16. Merasa Tergoda

Ziel diam-diam memerhatikan. Dara makan begitu lahap, seolah ayam geprek itu adalah makanan terlezat di dunia. "Aneh," pikir Ziel, tapi entah kenapa... melihat Dara makan, ia jadi sedikit berselera. Ziel mengambil sepotong ayam dengan sendok, tapi... rasanya terasa kurang nikmat.

Dengan ragu-ragu, Ziel akhirnya meletakkan sendoknya dan mencoba makan dengan tangan. Dara yang sedang sibuk dengan makanannya langsung menatap Ziel dengan mata membelalak. “Pak Bos... makan pakai tangan? Wah, keren! Baru kali ini lihat bos besar nggak jaim!” serunya sambil terkikik.

Ziel melirik Dara dengan dingin, tapi tidak membalas. Namun, baru beberapa suap, Ziel tiba-tiba terbatuk kecil.

“Pedas,” gumamnya sambil menyeka keringat di dahi.

Dara tertawa sampai bahunya berguncang. “Padahal saya pesanin yang nggak terlalu pedas, lho, Pak Bos. Tuh, ayam geprek saya jauh lebih pedas!” katanya sambil menunjuk piringnya sendiri yang cabainya terlihat menyala. “Pak Bos makan aja sama sayur rebus, pedasnya bakal berkurang.”

Ziel mengerutkan alis. “Sayur rebus?” tanyanya ragu. “Apa enak?”

“Tambah enak, Bos Apalagi kalau pakai lalapan, kol, timun, sama kemangi. Cobain deh, nggak bakal nyesel!” ujar Dara dengan penuh keyakinan.

Setelah ragu beberapa saat, Ziel akhirnya mencoba. Dia mengambil ayam geprek, menambahkan sayur rebus, dan menggigitnya bersama lalapan. Ziel terdiam sesaat.

“Memang lebih enak,” katanya akhirnya. Dara langsung mengacungkan jempol dengan ekspresi bangga.

Sementara Ziel makan dengan perlahan, Dara sudah hampir menyelesaikan makanannya. Ziel melirik piring Dara yang kini kosong. Dessert, jus, kue, semuanya hampir tandas. Ziel menatapnya dengan tatapan tak percaya.

“Kamu makan sebanyak ini?” tanyanya.

Dara hanya mengangkat bahu dengan santai. “Tenang aja, Bos. Perut saya muat banyak kok, kayak kantong Doraemon!” katanya sambil tertawa.

Ziel menggelengkan kepala pelan. Meski aneh, dia merasa bersyukur. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada makanan yang benar-benar masuk ke perutnya tanpa rasa mual. Dan semua itu, ternyata, berkat Dara.

Setelah makan siang yang cukup mengesankan, Dara dengan cekatan membereskan meja hingga bersih seperti semula. Ia membawa semua sisa makanan untuk dibuang.

"Buang di tempat sampah ruangan ini saja," kata Ziel tanpa mengangkat kepala dari dokumen yang sedang ia baca.

Namun, Dara tersenyum kecil sambil menggeleng. "Saya nggak cuma mau buang sampah, Pak Bos. Sekalian jalan sebentar buat melancarkan pencernaan. Soalnya kalau cuma duduk terus, bisa-bisa kerjaan saya nggak maksimal."

Ziel terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. "Baiklah."

Beberapa menit kemudian, Dara kembali tepat saat jam istirahat makan siang selesai. Ia tak banyak bicara dan langsung kembali ke meja kerjanya, serius mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Ziel, yang awalnya hanya fokus pada pekerjaannya sendiri, tanpa sadar menoleh ke arah Dara. Melihat wanita muda itu yang penuh konsentrasi bekerja, Ziel merasa ada hal menarik yang berbeda darinya. Entah kenapa, senyum tipis terbit di wajahnya.

Namun, satu jam kemudian, suara "krauk... krauk..." dari meja Dara mengalihkan perhatiannya. Ziel mengangkat kepalanya, bingung. "Apa yang sedang ia lakukan?" pikirannya.

Ziel menoleh dan matanya terbelalak sedikit. Di meja Dara ada sebuah kotak berisi potongan buah, warna-warni cerah dengan potongan mangga mengkal yang tampak sangat segar di antara potongan lainnya. Dara sedang mengunyah satu potong buah, tapi tangannya tetap sibuk mengetik dan matanya terpaku pada layar komputer.

Ziel memiringkan kepala, bergumam dalam hati, "Apa dia nggak kekenyangan? Baru makan siang tadi, kok sekarang ngemil buah lagi?"

Namun, semakin lama Ziel memerhatikan, semakin ia merasa tergoda. Potongan mangga mengkal itu terlihat sangat menggugah selera, sampai-sampai Ziel merasa air liurnya hampir menetes.

Akhirnya, setelah beberapa saat mencoba mengabaikan dorongan itu, Ziel membuka suara. "Dara."

Dara menoleh dengan cepat, masih mengunyah potongan buah. "Iya, Pak Bos?"

Ziel berdeham ringan, mencoba terlihat santai. "Buah itu... terlihat segar. Apa kamu punya lebih?"

Dara tersenyum lebar. "Oh, mau mangga, Pak Bos?" Tanpa menunggu jawaban, ia langsung mengambil satu potong mangga yang terlihat paling mengkal, lalu berdiri dari kursinya dan menghampiri Ziel. "Ini, cobain. Dijamin enak!"

Ziel ragu sejenak, lalu mengambil potongan mangga itu. Saat ia menggigitnya, rasa asam-manis yang segar langsung menyeruak di lidahnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, Ziel merasa sangat puas dengan makanan yang ia nikmati.

