Bab 9

Nick sedang membersihkan halaman belakang. Sesekali terdengar suara Hanny yang mengganggu pekerjaan Nick. Namun sepertinya Nick tidak merasa terganggu.

Sementara Mathew sedang fokus menatap layar laptopnya. Sesekali dia menjawab telepon yang berdering di handphonenya.

Aku sedang menyiapkan makan siang. Spageti sedang ku rebus sambil membuat saus seperti asam manis dengan potongan fillet dada ayam yang besar besar.

Aku membuat perkedel yang ku campur dengan daging giling. Tapi ku buat dengan ukuran lebih besar dari ukuran perkedel pada umumnya.

"Sepertinya enak.."

Suara Mathew yang tiba tiba hadir di belakangku membuat aku terkejut. Mungkin aku terlalu fokus sampai tak mendengar langkah kakinya.

"Mau coba..?" tanya Lovy sambil memberikan sendok pada Mathew.

Mathew pun mengambil sesendok kuah asam manis yang sudah mengental.

"Ini enak sekali. Pedas, sedikit asam dan ada manisnya.." puji Mathew.

Dia melihat Lovy sedang menggoreng perkedel di atas pan.

"Itu apa..?" tanya Mathew

"Ini namanya perkedel. Bahan dasar kentang, tapi ku campur dengan daging giling, mudah mudahan kalian suka.." jawab Lovy.

Mathew pun mengambil perkedel yang sedang di tiriskan Lovy di atas tisu, lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

"Uuhmmm... Ini juga enak.." ucapnya sambil mengunyah.

Lovy merasa senang dengan pujian Mathew. Sebenarnya dia bosan dengan menu yang itu itu saja. Dia juga kangen dengan makanan Indonesia.

"Nick.. Bersihkan badanmu. Makan siang hari ini enak sekali..." teriak Mathew dari serambi belakang.

Nick langsung menyimpan peralatannya. Lalu masuk mengikuti Hanny yang berlari kecil.

"Tanganmu kotor Hanny.." ucap Mathew ketika melihat Hanny ingin mencomot perkedel di atas meja.

Hanny langsung cemberut, lalu melirik ke arah Lovy. Lovy pun mendekati Hanny.

"Sayang.. tangan kamu kotor. Badan dan rambutmu juga kotor. Kalau nanti kotoran itu masuk ke dalam makanan gimana coba..?" ucap Lovy.

"Aku akan sakit perut...?" sahut Hanny.

Lovy pun mengangguk, "kamu gak mau sakit perut kan..?"

Hanny pun menggelengkan kepalanya.

"Mendingan kamu mandi dulu. Cuci rambutmu biar gak ada kotoran lagi.." sambung Lovy.

"Ok.." sahut Hanny lalu masuk ke dalam kamar mengambil handuk lalu mandi.

Mathew tercengang melihatnya. Bagaimana Hanny bisa menurut dengan apa yang di perintahkan Lovy. Padahal baru beberapa hari Lovy tinggal bersama mereka.

Lovy pun kembali dengan pekerjaannya. Dia memasukkan spageti ke dalam saus dan mengaduknya sampai rata. Lalu membagi ke dalam empat piring.

Dia juga menata perkedel di atas piring yang cukup besar dan meletakkannya di tengah bersama seceret air putih dan gelas. Mathew terpaku melihat apa yang di lakukan Lovy.

"Makan siang sudah selesai. Apa kamu masih mau berdiri terus..?" ucap Lovy.

Mathew yang seolah tersadar, langsung ke beranda belakang mengambil laptopnya dan menyimpan ke dalam kamar. Tak lama dia kembali lagi di susul Nick dan Hanny.

Mereka pun duduk di kursi masing masing. Lovy menuangkan air ke dalam gelas dan di berikan kepada mereka.

"Nanny.. Aku ingin rambutku di kuncir.." ucap Hanny ada Lovy.

"Rambutmu masih basah, nanti kalau sudah kering ya.. Sekarang kita makan dulu.." sahut Lovy.

"Ok.. Biar aku yang memimpin doa.."ucap Hanny

Kami semua saling pandang. Terdengar lucu tapi membuat penasaran.

"Memang kamu bisa..?" tanya Mathew tidak percaya.

Hanny lalu mengangguk lalu melipat tangannya.

"Tuhan, terima kasih atas rejekimu hari ini. Jadikan makanan yang kami makan berkah bagi kami semua. Dan terima kasih telah mengirimkan seorang Nanny yang baik, cantik dan pintar memasak. Amiinnn.." ucapnya tanpa terbata

Kami semua terperangah melihatnya.

"Amin..." ucap kami bertiga.

"Ayo makan, aku sudah lapar.." ucap Hanny kemudian sambil mengambil perkedel di depan matanya.

Ku lihat mereka makan sangat lahap. Bahkan semuanya habis tak tersisa. Aku senang melihatnya. Ternyata mereka suka dengan makanan yang aku buat.

"Nanny, rambutku sudah kering. Ayoo, kuncir rambutku.." ucap Hanny sambil menarik tanganku.

"Tunggu aku selesai mencuci piring ya.." sahutku.

"Hari ini aku yang mencuci piring.." sambung Mathew.

"Tuh kan.. Hari ini ayah yang mencuci piring. Ayoo.. " ajak Hanny lalu menarik tanganku.

Aku melirik ke arah Mathew. Dia pun memberi isyarat dengan anggukan kecil. Hanny langsung mengambil sisir dan ikat rambutnya. Lalu memberikan pada Lovy.

