Bab 11

Hari ini hanya satu mata kuliah saja. Dan aku pulang lebih awal. Aku berjalan kaki menuju sekolah Hanny. Aku akan menjemputnya siang ini. Betapa senangnya dia ketika melihatku.

Kami pun menyeberang jalan untuk menunggu bus sekolah. Sepanjang perjalanan, Hanny bercerita tentang sekolahnya hari ini. Hanya butuh waktu lima menit untuk sampai di rumah.

Dia pun kembali bercerita sambil sesekali memperagakan yang terjadi di sekolahnya hari ini. Menurutku dia anak yang pintar dan cepat menangkap pelajaran di sekolah.

Sebuah pemandangan yang sangat tidak layak untuk di lihat saat kami masuk ke dalam rumah. Terlihat Jenny dan teman laki lakinya sedang bercumbu di ruang tamu.

"Uupss.. Maaf..." ucapku sambil memalingkan wajah.

Ku coba menghalangi pandangan Hanny dari ibunya. Agar tak terlihat apa yang di lakukan ibunya pada laki laki itu.

"Kamu masuk kamar, trus ganti pakaianmu ya.." ucapku pada Hanny

Gadis kecil itu mengangguk. Lalu masuk ke kamarnya. Aku pun menyimpan tasku dan segera memasak untuk makan siang.

Aku tak habis fikir. Bagaimana dengan santainya mereka bercumbu di ruang tamu. Dengan botol minuman beralkohol dan bekas bungkus makanan yang berserak dimana mana.

"Kau memasak juga..?" tanya Jenny pada Lovy.

Lovy hanya menjawab dengan anggukan tanpa menoleh sedikit pun.

"Aku ingin kau memasak agak banyak, untuk makan aku dan Nate.." ucap Jenny seperti memberi perintah.

Lovy hanya melengus mendengarnya. Entah mengapa dia tidak suka dengan Jenny. Di liriknya Jenny membuka kulkas dan memeriksa seluruh isinya.

Sebenarnya Lovy ingin membuat perkedel kentang seperti kemarin, karena Hanny sangat suka. Tapi di urungkan karena sikap Jenny yang terkesan sombong.

Dia merebus spageti. Menyiapkan bumbu. Dia juga memotong wortel untuk di campur dengan spageti itu. Jenny sedikit heran melihatnya.

"Kau memasak spageti dengan wortel..??" tanya Jenny.

Lovy hanya menjawab dengan anggukan. Jenny terlihat kesal dengan jawaban Lovy yang hanya mengangguk saja.

Tak sampai satu jam spageti itu pun matang. Jenny sedikit ragu dengan masakan Lovy yang terlihat aneh di matanya. Dia pun mengambil piring dan manaruh spageti itu.

Dia pun memasukkan spageti yang sudah mulai hangat ke dalam mulutnya. Dia terdiam sesaat, mengunyah perlahan.

"Uuhmm.. Tak ku sangka ini spageti terenak yang pernah aku makan.." ucapnya.

Dia pun mengambil piring yang lain dan mengisi piring kosong itu.

"Nate..., ayo makan...!" ucapnya setengah teriak.

Laki laki yang bernama Nate itu pun muncul dengan celana boxernya. Lovy lalu meninggalkan dapur, dia merasa risih dengan Nate.

"Ini enak sekali sayang.. Kamu harus coba.." ucap Jenny.

Mereka pun makan dengan lahap seperti orang kelaparan. Lovy hanya mendengus melihat mereka. Hanny yang baru keluar kamar, menghampiri Lovy.

"Apa mereka menghabiskan makan siang kita..?" tanya Hanny setengah berbisik.

"Kayaknya iya, tapi biarkan saja. Nanti aku masak perkedel kentang seperti kemarin.." jawab Lovy.

Senyum Hanny mengembang sambil memberikan jempolnya. Karena dia suka sekali dengan perkedel kentang buatan Lovy.

Hanny berjalan masuk ke dapur mengambil air. Dia melirik ibunya yang sedang asik menikmati makan siang bersama Nate.

"Hai sayang..., kamu mau makan siang..?" tanya Jenny.

Hanny menggeleng, "enggak, aku masih kenyang. Aku hanya mau ambil air minum.."

Jenny hanya mengangkat bahunya. Lalu melanjutkan makan siang bersama Nate. Dia tak memperdulikan Hanny. Hanny melirik ke arah Nate dengan tatapan tidak suka. Dia pun mendekati Lovy yang sedang melipat pakaian.

