Bab 3

Perjalanan panjang sepuluh jam membawa Lovy ke tempat baru. Terasa sangat asing baginya beberapa pasang mata memandangnya. Mungkin aneh bagi mereka melihat orang Indonesia dengan warna kulit coklat yang mencolok.

Petugas bandara dengan sangat ramah memberi petunjuk padanya dimana harus menunggu taksi. Ternyata ada juga taksi online di sini, yang memudahkannya menuju tempat yang di inginkan.

Musim gugur yang indah. Udara yang tak begitu panas seperti di Jakarta. Sepanjang jalan dia memperhatikan beberapa tempat. Dia pun mengingat tempat tempat itu di dalam benaknya.

"Anda sudah sampai nona..." ucap pengemudi taksi dengan ramah.

Aku langsung membayar ongkosnya sambil tersenyum. Supir taksi itu membalas senyumnya lalu pergi meninggalkan Lovy.

Tujuan utamanya adalah KBRI. Dia harus melaporkan kehadirannya.

"Maaf, saya ingin bertemu dengan pak Tomo.." ucap Lovy dengan sangat sopan.

"Kamu Lovyta..?" tanya sang resepsionis ramah.

Lovyta mengangguk, "iya.., saya Lovyta..."

Sang resepsionis langsung membawa Lovyta ke sebuah ruangan. Isi dalam gedung ini Indonesia sekali. Banyak pajangan dan hiasan dinding yang mewakili Indonesia.

"Silahkan..." ucap sang resepsionis sambil membuka pintu.

Lovyta mengangguk. Lalu duduk di kursi dalam ruangan itu. Tak lama seorang laki laki masuk. Dan langsung menghampiri Lovyta.

"Selamat datang Lovyta.., barusan pak Burhan sudah menelepon. Dia bercerita banyak tentangmu. Oia, untuk sementara kamu bisa tinggal di asrama. Sampai waktunya kamu masuk kuliah.." ucap pak Tomo.

"Terimakasih banyak pak Tomo. Awalnya saya agak sedikit bingung mencari tempat tinggal. Mungkin sampai beberapa minggu akan tinggal di sini sampai saya dapat tempat tinggal.." sahut Lovyta.

Pak Tomo mengantar Lovyta ke asrama khusus untuk warga negara Indonesia yang baru pertama kesini. Dia menjelaskan banyak hal tentang tempat ini.

Tak hanya itu, dia juga menjelaskan kemana Lovyta harus melapor jika terjadi apa apa atau dia membutuhkan bantuan. Juga tentang peraturan yang di tempat ini.

Sebuah kamar yang tidak terlalu besar. Tapi cukup baik untuk di jadikan tempat tinggal sementara. Satu kamar hanya di isi oleh satu orang. Dan kebersihan tempat ini patut di acungi jempol.

Lovyta hendak keluar untuk berbelanja membeli kebutuhannya.

"Anak baru ya..?" suara seorang di sampingnya.

Lovyta mengangguk dan tersenyum. Gadis yang menyapanya lalu menghampiri.

"Kamu mau jalan jalan..?, sama aku aja.." ucap gadis itu yang bernama Rema.

"Uuhhmm.. Boleh juga.." jawab Lovyta.

Rema pun berjalan bersama dengan Lovyta. Ternyata Rema baru sampai dua hari yang lalu. Dia di sini bekerja. Tapi baru mulai minggu depan.

Mereka berjalan bersama menyusuri jalan kota kecil ini. Kota kecil yang luar biasa. Semua tertata rapi. Tak ada satu pun sampah yang terlihat di sepanjang jalan atau di fasilitas umum.

Mereka bersama menuju sebuah pusat perbelanjaan. Lovyta kagum melihat betapa disiplinnya warga di sini. Tak banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Di sini kebanyakan orang jalan kaki atau naik sepeda. Makanya polusi udara sangat sedikit.." ucap Rema.

Lovyta mengangguk. Sangat jauh berbeda dengan di Indonesia. Dimana semua berlomba lomba untuk memiliki kendaraan sendiri sebagai bukti keberhasilan mereka. Atau hanya sekedar gengsi.

"Di sini juga tingkat kriminal rendah. Kita berjalan di tengah malam pun aman aman saja. Bahkan petugas kepolisian selalu standby.." ucap Rema.

"Ada tempat khusus untuk kumpul orang Indo..?" tanyaku.

"Pasti ada.. Sebuah resto kecil.. Kita kesana yuk.." ajak Rema.

"Aku traktir kamu deh makan di sana.." sambung Lovy.

"Terserah kamu.." sahut Rema.

Sebuah rumah yang di sulap menjadi sebuah restoran kecil. Terasa seperti di negeri sendiri. Oma Lani si pemilik sudah membuka restorant ini lebih dari tiga puluh tahun.

"Biasanya di sini tempat kita berkumpul. Kadang juga tempat diskusi, bahkan tempat curhat.." ucap oma Lani menyambut mereka.

Oma Lani sangat ramah dan terlihat sedikit kocak. Aku dan Rema berbicara panjang lebar. Tentang latar belakang kami menginjakkan kaki di tempat ini.

Rema yang menjadi tulang punggung keluarga terpaksa harus melanglang buana menjadi TKI. Tapi semua itu tidak menjadi beban baginya.

"Seru sih.. Aku bisa kemana pun aku mau.., malah aku merasa nyaman dengan semua ini. Targetku sampai usia tiga puluh atau empat puluh tahun. Setelah punya tabungan yang cukup aku akan berhenti bekerja.." sahut Rema.

"Ini pesanan kalian..." ucap oma Lani sambil meletakkan makanan di atas meja.

"Kalau kalian butuh sepeda atau info kost, oma siap bantu.." sambung oma Lani.

"Terima kasih oma, mungkin besok..." sahut lovy.

"Jangan menunggu, lebih cepat lebih baik.." jawab oma Lani kemudian.

"Tapi belanjaanku banyak oma, kan gak mungkin di bawa kemana mana.." sahut Lovy kemudian.

"Kamu bisa titip di sini sampai kamu kembali..." jawab oma Lani sambil tersenyum dan kembali ke tempatnya.

Aku dan Rema saling pandang. Kami pun langsung menyantap makanan yang sudah siap mengisi lambung yang kosong. Tanpa perlu waktu lama kami siap meluncur menyusuri tiap sudut kota ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!