Dengan hati hati Lovy mulai menyisir rambut Hanny. Lalu membelahnya menjadi dua bagian sama besar kanan dan kiri. Lalu dengan hati hati dia mulai mengikat salah satu bagian. Lalu bagian yang lain. Dan menyematkan jepitan kupu kupu.

"Kau lupa memakai bedakmu.." ucap Lovy pada Hanny

Hanny pun berlari kecil ke kamar mengambil bedak baby-nya. Lalu memberikan kepada Lovy. Lovy lalu memberi bedak tipis ke wajah Hanny. Hanny pun tersenyum senang.

Mathew memperhatikan apa yang di lakukan Lovy pada putri semata wayangnya. Ternyata keputusannya tak salah ketika memilih Lovy. Rasa kagum tersirat dari pandangan matanya.

Jiwa ke-ibuan Lovy patut di acungkan jempol. Dengan sikapnya yang seperti itu seolah bisa mencuri hati Hanny.

"Kau memandang Lovy atau Hanny..." goda Nick yang sedari tadi memperhatikan Mathew.

"Sialan...!" umpat Mathew sambil melempar serbet ke arah Nick yang kemudian tertawa meninggalkan-nya.

Mathew menyusun piring yang sudah bersih. Lalu dia mengelap tangannya yang basah agar kering.

"Guys.. Bersiaplah...!!, kita akan jalan jalan ke mall..." ucap Mathew setengah teriak sambil mengambil kunci mobil.

"Horeeee....!!!" teriak Hanny langsung mengambil sepatunya.

Tak lama Mathew kembali dari garasi. Di lihatnya Lovy masih merapikan sisir dan bedak Hanny.

"Waktumu sepuluh menit untuk mandi.." ucap Mathew kepada Lovy sambil berjalan ke arah kamarnya.

"Apaa...???" gumam Lovy.

Secepat kilat dia pun mandi. Lalu mengambil celana jeans dan t-shirt dari dalam lemari. Di sisir rambut lurus sepunggung dan di sambar sepatu flatshoes-nya.

Lipstik berwarna pink di poles di bibirnya, di ratakan bedak tipis di wajah. Maskara pun di sapu di bulu matanya agar terlihat lebih lentik. Alisnya hanya di rapikan saja, karena sudah terbentuk rapi alami.

Dia pun mengambil tas selempang kecil. Memasukkan handphone dan lipglos. Semua di lakukan secepat kilat, lalu keluar kamar tergesa gesa. Hanya terlihat Hanny yang duduk menunggu.

"Nanny cantik sekali..." puji Hanny ketika melihatku.

Aku hanya tersenyum. Tak lama Mathew dan Nick keluar kamar. Gaya mereka yang sederhana namun tetap terlihat elegant. Ternyata Mathew ingin membelikan alat sekolah untuk Nick dan Hanny.

"Ambil apa yang kamu mau.." ucap Mathew di sisiku.

Dengan teliti ku ambil apa yang aku butuhkan. Secukupnya saja. Kalau kurang nanti aku bisa beli lagi.

"Hanya itu...?" tanya Mathew

Aku hanya mengangguk. Dia pun hanya mengangkat bahunya. Aku menenteng barang barang Hanny sambil menggandeng tangannya, sementara Nick membawa plastik yang lain.

Ku hanya mengikuti saja kemana langkah mereka pergi. Sampai akhirnya ke sebuah toko sepatu terkenal. Untuk membelinya saja, mungkin setara dengan gajiku sebulan.

Mathew berbicara kepada pelayan. Sedangkan aku dan Hanny duduk menunggu. Sementara Nick melihat lihat sepatu yang terpajang.

"Hanny.. Kau ingin sepatu untuk ke sekolah..?" tanya Mathew.

Hanny langsung mengangguk, "aku ingin dua.."

"Ok.. Kamu bebas memilih mana yang kamu suka.." sahut Mathew.

Dengan senangnya Hanny langsung menarik tanganku. Aku pun membantu gadis kecil itu memilih sepatu yang dia mau.

"Kamu juga boleh pilih mana yang kamu mau..." bisik Mathew saat melintas.

Aku terperangah. Lalu melihat Mathew yang terus berjalan ke arah Nick yang juga sibuk memilih mana yang dia inginkan.

Dua sepatu Hanny limited edition sudah di letakkan di meja kasir. Tak lama Nick menyusul. Aku yang terakhir ke meja kasir. Mathew melirikku. Lalu mendekat ke kasir dan mengambil sepatu yang aku pilih. Sementara tangan lainnya menarik tanganku.

"Seleramu buruk sekali.." ucapnya pelan.

Lalu dia memanggil penjaga toko meminta sepatu model terbaru.

"Ada yang seperti anak kecil itu...?, atau yang lainnya...?" tanya Mathew.

Pelayan toko membawa beberapa model. Aku melihat ke arah Mathew.

"Pilih dua sesuai dengan ukuranmu, aku tunggu di kasir.." ucap Mathew lalu pergi meningalkanku.

Aku memilih warna putih polos dan hitam dengan list putih di kanan kirinya. Lalu membawa ke kasir. Sang kasir lalu membungkus sepatu kami.

Sepatu merk terkenal limited edition. Ini benar benar luar biasa. Harganya lebih dari gajiku sebulan, gumamku dalam hati.

Sebelum pulang kami menikmati wafel di taman kota. Mathew yang duduk bersama Nick sesekali mencuri pandang ke arah Lovy. Namun Lovy pura pura tak melihatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!