"Aku gak suka sama laki laki itu.." ucap Hanny pada Lovy.

Lovy lalu meletakkan telunjuknya ke bibir. Hanny pun mengangguk. Dia mengerti apa maksud Lovy. Hanny pun duduk di sebelah Lovy yang sedang melipat pakaian.

"Hanny..." ucap Jenny

"Yes mommy..." sahut Hanny

"Aku akan kembali lagi ke kota. Kamu jangan nakal yaa.." ucap Jenny lagi sambil berdiri membakar sebatang rokok yang terselip di bibirnya.

"Ok..." sahut Hanny singkat.

Jenny pun masuk ke kamar di ikuti Nate. Dengan sedikit melirik Hanny memperhatikan mereka. Tak lama Jenny dan Nate keluar dari kamar itu. Sepertinya mereka sudah bersiap untuk pergi.

Jenny melangkah ke dapur. Tak lama dia membawa sebungkus plastik besar.

"Aku membawa beberapa makanan, aku rasa kamu gak keberatan Lovy.." ucap Jenny.

Lovy hanya menjawab dengan senyum tipis. Hanny hanya memandang ibunya dengan rasa heran. Dia pun memandang Lovy.

"Ok.. See you Hanny..." ucap Jenny sambil melangkah keluar di ikuti Nate. Tak ada basa basi dari Nate. Tamu macam apa itu, emang dia fikir ini rumah nenek moyangnya.

Deru mobil itu perlahan menjauh. Hanny memandang dari balik vitrase yang menutupi jendela kaca.

"Mereka sudah pergi.." ucap Hanny.

"Ayo kita masak..." sahut Lovy langsung bangkit dari duduknya.

Setengah berlari Hanny mengikuti Lovy dari belakang. Aaahhh..., kacau sekali. Dapur yang terlihat berantakan. Piring kotor dengan beberapa puntung rokok di biarkan di atas meja.

"Iihh..., jorok sekali.." ucap Hanny sambil bergidik.

"Bisa kamu bawa ke sini..?" tanya Lovy.

Hanny pun menumpuk piring kotor itu lalu memberikan pada Lovy. Dia pun segera mengelap meja yang kotor itu. Lovy tersenyum melihatnya.

Alangkah terkejutnya Lovy, ketika membuka kulkas dan melihat beberapa bungkus daging dan sayuran yang sudah tidak ada. Dia melengus, kesal..

"Sudah habis di jarah penjajah.." ucap Lovy.

Hanny tertawa mendengarnya, "penjajah yang tidak tau malu. Datang hanya menghabiskan makanan.."

Spageti di atas pan juga habis. Lovy pun geleng kepala melihatnya. Di dalam kulkas hanya tersisa brokoli dan udang. Bahkan kentang yang di letakkan di laci sayuran juga raib.

"Kamu laper banget gak..?" tanya Lovy.

"Aku masih bisa tahan.." jawab Hanny.

"Bahan makanan kita habis. Sepertinya kita harus belanja.." sahut Lovy

Hanny berjalan masuk ke kamar, lalu menghampiri Lovy.

"Ini uangku, mungkin bisa untuk menambah uang belanja.." ucap Hanny sambil menyerahkan beberapa dolar.

Lovy tersenyum, "simpan saja.., pakai uang nanny aja ya.." sahut Lovy.

"Memang nanny punya uang...?" tanya Hanny.

Lovy mengangguk. Dia pun bersiap memesan taksi online. Hanny terlihat senang. Di jalan Lovy mengirim pesan kepada Nick bahwa mereka akan berbelanja.

"Aku akan menyusul kalian.., jam pelajaranku sudah selesai.." balas Nick beberapa saat.

Lovy mengambil sebuah troli dan mulai mendorongnya. Menuju bagian sayuran.

"Mau naik ke troli gak..?" tanya Lovy pada Hanny.

Hanny pun mengangguk. Lovy langsung mengangkat badan gadis kecil itu. Tangan mungilnya bergerak bebas mengambil apa pun yang dia mau.

Hanny berceloteh tentang ibunya. Dia mengungkapkan rasa tidak sukanya. Lovy hanya mendengarkan saja. Dalam hatinya merasa miris. Ucapan Nick benar, kasihan sekali Hanny.

Seharusnya dia mendapat perhatian lebih dari ibunya. Pantas saja dia lebih dekat pada Mathew. Padahal Hanny anak baik, dia penurut. Bahkan seusianya, dia sudah cukup mandiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!