Nick terdiam. Kedua tangannya di katupkan menutup bibirnya. Lalu memandang Lovy.
"Perjalanan hidup yang sangat pahit dan menyakitkan.." Nick mulai buka suara.
Lovy memandang Nick yang masih terlihat memendam kesedihan.
"Ayah pergi meninggalkan kami, ketika aku masih kecil. Ayah pergi karena ibu seorang pemakai obat obatan terlarang. Ibu sering pulang larut malam dalam keadaan tidak sadar. Waktu itu Math berusia sepuluh tahun.
Ibu yang tidak bekerja, membuat Math mulai bekerja menjadi loper koran. Uang yang di hasilkannya untuk makan kami bertiga. Terkadang dia mengumpulkan barang bekas untuk di jual ke pasar loak.
Di sekolah dia di kucilkan oleh teman temannya. Bahkan dia selalu di bully oleh mereka. Namun Math tak ambil pusing.
Yang ku ingat, dia selalu menumpahkan kesedihannya dengan bernyanyi. Namun ibu tidak suka dengan lagu yang di nyanyikannya. Bahkan ibu pernah membanting tape recorder yang di pakainya untuk merekam lagu lagu yang dia ciptakan.
Setelah lulus sekolah dasar, Math tidak melanjutkan sekolahnya. Dia bekerja di sebuah toko roti. Di sana dia bertemu dengan cinta pertamanya yang kemudian menjadi ibunya Hanny.."
Nick terdiam lagi. Lovy pun bungkam.
"Mereka berpacaran cukup lama, sampai akhirnya menikah di usia muda dan lahirlah Hanny. Kehadiran Hanny tidak di terima ibu. Lalu ibu mengusir Math. Dan kami pergi meninggalkan ibu di sana..
Math bekerja keras siang dan malam. Dia berkata kepadaku, cukup aku yang merasakan semuanya Nick. Kamu harus lebih baik dariku. Biarkan aku yang bekerja, kamu harus tetap melanjutkan sekolahmu.
Ketika Math bekerja di toko roti, ada temannya yang mengajak dia untuk ikut kompetisi bernyanyi. Dan dia pun menang dalam kompetisi itu. Hidup kami pun mulai lebih baik.
Namun, kebahagiaan Math hanya sebentar saja. Ketika dia mulai banyak tawaran untuk tampil, istrinya selingkuh.."
Lovy tercengang mendengarnya. Sepahit itu jalan hidup Mathew. Sudah di tinggalkan ayah, di usir ibu, kemudian di selingkuhi istrinya.
"Lalu...?" tanya Lovy.
"Mathew yang bodoh, dia di butakan oleh cinta. Dia tetap menerima istrinya walau pun sudah tidur dengan laki laki lain. Kalau aku, pasti akan ku ceraikan.." ucap Nick sambil tertawa sinis.
"Sampai saat ini dia masih mempertahankan istrinya..?"
Nick mengangguk, "menurutku Jenny bukan istri yang baik. Kamu lihat sendiri kan, tega dia meninggalkan Hanny hanya lebih mementingkan bisnisnya. Ibu yang aneh.."
Lovy menarik nafas panjang. Benar benar tak di sangka. Begitu rumit jalan hidup Mathew. Pantas saja Hanny sangat dekat dengan Mathew. Karena memang ibunya lebih mementingkan bisnisnya.
"Aku harap kamu mengerti dengan keadaan Math. Semua ini lah yang membuat dia lebih banyak diam. Yang ada di benaknya hanya kerja.., kerja.. dan kerja.." sahut Nick.
"Tapi dia benar benar luar biasa Nick. Usahanya dia membuahkan hasil. Dia membuktikan ucapannya.." sambung Lovy
Nick mengangguk, "oia, mungkin sesekali Jenny akan datang. Tapi tak pernah tau kapan dia ke sini. Dia selalu datang tiba tiba. Cuma anehnya, dia selalu datang di saat Mathew tidak ada.."
Lovy menarik nafas. Untungnya ini negara bebas. Dimana orang orangnya cuek. Coba kalau di Indonesia, pasti sudah menjadi buah bibir dan gosip yang tak berujung.
Nick menguap, "aku tidur duluan ya.. Selamat malam Lovy.." pamitnya lalu mencuci gelasnya sendiri.
Lovy masih duduk terdiam di meja makan. Masih baru berapa jam di sini dia sudah mengetahui semuanya. Ternyata di balik kesuksesannya sebagai penyanyi terkenal, dia memendam luka yang mendalam.
Sampai dini hari Lovy tak dapat memejamkan matanya. Dia pun mengambil gitar dan mulai memetik senarnya. Bibir mungilnya mulai bersenandung.
"Kau masih belum tidur...?"
Suara Mathew mengejutkannya. Lovy langsung berhenti memainkan gitarnya.
"Entah kenapa aku belum ngantuk. Mau aku buatkan minum?" tawar Lovy.
"Tak usah.." sahut Mathew lalu mengambil sekaleng bir di dalam kulkas.
Dia pun duduk di depan Lovy. Di tatap Lovy sambil meneguk bir yang di bukanya.
"Mungkin dalam beberapa hari ini aku akan kembali ke kota. Dan hari Senin nanti, Hanny dan Nick akan mulai masuk sekolah musim ini.." ucap Mathew.
