Lovy Nanny

Lovy Nanny

Bab 1

Lovy memasukkan motor bututnya ke dalam garasi. Terik matahari terasa sangat menyengat siang ini. Dia pun membuka sepatunya dan menapakkan kaki ke pintu dapur.

Di buka kulkas dan di tuang air es ke dalam gelas. Lalu di teguknya sampai habis. Hilang sudah dahaganya.

Ku langkahkan kaki ke kamar mandi untuk cuci muka yang terasa penuh dengan debu. Terasa segar saat air itu menyentuh wajahku.

Perutku terasa sangat lapar. Aku buka lemari makan, namun tak ada apa apa. Aku buka juga penanak nasi, tapi tak ada sebutir nasi pun di dalamnya.

Sementara dari dalam terdengar suara beberapa orang sedang berbicara. Termasuk suara mama.

"Lovy.. Di panggil mama.." suara Loly yang terdengar angkuh.

Loly adalah saudara tiriku. Almarhum papa yang dulu statusnya duda menikah dengan mama tiriku yang berstatus janda. Usiaku dengn Loly hanya berpaut satu tahun

"Iya bentar.." jawabku

"Lelet amat sih.." sahutnya ketus.

Aku malas berdebat dengannya. Dengan langkah gontai aku menuju ruang tengah. Ku lihat ada seorang laki laki di sana dengan beberapa tumpukan kertas di atas meja.

Laki laki itu tersenyum, " hai Lovy..."

Aku pun membalas senyumnya. Lalu duduk di antara mereka. Ada apa ini..?, tidak seperti biasanya.

"Saya Tio, pengacara papamu. Dan hari ini sesuai dengan wasiat yang dulu pernah di buat oleh almarhum papamu, maka om akan membacakannya.."

Lovy mengangguk, "silahkan om.."

Kami mendengarkan dengan seksama ketika om Tio membacakan surat wasiat yang telah di tulis oleh papanya. Wasiat itu akan di baca ketika Lovy telah dewasa atau telah tamat sekolah.

Om Tio membacakan warisan yang akan di terima oleh Lovy, berupa tabungan yang memang sudah di siapkan oleh papanya tanpa sepengetahuan mama tirinya.

"Dan karena rumah yang kalian tempati merupakan milik orang tua mama tirimu, maka kamu tidak dapat menuntut hak waris atas rumah ini. Tetapi kalau mama tirimu mau berbagi denganmu itu wewenang dia.."

Lovy mengangguk tanda mengerti. Mungkin karena rumah ini milik ibu mama tiriku, pantas saja mereka bertindak sesukanya.

Tanpa banyak basa basi mereka pun menanda tangani surat persetujuan. Om Tio pun pamit. Meninggalkan Lovy di antara dua singa.

Lovy memegang sebuah amplop berisi buku tabungan yang di wariskan papa untuknya. Dia tak berani bertanya berapa jumlah yang di terimanya.

"Kamu udah dengar kan apa yang di bilang sama si Tio tadi..?, kamu gak punya hak di rumah ini. Jadi aku mau kamu pergi dari sini.. Aku gak mau menampung orang yang gak punya pekerjaan jelas kayak kamu.." ucap mama tirinya ketus.

Lovy tersenyum sinis, "santai aja ma.., gak usah terlalu ngegas kayak gitu. Tanpa di minta, Lovy akan pergi kok.."

Aku pun masuk ke dalam kamar, segera aku berkemas memasukkan pakaian dan beberapa berkas penting ke dalam tas. Untung saja barangku tak banyak.

"Silahkan jadi gembel dan pengamen di jalanan Lovyta..." ucap Loly dengan nada mengejek.

"Yoiii..., pengamen elit.." jawabku tak mau kalah.

Dengan langkah santai ku tinggalkan rumah ini. Masih jam dua siang. Aku segera meluncur ke sebuah bank untuk memutasikan tabungan yang di wariskan oleh papa.

Pelayanan pihak bank sangat baik, tak butuh waktu lama aku sudah mempunyai rekening sendiri. Dua ratus juta, cukup lah untuk bekal hidupku.

Perutku yang lapar memaksaku berhenti di sebuah warteg. Perutku sangat lapar. Aku pun memesan nasi dengan ayam goreng kesukaanku.

Handphone-ku tiba tiba berbunyi. Ku lirik siapa yang meneleponku. Ternyata om Burhan, teman papaku dulu.

"Ya om..." sahutku.

"Kamu dimana Lovy?, barusan om ke rumah, kata mamamu kamu pergi.."

"Lagi di luar om, ada apa..?" tanyaku

"Bisa kamu ke rumah..?, ada yang penting.."

"Bisa om.. Lovy langsung ke sana.." jawabku.

Aku segera meluncur ke sana setelah membayar makananku. Om Burhan lah satu satunya teman papa yang masih ada.

Om Burhan langsung melambaikan tangannya ketika melihat aku datang. Dia sedang asik memberi makan ikan ikan koi-nya. Aku pun menghampiri om Burhan lalu mencium lengan punggungnya.

"Apa kabar om..?, maaf Lovy udah lama gak ke sini. Soalnya kemaren baru selesai ujian.." ucapku.

"Gak apa apa.., kok kamu bawa tas gede banget..?, mau kemana..?" tanya om Burhan sambil melirik motor bututku.

"Uuhmm.. , mama ngusir Lovy.." jawabku singkat.

"Loohh..., gimana ceritanya..?" tanya om Burhan

Aku menceritakan apa yang baru saja terjadi. Om Burhan sangat terkejut mendengar ceritaku.

"Terus kamu mau kemanaa...??" tanya om Burhan.

"Cari kost om, Lovy kan udah tamat sekolah. Udah bisa kerja. Lagian kan ada uang peninggalan papa. Mungkin kalau cukup Lovy mau beli sepetak rumah.." jawabku.

"Punya niat ke luar negeri gak..?" tanya om Burhan sambil tersenyum.

Aku langsung tertawa, "om Burhan aneh.., kok tanya kayak gitu..?"

Om Burhan pun ikut tertawa, "om tanya serius.."

Ku pandang wajah om Burhan, terkadang om Burhan suka ng-prank. Kadang becandanya juga kelewatan.

"Hmmm... Kalau ada tujuan yang jelas, boleh juga sih.." sahutku santai.

"Kamu udah punya KTP kan..?" tanya om Burhan lagi.

Aku mengangguk, "udah om.."

Lalu om Burhan masuk ke dalam. Tak lama dia kembali membawa sebuah map besar. Dan menyerahkan padaku.

"Buka lah.."

Aku membuka map besar itu. Ada beberapa lembar kertas. Ku baca satu persatu. Mataku berbinar setelah membaca lembar pertama.

"Ini beneran om...???" tanyaku tak percaya.

Om Burhan mengangguk, "baru kemarin tiba, maaf om buka terlebih dahulu.."

Aku berlonjak kegirangan setelah tau apa yang tertulis. Aku akan mengejar mimpi dan mewujudkannya. Akan ku buktikan pada dunia, dengan bermusik aku bisa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!