20. Perhatian

Selama tiga hari Ziel bersama Dara di luar kota, ia merasa hidupnya sedikit lebih ringan. Ia tidak perlu mengemudi sendiri seperti biasanya karena masalah sensitivitas terhadap aroma tubuh orang lain. Dara yang selalu duduk di sampingnya menjadi pengalih perhatian yang tak terduga. Walaupun setiap pagi Ziel tetap saja mual dan muntah, anehnya perasaan itu perlahan mereda bahkan hilang setelah ia berdekatan dengan Dara. Ziel mulai merasa lebih nyaman dan bahkan menikmati kebersamaan mereka, meskipun jadwal kerja begitu padat.

Akhirnya, setelah semua urusan selesai, mereka kembali ke kota. Dalam perjalanan pulang, Dara yang kelelahan tertidur di kursinya. Ziel menoleh ke arah Dara ketika mendengar napasnya yang teratur. Ia tanpa sadar mengulurkan tangan, mengatur sandaran kursi Dara agar posisinya lebih nyaman. Setelah itu, ia terdiam, memerhatikan wajah wanita muda itu.

Cantik. Kata itu terlintas di benaknya. Selama ini ia tidak pernah benar-benar memerhatikan Dara sedekat ini. Wajahnya terlihat begitu damai saat tidur, dan tanpa sadar matanya tertuju pada bibir Dara. Bibir itu... terlihat lembut, menggoda, dan semakin ia memandangnya, Ziel merasa keinginan aneh muncul dalam dirinya, keinginan untuk menyentuh bibir itu.

Ziel segera memalingkan wajahnya, menggigit bagian dalam pipinya sendiri untuk menghentikan pikiran tak pantas itu. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengembalikan fokusnya. "Apa yang salah denganku?" batinnya penuh kebingungan. Ia pernah mencintai Nika, tapi tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Hubungannya dengan Nika tidak pernah membuatnya ingin melakukan lebih dari sekadar menggandeng tangan atau memeluk. Tapi dengan Dara... kehadiran Dara begitu berbeda, terlalu dekat, dan terlalu nyaman untuk sesuatu yang seharusnya hanya hubungan atasan dan bawahan.

Pak Sam, supir pribadinya, sesekali melirik melalui kaca spion tengah dalam mobil, menangkap ekspresi Ziel yang tampak gelisah namun sekaligus... lunak. Dalam hati, Pak Sam mulai menebak-nebak, "Apa Tuan Ziel mulai tertarik dengan Neng Dara?"

Ziel menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berantakan. Ia tidak bisa membiarkan perasaan aneh ini mengacaukan hubungan profesional mereka. Namun, ia juga sadar, hanya dalam waktu tiga hari, interaksinya dengan Dara sudah terasa jauh lebih santai dan akrab, seperti mereka sudah mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun.

"Ini aneh," gumam Ziel pelan sambil memandang jalanan di depan, berusaha melupakan keinginan yang tadi sempat muncul.

Dara terbangun dengan sedikit kebingungan. Ia meregangkan tubuhnya dan mengerjapkan mata beberapa kali sebelum menyadari bahwa sandaran kursinya sudah diatur ke posisi yang lebih nyaman. Mengernyitkan kening, ia melirik Ziel yang sedang sibuk dengan ponselnya di sebelahnya. Dengan senyum lebar yang khas, Dara bertanya, "Pak Bos, apa ini Bapak yang ngatur kursi saya biar tidur nyaman?"

Ziel tidak langsung menjawab, hanya mengangkat alisnya sekilas. Tapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Dara melanjutkan dengan nada menggoda, "Eleh... eleh... so sweet banget sih, Pak Bos. Nggak nyangka lho, Pak Bos punya sisi perhatian seperti ini."

Ziel menghela napas, menurunkan ponselnya, dan menatap Dara dengan tatapan datar. "Jangan GR. Saya cuma nggak mau besok kamu ngeluh sakit leher terus jadi alasan nggak fokus kerja. Sama aja kayak waktu cemilanmu habis."

Dara terkekeh sambil memiringkan kepalanya, menatap Ziel dengan tatapan sok tahu. "Yee, mana mungkin saya GR, Pak Bos. Saya tahu kok perhatian Pak Bos ini murni karena... Pak Bos takut kalau saya sakit, Bos harus kerja sendiri. Kan, nggak ada yang bisa bantu."

Ziel mendengus kecil sambil memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan ekspresi yang mulai berubah. "Syukurlah kalau kamu sadar." Namun, dalam hatinya, Ziel tak yakin dengan ucapannya sendiri. Apakah benar itu alasannya? Atau ada sesuatu yang lain?

Sementara itu, Pak Sam yang mendengar dan melihat percakapan mereka dari kaca spion tengah berusaha keras menahan senyumnya. "Ada apa sih, sama mereka berdua? Kayaknya lucu juga kalau mereka beneran jadi pasangan," gumam Pak Sam dalam hati, mencoba tetap fokus pada jalan.

Dara, yang masih belum selesai dengan guyonannya, menatap Ziel dengan senyuman penuh arti. "Eh, tapi serius deh, Pak Bos. Kalau saya sakit beneran, Bapak bakal gimana? Panik? Telepon ambulans? Atau... langsung bawain saya kue lapis biar cepat sembuh?"

Ziel memutar matanya sambil berkomentar, "Kalau kamu sakit, saya mungkin langsung mengurung diri di ruang kerja. Biar kamu nggak bisa ganggu saya lagi."