Lovy mengangguk, "ya.., hari Senin aku juga mulai kuliah.."
"Kalian bisa pergi bersama.." sahut Mathew.
"Bagaimana jika aku pulang terlambat dari mereka..?" tanya Lovy.
"Kamu bisa bicarakan dengan Nick. Dan itu bukan urusanku lagi.." sahut Mathew datar lalu meninggalkan Lovy.
Lovy melongo melihat sikap Mathew. Sedingin itu, seolah olah tak membutuhkan Lovy di sini. Uuppss..., Mathew memang tak membutuhkannya lebih dari sekedar pengasuh.
...****************...
Lovy terkejut ketika sepagi ini Mathew sudah bangun dan mulai memasak. Dia sedang mencairkan daging di dalam sebuah baskom kecil.
"Maaf aku bangun terlambat.." ucap Lovy sambil mengikat rambut panjangnya.
"Gak apa apa.., sepertinya aku yang bangun terlalu pagi.." jawab Mathew.
"Apa mungkin kamu gak tidur..?" tanya Lovy.
Mathew langsung melirik Lovy dengan tatapan yang kurang bersahabat. Lalu dia melanjutkan mengambil sesuatu dari dalam kulkas.
"Kita akan piknik ke danau hari ini. Aku sudah bejanji pada Hanny.." ucap Mathew.
"Apa kita akan membawa bekal makanan..?" tanya Lovy.
"Yaa.., aku ingin membuat sandwich dan pie.." jawab Mathew.
"Aku lihat ada tepung terigu, wortel dan kentang. Kalau buat risol isi bagaimana..?" tanya Lovy.
"Seperti yang ada di kedai oma..?" tanya Mathew
Lovy mengangguk. Mathew terdiam sebentar sambil memandang Lovy.
"Kalau kamu bisa buatnya, kenapa tidak..?" sahut Mathew.
Lovy hanya tersenyum. Lalu dia membuat adonan untuk kulit. Mengupas kentang dan wortel lalu memotong dadu kecil kecil.
Mathew memperhatikan bagaimana cekatannya Lovy membuat risol isi sayuran itu. Lovy menyadari Mathew memperhatikannya, namun dia tak berani membalas pandangan Mathew.
"Uuhmm.. Enak.." puji Mathew saat mencoba risol buatan Lovy.
"Kalau kamu suka, kamu bisa memakannya dengan saus sambal, saus tomat atau mayonaise.." sahut Lovy sambil menggoreng beberapa risol lagi.
"Kamu benar.., ini enak sekali.." ucap Mathew sambil mengunyah risol yang entah keberapa.
"Ayaahh..., ayah makan apa..?" suara Hanny yang baru bangun dan sudah masuk ke dapur.
"Risol buatan Lovy, kamu mau coba..?" tanya Mathew.
Hanny mengangguk. Lalu Mathew memberikannya pada Hanny.
"Aku suka.., jangan ayah habiskan...!!" ucap Hanny dengan polosnya.
"Gaakk.., kita akan piknik hari ini dan bawa bekal risol, sandwich dan pie. Sekarang kamu mandi dan bersiap siap.." sahut Mathew.
"Kita akan piknik..?, yeess...!!!" ucap Hanny lalu turun dari kursi makan.
"Om Nick...!!, banguuun...!!, kita mau piknik..!!, kalau gak bangun nanti kami tinggaaall...!!" ucap Hanny setengah teriak.
Lucu sekali Hanny. Lovy hanya tersenyum kecil. Dia pun mematikan kompor dan mendinginkan gorengan terakhirnya di atas tissu agar minyaknya terserap.
Mathew lalu menyusun makanan di dalam keranjang rotan. Seperti yang ada di film film. Sementara Lovy membersihkan dapur dan mencuci peralatan yang kotor.
"Nick.. Kau siapkan mobil.." ucap Mathew ketika melihat Nick sudah bangun. Nick pun mengambil kunci lalu bergegas.
Mathew dan Nick menyusun barang yang akan di bawa di bagasi belakang. Hanny terlihat cantik dengan overall jenas selututnya.
"Nanny.. Aku ingin rambutku seperti itu.." ucapnya sambil menunjuk rambutku yang aku ikat ekor kuda.
"Ok.., ambil sisir dan ikat rambutmu.." ucapku.
Dia pun masuk ke dalam kamarnya dan segera kembali padaku sambil menyerahkan sisir barbienya yang lucu. Aku pun mengikat rambutnya yang ikal. Lalu menyematkan pita berwarna biru yang senada dengan bajunya.
"Ok.. Kamu sudah cantik.." ucapku memujinya.
"Thank you..." ucapnya langsung mencium pipiku.
Aku terperangah melihatnya. Tapi aku juga merasa senang. Dia kembali lagi setelah menyimpan sisirnya.
"Ayoo.. Nanti kita terlambat.." sahut Hanny sambil menarik tanganku.
Kami pun mulai menuju danau yang tak jauh dari rumah. Hamparan rumput yang luas terasa menyejukkan mata.
Hanny terlihat sangat senang berlari ke sana ke sini bersama Mathew. Tawanya yang lepas menggambarkan hatinya yang bahagia saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments