6. Apa yang Salah?

"Siapa dia?" Ziel bertanya, mengarahkan pandangannya pada Dara.

“Dia Dara, staf baru saya,” jawab Pak Burhan cepat. “Dia yang membantu saya mempersiapkan dokumen ini.”

Ziel menatap Dara dalam-dalam, matanya seperti menilai. “Cukup rapi,” katanya akhirnya. “Tapi ini terlalu panjang. Lain kali ringkas, hanya yang relevan.”

Dara tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. “Siap, Tuan. Next time bakal lebih pendek dari novel tiga bab.”

Pak Burhan terkejut mendengar jawaban Dara, langsung meliriknya tajam. Namun, ia berusaha tetap tenang meski dalam hati merasa was-was, khawatir akan reaksi Ziel.

Dara, yang mendapatkan lirikan tajam dari atasannya, malah membalasnya dengan senyum lebar tanpa dosa, seolah menolak menjadi bagian dari ketegangan yang menyelimuti ruangan itu.

Sedangkan para staf di ruangan itu saling melirik dengan pandangan penuh rasa was-was seperti Pak Burhan. Dara memang berhasil mencairkan suasana dengan candaan spontan itu, tapi mereka tahu betul bagaimana sifat Ziel, perfeksionis, tegas, dan sangat jarang memberikan toleransi pada hal-hal di luar standar profesionalnya. Dalam hati, mereka menyayangkan candaan Dara yang dianggap terlalu berisiko.

"Kalau sampai kena semprot, apalagi dipecat, sayang banget. Gadis itu kelihatan cekatan," gumam beberapa di antara mereka dalam hati.

Ziel mengernyit, tidak terbiasa dengan candaan dalam suasana rapat. Tapi alih-alih marah, ia mengabaikannya. “Pastikan tidak ada kesalahan untuk meeting dengan klien nanti sore,” katanya sambil kembali fokus ke dokumen.

Pak Burhan dan para staf lainnya merasa sedikit lega sekaligus heran dengan reaksi Ziel yang tak memberikan komentar lebih jauh. Ada keheningan singkat yang terasa aneh, namun mereka tetap memilih diam, hanya saling bertukar pandang dengan lirikan penuh rasa ingin tahu, tanpa satu pun berani menanggapi situasi itu. Sementara itu, Dara tampak santai seperti biasanya. Saat tatapannya bertemu dengan beberapa staf, ia malah tersenyum lebar.

Rapat telah selesai dan Ziel sudah lebih dulu meninggalkan para staf. Saat mereka berjalan keluar, Pak Burhan berkata pada Dara. “Kamu beruntung Tuan Ziel tidak langsung marah. Biasanya dia nggak suka yang terlalu santai.”

Dara terkekeh kecil. “Tapi saya rasa dia juga nggak sepenuhnya benci, Pak. Siapa tahu suatu hari nanti dia justru butuh hiburan seperti saya.”

Pak Burhan hanya menggeleng, tetapi diam-diam setuju bahwa kepribadian Dara yang unik mungkin akan membantunya bertahan di kantor ini lebih lama dari yang diduga.

Sedangkan para staf yang lain malah menatap Dara dengan senyuman. Dara menyadarinya, lalu dengan nada bercanda berkata, “Kenapa pada lihat-lihat? Apa saya secantik itu hari ini?”

Para staf tertawa, beberapa hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Dara menepuk bahunya sendiri dengan bangga dan berkata cukup keras, “Wajar sih kalau pada nggak bisa berhenti ngelihatin. Aura saya emang lagi bersinar, kayak piring habis dicuci. Bersih bersinar!”

Pak Burhan yang mendengar celotehan Dara hanya terkekeh pelan, tak mampu menahan senyum tipis di wajahnya. Ia menggelengkan kepala dengan ekspresi yang jauh lebih santai daripada biasanya. Wajah seriusnya yang selalu menjadi ciri khasnya perlahan memudar, seolah Dara punya kemampuan ajaib untuk mencairkan suasana, bahkan terhadap dirinya.

Salah satu staf akhirnya tak tahan untuk bersuara, “Neng Dara ini emang beda. Di situasi kayak tadi aja bisa bikin orang lupa sama tegangnya.”

Dara yang mendengar itu hanya terkekeh kecil, lalu melanjutkan langkahnya dengan gaya percaya diri khasnya, seolah situasi serius barusan bukan urusannya sama sekali.

***

Ziel duduk di kursi kerjanya, fokus pada dokumen yang terbuka di depannya, suara ketukan di pintu membuatnya mengangkat wajah.

“Masuk,” katanya singkat.

Pintu terbuka, dan asistennya, seorang wanita muda dengan wajah sedikit memerah karena cuaca di luar panas, melangkah masuk sambil membawa laporan. Ia tampak sedikit berkeringat, dan aroma parfumnya yang menyengat bercampur dengan bau keringat langsung menyeruak ke ruangan.

Ziel mengerutkan kening seketika. Rasa tidak nyaman menyerang indra penciumannya, membuatnya gelisah di kursinya. “Berhenti di situ dulu,” katanya cepat, menghentikan langkah asistennya yang hendak mendekat ke meja.

Asistennya terlihat bingung, tapi menurut. Dia berdiri beberapa langkah dari meja Ziel, mulai menyampaikan laporan dengan nada ragu. Namun, Ziel masih merasa terganggu.

“Lebih jauh,” potong Ziel sambil menggerakkan tangannya, menyuruh asistennya mundur lagi.

Wanita itu mundur tiga langkah.

"Mundur lagi!" titah Ziel.

Wanita itu kembali melangkah mundur, hingga akhirnya berdiri di dekat pintu. Ia menatap Ziel dengan heran, tetapi tetap melanjutkan laporannya. Ziel mendengarkan dengan sisa konsentrasinya, berusaha keras menahan rasa pusing yang semakin parah akibat aroma yang memenuhi ruangan.

Saat laporan selesai, Ziel meletakkan pena di mejanya dan menatap asistennya dengan tatapan dingin. “Jangan masuk lagi ke ruangan ini sebelum kau mandi dan mengganti pakaianmu. Dan satu lagi, jangan pakai parfum yang menyengat, apalagi berlebihan.”

Wanita itu terkejut mendengar ucapan Ziel, tetapi hanya bisa mengangguk sambil menahan rasa malu. Setelah membungkuk singkat, ia keluar dari ruangan.

Di luar, ia menggerutu pelan, “Bos macam apa ini? Aneh sekali, bahkan soal parfum saja dipermasalahkan. Pikirannya terlalu sensitif atau bagaimana?”

Di dalam ruangan, Ziel memijit pelipisnya dengan ekspresi lelah. Aroma menyengat tadi masih terasa di hidungnya, membuat kepalanya semakin pusing. Ia menghela napas panjang, merasa frustrasi dengan dirinya sendiri.

“Apa yang salah denganku belakangan ini?” gumamnya pelan, mencoba memahami perubahan aneh yang ia rasakan akhir-akhir ini.

***

Kantin kantor siang itu ramai seperti biasa, tetapi pemandangan Dara yang tengah makan dengan lahap mencuri perhatian beberapa rekan kerjanya di meja yang sama. Di hadapannya, sepiring nasi dengan lauk yang cukup banyak, semangkuk sup, dan sebotol jus jeruk. Meskipun cara makannya sopan, porsi yang ia santap membuat teman-temannya melirik dengan heran sekaligus kagum.

“Dara, kok kamu makannya tambah hari tambah banyak banget, sih? Tapi tetap aja kelihatan cantik dan langsing,” ucap Rina, rekan kerjanya, sambil mengunyah salad.

Dara mengangkat alis sambil menyendok nasi ke mulutnya. Setelah menelan, ia tersenyum jail. “Rahasia dong, Rin. Tapi kalau kamu mau tahu, ini hasil meditasi dalam mimpi. Semakin banyak makan, semakin ringan beban hidup.”

Semua orang di meja itu tertawa, meskipun ada yang menggeleng-gelengkan kepala karena komentar konyol Dara.

“Nggak, serius deh, Dar. Kalau aku makan segitu banyak tiap hari, bisa-bisa badan aku kayak bakso beranak. Kok, kamu nggak gendut sih?” tanya Ari, yang duduk di seberangnya.

Dara pura-pura berpikir sambil mengunyah potongan ayam. “Hmm... Mungkin karena aku rajin beli buah-buahan. Gimana mau gendut kalau ngemilku mangga asam dan semangka? Lagi pula, 'kan, aku harus tetap cantik biar kalian nggak minder kerja bareng aku.”

Lagi-lagi tawa pecah di meja itu.

“Tapi serius, Dar. Kamu akhir-akhir ini makannya nambah banget. Apa jangan-jangan ada yang lagi kasih kamu makan enak terus?” ledek Rina.

Dara memasang wajah pura-pura serius, mencondongkan tubuh ke depan, dan berbisik dengan nada dramatis. “Jangan bilang siapa-siapa ya... Tapi akhir-akhir ini, aku merasa ada jin makan banyak yang masuk ke badanku. Kalau nggak dikasih makan, nanti dia ngamuk.”

Rina memukul lengannya pelan sambil terkikik, sementara Ari sampai terbatuk karena tertawa terlalu keras.

Setelah selesai makan, Dara membuka kotak berisi potongan buah-buahan yang ia bawa sendiri. Dari semangka, mangga mengkal, jambu kristal, hingga jeruk nipis ada di sana, tersaji rapi dalam kotak makan, ditemani sejumput garam dan cabai bubuk di sisinya. Dengan lahap namun tetap anggun, Dara memakan buah-buahan itu sambil sesekali mengernyit karena rasa asamnya.

Teman-temannya hanya bisa melongo melihat ia dengan santai melahap semuanya.

“Nggak takut perutmu jadi asam, Dar?” tanya Ari, heran.

“Perut asam itu nggak masalah. Yang penting, hatiku tetap manis,” jawab Dara sambil berkedip genit, membuat semua orang di meja itu keki sekaligus gemas.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

jangan2 Itu tanda2 dara lg hamil makanya banyak skl....
hamil anaknya bossnya tapi kasian jg nasibnya dara hamil mau minta tanggungjawab kesiapa sedang waktu terjadi ziel memperkosanya tidak tahu wajahnya jg....

kasian dara baru bekerja ketahuan hamidun bs dipecat tidak tahu siapa yg menghamilinya....

jangan2 ziel mengalami sindrom couvade(kehamilan simpatik)ziel merasakan mual dan muntah2 dan nyidam pasti seru thor ziel mengalami itu...

yg hamil dara dan yg merasakan nyidam ziel....
lanjut thor.....

2025-01-22

6

Dewi S Ayunda

Dewi S Ayunda

ziel..aku curiga .Dara hamil.kamu kena sindrom couvade atau apalah itu. belibed.lidahku.

2025-01-22

3

Fadillah Ahmad

Fadillah Ahmad

Ari Itu,bukan nya Sahabat Zayn Nugroho ya kak Nana? Apa dia Pindah Kerja,dari Perusahaan Zayn Nugroho Kak?

2025-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!