3. Sesi Wawancara

Di ruang keluarga yang luas dan elegan, Ziel duduk di sofa berhadapan dengan kedua orang tuanya, Zion dan Elin. Papanya duduk tegap dengan ekspresi tenang dan dingin, sementara mamanya menatapnya dengan penuh kelembutan.

Zion membuka pembicaraan dengan nada datar namun penuh ketegasan. "Jelaskan, Ziel. Kenapa kau tiba-tiba memutuskan pertunangan dengan Nika?"

Ziel menghela napas panjang, kedua tangannya bertaut di atas pahanya. "Nika berselingkuh," ucapnya, suaranya terdengar berat.

Elin menutup mulutnya dengan tangan, matanya membulat. "Ziel..." bisiknya, nadanya mengandung kesedihan.

Ziel melanjutkan, matanya menerawang. "Awalnya aku tidak curiga. Dia minta izin untuk liburan ke luar negeri, dan aku bahkan membelikannya paket liburan spesial karena aku terlalu sibuk untuk ikut. Aku pikir itu bisa menggantikanku." Ziel tersenyum kecut. "Ternyata justru aku yang digantikan."

Zion menyimak tanpa mengubah ekspresinya, hanya matanya yang sedikit menyipit. "Bagaimana kau tahu?"

"Om John." Ziel menatap papanya. "Dia kebetulan sedang ada urusan di luar negeri dan melihat Nika bersama seorang pria. Dia meminta seseorang mengawasi Nika dan hasilnya..." Ziel menggertakkan rahangnya, menahan emosi. "Bukti-bukti perselingkuhannya ada di tanganku."

Elin meraih tangan Ziel, menggenggamnya erat. "Kalian sudah cukup lama bersama, pasti ini menyakitkan untukmu. Tapi, mengetahui ia tak setia sekarang, itu lebih baik daripada setelah kalian menikah."

Ziel mengangguk kecil, tak ingin menunjukkan kelemahannya. "Mama benar. Aku dan Nika sudah bersama lima tahun, bertunangan dua tahun. Kupikir aku mengenalnya... ternyata tidak." Suaranya terdengar tenang, tapi sorot matanya menyiratkan luka yang mendalam.

Zion akhirnya berbicara, suaranya tetap dingin namun tegas. "Keputusanmu sudah bulat?"

Ziel menatap ayahnya lurus. "Iya."

Zion mengangguk, tak menunjukkan emosi berlebihan. "Kalau begitu, jangan menoleh ke belakang. Kau sudah tahu seperti apa Nika sebenarnya, jangan sampai goyah dengan dramanya."

Elin mengelus lengan Ziel dengan penuh kasih. "Apa kau baik-baik saja, Nak? Kau tak perlu berpura-pura kuat di depan kami."

Ziel menunduk sejenak, lalu tersenyum kecil. "Akan baik-baik saja, Ma."

Zion menatap putranya dalam-dalam. "Pastikan kau benar-benar sudah selesai dengan dia. Jangan biarkan perasaan lamamu menghambat masa depanmu."

Ziel mengangguk. "Aku sudah selesai, Pa."

Elin tersenyum lembut, meskipun matanya masih menyiratkan kekhawatiran. "Kalau begitu, Mama hanya berharap kau menemukan seseorang yang lebih baik. Yang benar-benar mencintaimu dan tak akan mengkhianatimu."

Ziel tidak langsung menjawab. Ia mencoba tersenyum, tetapi dadanya terasa sesak. Luka itu masih terasa nyata, apalagi saat pikirannya kembali pada malam di luar kota, malam yang tak seharusnya terjadi.

Nika menyusulnya, memohon kesempatan, lalu… Ziel mengepalkan tangan di atas pahanya. Ia tak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi setelahnya. Hanya samar-samar, mobil, kabin yang pengap, dan keheningan yang menyesakkan. Ia mengusap wajahnya, menekan rasa gelisah yang tiba-tiba menyeruak.

Sebelum perselingkuhan itu terbongkar, Ziel benar-benar mencintai Nika. Rasa kecewa dan sakit hati setelah mengetahui pengkhianatannya begitu mendalam, namun anehnya, luka itu tak terlalu menghantuinya.

Yang lebih mengusiknya adalah ingatan sosok gadis yang bersamanya di mobilnya saat itu. Wajahnya buram di ingatan Ziel, tetapi satu hal yang pasti, ia telah melakukan kesalahan besar.

***

Dara melangkah masuk ke lobby perusahaan dengan penuh percaya diri, setidaknya, begitulah yang ingin ia tunjukkan. Dalam hati? Jantungnya udah kayak band rock konser di stadion.