"Enak, 'kan?" Dara berkata sambil tersenyum bangga. "Kalau mau lagi, bilang aja. Saya bawa banyak tadi."

Ziel hanya mengangguk pelan, tapi dalam hati ia berpikir, "Kenapa semua yang dia lakukan selalu berhasil membuatku ingin makan lebih banyak?"

***

Malam itu, Ziel duduk bersama kedua orang tuanya, Elin dan Zion, di meja makan besar yang dipenuhi aneka makanan lezat. Elin dan Zion memperhatikan putra mereka dengan saksama. Meski masih tampak agak lesu, Ziel terlihat tidak sepucat biasanya. Hal itu membuat hati mereka sedikit lega.

"Ziel, makan yang banyak. Kamu harus jaga kesehatan," kata Elin lembut, menyodorkan piring berisi sayuran rebus.

Ziel mengangguk singkat. "Iya, Ma."

Ia berusaha menikmati makanan yang tersaji di depannya. Namun, seperti sebelumnya, aroma makanan itu perlahan mulai membuat perutnya mual. Ziel menggigit sedikit daging di piringnya, berusaha mengunyahnya dengan tenang, tetapi sensasi mual itu semakin kuat. Ia mencoba mengabaikannya, memaksakan diri untuk makan karena tak ingin mendengar teguran dari ayahnya, Zion, yang terkenal keras soal disiplin.

Namun, di balik usahanya, pikirannya melayang. Ia bertanya-tanya, "Kenapa saat makan bersama Dara tadi siang, aku tidak merasa seperti ini? Makanannya bahkan lebih sederhana. Kenapa malah terasa lebih nikmat?"

Selesai makan, Ziel segera meminta izin untuk kembali ke kamarnya. "Ma, Pa, aku sudah kenyang. Mau istirahat dulu," katanya sambil berdiri.

Zion memandang putranya tajam. "Kamu yakin sudah cukup makan, Ziel?"

"Iya, Pa. Sudah cukup." Ziel mencoba tersenyum tipis sebelum pergi meninggalkan ruang makan.

Setibanya di kamarnya, Ziel langsung menuju kamar mandi. Ia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di perutnya. Semua makanan yang baru saja ia makan tadi keluar lagi. Ziel terengah-engah sambil memegangi wastafel, merasa frustrasi.

"Kenapa ini selalu terjadi?" gumamnya pada diri sendiri, menatap wajah pucatnya di cermin. "Tadi siang aku makan banyak, bahkan ayam geprek pedas, tapi tidak apa-apa. Sekarang, makan masakan Mama yang biasanya selalu aku sukai malah begini."

Ia mengusap wajahnya dengan air dingin, mencoba menenangkan diri. Namun, pikirannya semakin dipenuhi kebingungan.

"Apa sebenarnya yang membuatku merasa normal saat bersama Dara? Apa ini kebetulan? Atau..." Ziel menggantungkan pertanyaannya sendiri, merasa frustasi dan tak habis pikir. Ia berjalan kembali ke tempat tidur, berbaring sambil memandang langit-langit kamar. Dalam hati, ia mencoba mencari jawaban, namun semua masih terasa samar dan membingungkan.

Sambil menghela napas panjang, Ziel berbisik, "Kenapa Dara... membuat semuanya terasa lebih baik?"

***

Pagi itu, Ziel melangkah masuk ke ruang kerjanya dengan langkah tenang. Namun, begitu pintu terbuka, ia terhenti sejenak. Di dalam ruangan, Dara sudah duduk di kursinya, sibuk membaca dokumen di meja kerjanya. Tapi yang paling menarik perhatian Ziel adalah kotak makanan di atas meja Dara yang tampak penuh dengan roti isian, bakpao, dan beberapa macam kue tradisional.

Dara, tanpa menoleh, menyadari kehadiran Ziel. Dengan santai, ia menyapa sambil mengunyah sesuatu di mulutnya, "Pagi, Pak Bos."

Ziel menaikkan alis, sedikit bingung dengan pemandangan itu. "Pagi," balasnya singkat, namun matanya tetap tertuju pada kotak makanan tersebut.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Tuh kan Ziel sudah terbukti jika kamu makan bersama Dara sdh pasti selera makan kamu ada dan menggugah selera makanan apapun yang di bawa Dara...ayo Ziel bawa Dara ke rumahmu demi melancarkan nafsu makanmu dan kenalkan sama ortumu,,nanti Mamamu akan sangat aneh dan pasti berfikir ada sesuatu di antara kamu dan Dara..Mama dan Papamu pasti akan cari tahu penyebabnya,,semoga saja Mama Elin langsung Peka..jika putranya mengalami morning sicknes yg di alami ibu hamil..😆

2025-01-26

2

trista

trista

nah...nah..nah pokoknya makan apa aja enaknya cuma ama dara..boleh gak sih thorr klo dara dibungkus trs dibawa pulang bersama ziel kerumahnya..biar ziel lebih enak lg makan nya..tp klo dtanya"ortunya kasih jawaban apa yakkk..mama papa pasti curiga gtu...ah lanjut aja thorr..makin seru/Smile/

2025-01-25

5

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dara pak boss lg pengen tuh makanan dikotak maklum lg nyidam bawaan debay nanti tidak keturutan anaknya ngiler/ngeces....

Ziel ada dara nafsu makannya banyak tidak mengalami mual dan muntah lagi...
Minta aja sm dara ziel makanan itu drpd kelaparan....

Dara penawar mood ziel jadi kembali dan mau makan banyak....

2025-01-26

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!