Dara tertawa terbahak-bahak. "Pak Bos ini, ya. Jangan suka denial gitu dong. Kalau saya nggak ada, siapa lagi yang bisa bikin Pak Bos ketawa dengan joke receh saya?"

Ziel hanya menghela napas, tapi sudut bibirnya terangkat sedikit, cukup untuk membuat Pak Sam semakin yakin bahwa ada yang berbeda dalam hubungan majikannya dengan Dara.

Mobil berhenti di depan jalan kecil yang menjadi pintu masuk ke gang kontrakan Dara. Ziel menoleh, menatap Dara. "Di mana kontrakanmu?" tanyanya singkat.

Dara menunjuk ke arah gang kecil di depan mereka. "Masih masuk gang, Pak Bos. Mobil nggak bisa masuk."

Ziel hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Saat Dara turun dari mobil, ia kembali menatap ke depan, kemudian mengingatkan dengan nada tegas, "Besok jangan sampai kesiangan."

Dara langsung menjawab dengan gaya santainya, "Siap, Pak Bos!" sambil memberi hormat ala militer.

Ziel hanya menggeleng pelan melihat tingkah bawahan satu ini. "Pak Sam, jalan lagi," katanya kepada supirnya tanpa menunggu Dara masuk ke gang. Ia tak ingin memberikan kesan terlalu peduli.

Namun, beberapa menit setelah mobil kembali melaju dan hanya ada Ziel serta Pak Sam di dalam mobil, Ziel mulai merasa tubuhnya bereaksi lagi. Sensasi mual yang familiar muncul di perutnya. Ziel mengusap wajahnya dengan kesal, menyadari bahwa ini mulai terjadi lagi sejak ia berpisah dengan Dara.

Ia mengetuk kursi depan pelan. "Pak Sam, berhenti," perintahnya tiba-tiba.

Pak Sam melirik Ziel dari kaca spion dengan bingung tetapi menurut, menghentikan mobil di pinggir jalan. "Ada apa, Tuan?"

Ziel merogoh sakunya, mengambil sejumlah uang, dan memberikannya kepada Pak Sam. "Bapak pulang ke rumahnya naik taksi saja. Saya akan bawa mobil ini sendiri."

Pak Sam terkejut dan sedikit ragu. "Tapi, Tuan Ziel—"

"Jangan banyak tanya, Pak," potong Ziel dengan nada tegas. "Naik taksi saja. Saya serius."

Meskipun masih bingung dengan sikap majikannya, Pak Sam akhirnya mengangguk, mengambil uang itu, dan turun dari mobil. "Baik, Tuan. Hati-hati di jalan," katanya sebelum menutup pintu.

Ziel menghela napas kasar setelah Pak Sam pergi. Ia membuka semua jendela mobil untuk menghilangkan sisa aroma tubuh Pak Sam yang seolah menempel di kursi kemudi. Ia memutar stir, berusaha menenangkan tubuhnya yang masih sedikit mual.

"Kenapa harus seperti ini lagi?" gumamnya pelan sambil mengetukkan jarinya ke kemudi. "Hanya Dara yang membuatku merasa normal... Ini benar-benar aneh."

Ziel menatap jalanan di depannya dengan pandangan kosong sejenak sebelum akhirnya menginjak pedal gas, melajukan mobilnya kembali dengan perasaan yang bercampur aduk.

***

Langit sudah gelap ketika Ziel akhirnya tiba di rumah. Saat memasuki ruang tamu, ia mendapati Elin, ibunya, sedang duduk di sofa dengan sebuah buku di tangannya. Wajah wanita itu langsung berseri melihat putranya.

"Ziel, kamu pulang. Mama senang sekali melihatmu," ujar Elin dengan senyuman lembut yang menghangatkan suasana. Matanya meneliti wajah putranya, seolah mencari sesuatu yang mungkin berubah. Sekilas ia menangkap sesuatu yang berbeda, kulit Ziel yang lebih segar dan tidak lagi sepucat beberapa hari terakhir.

Ziel hanya membalas dengan senyum tipis, tanda kelelahan yang masih tersisa setelah hari panjangnya.

Elin berdiri dari sofa dan mendekat dengan langkah ringan. Ia menepuk lengan Ziel lembut, sebuah kebiasaan kecil yang menunjukkan kasih sayangnya. "Kalau begitu, cepat mandi, ya. Kita akan segera makan malam bersama. Mama sudah menyiapkan makanan kesukaanmu."

Ziel mengangguk patuh dan berjalan menuju kamarnya. Di sepanjang lorong, pikirannya sibuk memikirkan sesuatu. "Apa kali ini aku benar-benar bisa makan tanpa mual, meskipun Dara tidak ada?" gumamnya dalam hati.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

kasihan Ziel , couvade sindrom yang dialami Ziel benar-benar telah menyiksanya . ayolah Ziel.... segera cerita ke mama , atau konsultasi pasa om Ello tanpa harus ada yang ditutupi . biar masalahmu segera diketahui .
gemes juga sama Dara , kapan dia sadar kalau sudah tidak mendapatkan tamu datang bulan .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-28

4

yumna

yumna

ziel kpan sadr dan tau sih...dy ngalamin kehamilan simpatik

2025-01-27

2

Anitha Ramto

Anitha Ramto

Jemput Dara Ziel untuk makan malam bersama di rumahmu..
biar mualnya hilang dan kamu bisa makan dengan nyaman...duh kpn ketahuannya kalo Dara hamil ya..

2025-01-27

3

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!