Begitu melihat barisan orang yang duduk menunggu giliran interview, ia langsung meringis. “Waduh, ini antrean interview atau antre sembako gratis, sih?” gumamnya pelan.

Ia mengambil tempat duduk di salah satu sudut, berusaha santai meski kakinya goyang-goyang sendiri. Di sebelahnya, seorang wanita berjas rapi dengan wajah tegang memegang CV seperti kertas wasiat. Dara melirik dan tersenyum.

"Udah, Kak, nggak usah tegang begitu. Paling mentok ditanya, ‘Kenapa Anda ingin bekerja di sini?’ Jawab aja, ‘Karena saya butuh duit.’”

Beberapa orang melirik, lalu ada yang terkekeh.

Seorang pria berkemeja biru yang duduk di seberang menimpali, “Kalau ditanya kelebihan dan kekurangan gimana?”

Dara mengangkat bahu. “Kelebihan saya, bisa meredakan ketegangan di ruangan ini. Kekurangannya? Saya nggak bisa diam.”

Seisi ruangan tertawa kecil, suasana yang tadinya penuh ketegangan mulai mencair.

Seorang wanita lain ikut bicara. “Kalau ditanya, ‘Lima tahun ke depan Anda lihat diri Anda di mana?’”

Dara menaruh dagu di tangan. “Lima tahun ke depan? Hmm… Kalau bisa sih, di Bali, sambil selonjoran di pantai, gajian tiap bulan tanpa kerja. Tapi kayaknya HRD nggak bakal suka jawaban itu.”

Gelak tawa makin pecah. Dara tersenyum puas, senang bisa mengurangi tekanan di ruangan ini. Ia sendiri tahu, interview kerja itu bikin jantung dag-dig-dug. Tapi daripada stres, lebih baik dinikmati saja.

Tiba-tiba, seorang staf HRD muncul dari dalam ruangan, memanggil namanya.

"Dara?"

Dara langsung berdiri, menepuk bajunya. "Siap! Doakan aku, guys! Kalau aku keterima, traktiranku cuma doa. Kalau nggak keterima, kita nangis bareng!"

Tawa orang-orang kembali pecah saat Dara melangkah masuk ke ruang interview dengan senyum optimis.

Di dalam ruangan interview, Dara duduk dengan santai, meski tetap menjaga sopan santun di hadapan pewawancara yang tampak serius menatap CV-nya.

Pewawancara mengernyit. “Mandara... Usia 22 tahun, sudah lulus S2?” Matanya terangkat, menatap Dara dengan pandangan penuh tanya.

Dara tersenyum cerah. “Iya, Pak. Saya masuk SD waktu umur lima tahun.”

Pewawancara menaikkan alis. “Lho, kok bisa?”

Dara mengangguk mantap. “Soalnya saya nggak betah di TK, Pak. Teman-teman saya waktu itu masih struggling (berjuang dalam kesulitan) baca ‘A-I-U-E-O’ sementara saya sudah bisa baca koran. Rasanya kayak hidup di dunia yang salah.”

Pewawancara terdiam sejenak, lalu mengangguk-angguk sambil membaca CV-nya lagi. “Oh... jadi dipercepat, ya?”

“Betul! Kebetulan ibu saya guru TK, bapak saya guru SD, jadi pendidikan saya bisa ‘disubsidi’ lebih awal.”

Pewawancara tersenyum tipis. “Cukup unik, ya. IQ kamu berapa?”

“125, Pak,” jawab Dara tanpa ragu.

Pewawancara mengangguk-angguk lagi. “Lumayan cerdas.”

“Lumayan?” Dara menatapnya dramatis. “Pak, itu angka di atas rata-rata, lho! Saya nggak jenius, sih, tapi cukup buat menghindari jebakan Batman.”

Pewawancara menahan senyum. “Oh ya, ini pertama kali saya mendengar nama ‘Mandara.’ Artinya apa?”

Dara langsung duduk lebih tegap. “Mandara artinya bunga surgawi yang sangat indah, Pak! Dari bahasa Sansekerta.”

Pewawancara tampak terkejut. “Wah, keren juga ya. Dari mana orang tua kamu dapat inspirasi nama ini?”

Dara mengangkat bahu dengan ekspresi jenaka. “Nggak tahu, Pak. Mungkin dulu waktu kasih nama saya, mereka lagi terinspirasi sesuatu yang indah, terus kebayang surga. Atau mereka berharap saya jadi anak baik dan wangi seperti bunga. Tapi nyatanya?” Dara menepuk bahunya sendiri. “Saya cuma manusia biasa, Pak. Bisa wangi kalau pakai parfum, bisa juga kecut kalau belum mandi.”

