baru gajian seminggu, tapi udah segini aja sisa uangku. Ini kenapa, sih? Gara-gara makanan semua, 'kan?”

Sambil mendesah, Dara meraih ponselnya dan membuka aplikasi m-banking. Matanya membulat saat melihat saldo di rekeningnya. “Astoge...eh, astaga! Tinggal segini?!” serunya, nyaris menjatuhkan ponselnya.

Ia memijat pelipisnya, mengingat-ingat pengeluaran minggu ini. “Sarapan nasi uduk sama teh manis tiap pagi... makan siang dua porsi ayam geprek... malamnya martabak cokelat... belum lagi buah, kue, tahu isi… Apa aku ini punya perut atau lubang hitam, sih?” katanya dengan nada setengah frustrasi.

Dara sama sekali tak menyadari ada kehidupan lain yang kini tumbuh di dalam tubuhnya. Ia terlalu sibuk dengan rutinitas sehari-hari dan mungkin juga lupa kapan terakhir kali siklus bulannya datang. Semua itu berlalu begitu saja, tanpa pernah terpikir olehnya bahwa sesuatu yang lebih besar sedang terjadi.

Dara mengusap wajahnya, mencoba menenangkan diri. Ia mengingat Aditya, adiknya yang tinggal di kampung, yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya setelah orang tua mereka tiada.

“Kalau aku kayak gini terus, gimana caranya aku nabung buat sekolah Aditya?” gumamnya. Ia mengingat wajah adiknya yang penuh harapan setiap kali mereka berbicara lewat telepon.

Matanya kembali ke dompet yang sudah terlihat tipis, lalu ke ponsel yang masih menampilkan saldo rekeningnya. Dara mendesah panjang. “Jangankan nabung buat sekolah Aditya. Kalau aku terus-terusan makan kayak orang kesurupan, gaji sebulan paling cuma cukup buat bayar kontrakan sama makan doang.”

Ia memandang dompetnya sekali lagi, lalu menggertakkan gigi. “Oke, Dara! Mulai besok, nggak ada lagi nasi uduk tiap pagi. Nggak ada dua porsi ayam geprek. Cukup makan secukupnya. Demi Aditya!” katanya sambil mengepalkan tangan, mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Namun, perutnya tiba-tiba berbunyi. Dara melirik ke arah meja dapur yang masih menyisakan sebungkus keripik pedas. Ia menghela napas lagi, lalu berkata, “Tapi habisin keripiknya dulu, deh. Nggak boleh mubazir.”

Ia berdiri dan meraih keripik itu, sambil bergumam pelan, “Besok. Besok, Dara mulai hemat. Sekarang nikmatin dulu...”

***

Pagi Hari di Rumah Ziel

Ziel berjalan menuruni tangga dengan wajah lesu, matanya sedikit sayu karena tidur malam yang tidak cukup. Saat tiba di ruang makan, ia melihat Elin, mamanya, sudah berdiri di dekat meja makan dengan sebuah kotak bekal di tangannya.

"Ini bekalmu, Ziel," kata Elin sambil menyerahkan kotak itu. "Jangan lupa dimakan."

Ziel menerima kotak itu tanpa banyak bicara, lalu melirik meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Ia bergidik sedikit, perutnya sudah mulai terasa mual hanya dengan mencium aroma makanan pagi itu.

“Kamu yakin nggak mau sarapan dulu?” tanya Elin dengan lembut.

Ziel buru-buru menggeleng. “Nggak, Ma. Aku makan di kantor aja. Nggak sempat kalau di sini,” jawabnya cepat.

Elin menghela napas. “Ziel, Mama tahu kamu nggak suka sarapan bareng kami akhir-akhir ini. Tapi kamu kelihatan makin kurus, Nak. Apa kamu benar-benar makan di kantor?”

Ziel hanya mengangguk sambil berusaha memasang senyum tipis. “Iya, Ma. Makasih bekalnya, aku berangkat dulu,” katanya, berusaha mengakhiri percakapan sebelum Elin bertanya lebih jauh.

Saat Ziel berbalik menuju pintu, perutnya tiba-tiba terasa mual lagi. Ia menghentikan langkahnya, menggenggam kotak bekal lebih erat sambil mengatur napas.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Kasian ziel makin hari makin parah merasakan mual dan muntah sangat sensitif sm bau2 yg menyengat.....

Kebalikan sm dara tidak merasakan lg berbadan dua dan blm menyadari lg hamidun,,,bawaan calon debay dara makannya sangat banyak setiap hati...

Bawaan debay dara nafsu makannya sangat meningkat dan pgn makan ini itu dan gak ada kenyangnya dan dara blm menyadari siklus mentruasinya....

Dara blm peka jg lagi hamidun dan klo tahu lg hamidun pasti mau minta tanggungjawab kesiapa dan laki2 yg menodai darah wajah2nya hanya samar2 dan tidak kelihatan jg....

lanjut thor.....

2025-01-23

3

Mrs.Riozelino Fernandez

Mrs.Riozelino Fernandez

ntar di kantor ketemu Dara kamu gak akan mual lagi Ziel...malah kamu kecanduan sama bau badan Dara,seolah Dara bisa menjadi penenang bagi mu...semoga cepat tau klo yang kamu perkaos itu Dara...

2025-01-23

2

sum mia

sum mia

gimana nanti bisa terbongkar ya kalau mereka Dara dan Ziel pernah terlibat one night stand . bahkan kini Dara lagi hamil anak Ziel .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍 9

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!