Pewawancara menahan tawa, menutup CV-nya, lalu menatap Dara dengan ekspresi yang lebih santai. “Nama yang bagus, sesuai dengan orangnya.”

Dara pura-pura menunduk malu, padahal dalam hati sudah menggerutu. "Laki-laki memang jago merayu. Untung saja kuat iman. Eh, kuat mental maksudnya. Nggak mempan sama rayuan gombal."

“Saya rasa, suasana kantor bakal lebih hidup kalau kamu bekerja di sini,” lanjut pewawancara.

Dara menangkupkan tangannya penuh harap. “Pak, ini kode diterima, bukan? Kalau iya, saya siap langsung nyari kos dekat kantor biar nggak kesiangan.”

Pewawancara tertawa kecil. “Sabar dulu. Masih ada tahapan berikutnya.”

Dara mengangguk mantap. “Siap, Pak! Semoga saya bisa lolos ke babak grand final.”

Pewawancara menggeleng pelan, masih tersenyum. “Kamu ini unik sekali.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

Terpopuler

Comments

sum mia

sum mia

ini dikantor Ziel kan ya , wah makin seru dong kalau mereka bertemu , tapi pasti tidak akan tahu kalau mereka sudah pernah terlibat one night stand .
dan lagi kalau Dara bisa diterima suasana kantor bakalan lebih hidup .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍

2025-01-24

2

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Mandara klo diterima perusahaan ziel akan pasti akan lbh berwarna suasana kantor penuh canda dan tawa mandara orgnya sangat unik....

Berdoa aja dara smg diterima di perusahaan ini dan bertemu jodohmu ziel telah merenggut kesucian mulai....

Semangat2 dara rezeki tidak akan lari kemana yakinlah pasti diterima....

2025-01-22

4

Anitha Ramto

Anitha Ramto

wah dengan hadirnya Dara di Kantor Ziel semoga menjadi hiburan para staf lain..

dan Semoga Dara jadi Sekertarisnya Ziel ,dan Ziel bisa terhibur dengan Dara dan lama² jatuh hati sama Dara wkwkwkwk

2025-01-21

2

lihat semua
Episodes
1 1. Malam yang Mengubah Segalanya
2 2. Kesadaran yang Terlambat
3 3. Sesi Wawancara
4 4. Pengumuman
5 5. Santainya Dara
6 6. Apa yang Salah?
7 7. Pagi yang Aneh
8 8. Kesempatan Kedua
9 9. Lelah Mental
10 10. Sesuatu yang Berbeda
11 11. Semakin Sensitif
12 12. Dipindahkan
13 13. Karena Dara
14 14. Izin
15 15. Tanda Tanya
16 16. Merasa Tergoda
17 17. Ke Luar Kota
18 18. Sulit Ditebak
19 19. Apa Benar Karenanya?
20 20. Perhatian
21 21. Ide Gila yang Muncul
22 22. Meminta Izin
23 23. Pindah
24 24. Seperti Istri?
25 25. Menghilangkan Canggung
26 26. Dapet?
27 27. Perubahan
28 28. Sama Siapa?
29 29. Benar-benar Aneh
30 30. Apa Sakit?
31 31. Siluet dan Aroma
32 32. Peduli
33 33. Brutal
34 34. Memburuk
35 35. Pengakuan
36 36. Perubahan
37 37. Punya Suami?
38 38. Baru Menyadari
39 39. Alasan Dara
40 40. Kalau Nggak Laku...
41 41. Tanggal dan Lokasi
42 42. Petunjuk
43 43. Bingung Sendiri
44 44. Menghindar
45 45. Batas Lima Tahun
46 46. Salah Paham
47 47. Undangan Makan Malam
48 48. Kehamilan Simpatik
49 49. Mencari Tahu
50 50. Buaya Darat
51 51. Tergantung
52 52. Malu
53 53. Memerhatikan
54 54. Memastikan
55 55. Istri?
56 56. Menggali
57 57. Seperti Pencuri
58 58. Tidak Mengizinkan
59 59. Antara Bahagia dan Takut
60 60. Zombie
61 61. Diluar Dugaan
62 62. Tak Bisa Menyangkal
63 63. Meyakinkan
64 64. Tidur Bersama?
65 65. Ciuman Selamat Malam
66 66. Sejak Kapan?
67 67. Kencan Rahasia
68 68. Taktik
69 69. Air Kobokkan?
70 70. Gugup
71 71. Ujian Etika
72 72. Penjelasan Ziel
73 73. Sederhana
74 74. Panggilan
75 75. Deretan Mantan
76 76. Pukulan Telak
77 77. Bisa Menunggu?
78 78. Apa Mungkin?
79 79. Khawatir
80 80. Siapa Wanita Itu?
81 81. Salah Minum
82 82. Sensasi
83 83.Kenapa Tidak?
84 84. Pengakuan Ziel
85 85. Level Skenario Drama Terbaik
86 86. Ingin Tahu Istri Ziel
87 87. Sensi
88 88. Lelah
89 89. Menemukan Jawaban
90 90. Mantan
91 91. Kabar Kelulusan
92 92. Akrab
93 93. Kenyataan
94 94. Putri Zion?
95 95. Klarifikasi
96 96. Mabuk
97 97. Motif Tersembunyi
98 98. Ke Luar Kota
99 99. Mantan, Ya?
100 100. Kenangan
101 101. Terlalu Percaya Diri
102 102. Mencekam Tapi Konyol
103 103. Menikahi Gadis Badung
104 104. Pesta Syukuran Kelahiran
105 105. Ketika Cinta Ditentang Takdir
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Malam yang Mengubah Segalanya
2
2. Kesadaran yang Terlambat
3
3. Sesi Wawancara
4
4. Pengumuman
5
5. Santainya Dara
6
6. Apa yang Salah?
7
7. Pagi yang Aneh
8
8. Kesempatan Kedua
9
9. Lelah Mental
10
10. Sesuatu yang Berbeda
11
11. Semakin Sensitif
12
12. Dipindahkan
13
13. Karena Dara
14
14. Izin
15
15. Tanda Tanya
16
16. Merasa Tergoda
17
17. Ke Luar Kota
18
18. Sulit Ditebak
19
19. Apa Benar Karenanya?
20
20. Perhatian
21
21. Ide Gila yang Muncul
22
22. Meminta Izin
23
23. Pindah
24
24. Seperti Istri?
25
25. Menghilangkan Canggung
26
26. Dapet?
27
27. Perubahan
28
28. Sama Siapa?
29
29. Benar-benar Aneh
30
30. Apa Sakit?
31
31. Siluet dan Aroma
32
32. Peduli
33
33. Brutal
34
34. Memburuk
35
35. Pengakuan
36
36. Perubahan
37
37. Punya Suami?
38
38. Baru Menyadari
39
39. Alasan Dara
40
40. Kalau Nggak Laku...
41
41. Tanggal dan Lokasi
42
42. Petunjuk
43
43. Bingung Sendiri
44
44. Menghindar
45
45. Batas Lima Tahun
46
46. Salah Paham
47
47. Undangan Makan Malam
48
48. Kehamilan Simpatik
49
49. Mencari Tahu
50
50. Buaya Darat
51
51. Tergantung
52
52. Malu
53
53. Memerhatikan
54
54. Memastikan
55
55. Istri?
56
56. Menggali
57
57. Seperti Pencuri
58
58. Tidak Mengizinkan
59
59. Antara Bahagia dan Takut
60
60. Zombie
61
61. Diluar Dugaan
62
62. Tak Bisa Menyangkal
63
63. Meyakinkan
64
64. Tidur Bersama?
65
65. Ciuman Selamat Malam
66
66. Sejak Kapan?
67
67. Kencan Rahasia
68
68. Taktik
69
69. Air Kobokkan?
70
70. Gugup
71
71. Ujian Etika
72
72. Penjelasan Ziel
73
73. Sederhana
74
74. Panggilan
75
75. Deretan Mantan
76
76. Pukulan Telak
77
77. Bisa Menunggu?
78
78. Apa Mungkin?
79
79. Khawatir
80
80. Siapa Wanita Itu?
81
81. Salah Minum
82
82. Sensasi
83
83.Kenapa Tidak?
84
84. Pengakuan Ziel
85
85. Level Skenario Drama Terbaik
86
86. Ingin Tahu Istri Ziel
87
87. Sensi
88
88. Lelah
89
89. Menemukan Jawaban
90
90. Mantan
91
91. Kabar Kelulusan
92
92. Akrab
93
93. Kenyataan
94
94. Putri Zion?
95
95. Klarifikasi
96
96. Mabuk
97
97. Motif Tersembunyi
98
98. Ke Luar Kota
99
99. Mantan, Ya?
100
100. Kenangan
101
101. Terlalu Percaya Diri
102
102. Mencekam Tapi Konyol
103
103. Menikahi Gadis Badung
104
104. Pesta Syukuran Kelahiran
105
105. Ketika Cinta Ditentang Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!