Bab 19

Di sudut kota, sebuah gang yang sempit dengan cahaya yang temaram. Mathew sedang berdiri menunggu seseorang.

"Mana pesananku...?" tanya Mathew

Laki laki yang bertubuh tinggi besar itu pun memberikan sesuatu. Dia memandang Mathew.

"Kau yakin Math..!?!?, ini lebih dari biasanya.." jawab laki laki itu.

"Bukan urusanmu. Yang penting aku dapat apa yang aku inginkan.." sahut Mathew

Transaksi yang terjadi secepat kilat. Lalu mereka berpisah. Mathew berjalan dengan santai ke mobil sport-nya. Dia lalu memasang alat itu. Dan menikmati serbuk putih yang baru saja di dapatnya.

Dunia ini terasa seperti surga saat kepulan asap memenuhi isi mobilnya. Dia pun terlihat lebih santai. Dalam hitungan menit, barang haram itu habis di nikmatinya.

"Waktunya bermain Jenny.. " desis Mathew

Di jalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Deru knalpot memecah telinga. Tatap matanya tajam menuju target yang akan di ajaknya bermain. Dia bersenandung pelan.

Di telusuri beberapa tempat. Matanya liar mencari sosok itu. Dia pun tersenyum sinis. Di dalam mobil dia menunggu dengan tenang. Sampai akhirnya..

"Jane...!!!" teriaknya

Jenny pun menoleh. Dia tersenyum ke arah Mathew. Mathew berjalan perlahan menghampirinya sambil tersenyum.

"Hai..., ada apa Math..?" tanya Jenny sedikit heran.

Mathew memandang Jenny, iblis dalam bentuk manusia. Dia memperhatikan sekeliling. Akal sehatnya mulai hilang. Tak lama muncul laki laki yang di bawa Jenny ke rumahnya.

"Ada apa Math...?" tanya laki laki itu

"Bukan urusanmu.., ada yang mau aku bilang sama Jenny.." jawab Mathew

Laki laki itu tersenyum sinis, dia mencibir.

"Urusan dengan Jenny, berarti berurusan denganku juga..." sahutnya

"Oh ya....?!?!" ucap Mathew

Mathew langsung menarik tangan Jenny menjauh dari tempat itu. Jenny mencoba berontak. Namun genggaman tangan Mathew terasa sangat kuat.

"Lepaskan Math...!!!, apa apa-an ini....???" ucap Jenny

Plaakk....!!!, plaaakkkk....!!

Tamparan yang kuat di rasakan Jenny. Tanpa basa basi Mathew menarik rambut Jenny dan membentukan kepalanya ke sebuah tiang besi. Darah segar mengalir dari kepalanya.

"Ini balasan atas apa yang kau lakukan pada Lovy.." ucap Mathew lalu meninggalkan Jenny yang mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya yang terluka.

Buughhh....!!!

Sebuah pukulan keras mengenai tubuh Mathew. Mathew pun terhuyung, hampir saja dia terjatuh. Dia lalu membalikkan tubuhnya.

Tanpa menunggu lama, laki laki itu menyerang Mathew. Mereka pun bergumul. Jenny langsung menjerit meminta tolong. Beberapa orang yang melintas mencoba melerai mereka.

"Akan ku laporkan kau pada polisi Mathew Moffat...!!" teriak laki laki itu mengancam

"Silahkan saja an*ing...!!!" sahut Mathew sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Dan kau Jennifer..., jangan sekali kali lagi menyentuh Lovy, atau akan ku habisi hidupmu...!!" teriak Mathew.

Mathew pun berjalan menuju mobil sport-nya. Lalu meninggalkan tempat itu. Dia tak memperdulikan puluhan pasang mata menatapnya. Ada rasa puas dalam hatinya. Senyum tipis tersungging di bibir tipisnya.

****************

Suara pintu di ketuk. Lovy dan Sarah saling pandang. Sarah pun membuka pintu perlahan. Ternyata seorang room boy. Terlihat mereka sedang berbicara. Room boy itu pun masuk

"Maaf, saya di perintah pak Sam untuk membawa Lovy keluar melalui pintu rahasia.." ucap room boy itu.

"Kenapa..?" tanya Lovy

"Ada beberapa wartawan di lobi. Takutnya buat Lovy gak nyaman..." jawab room boy itu

Lovy dan Sarah kembali saling pandang. Sarah mengangguk perlahan.

"Ikuti aja Lovy, ini untuk kenyamanan kamu juga. Aku gak apa apa kok.." sambung Sarah

Lovy pun mengangguk ke arah room boy itu. Dia pun memeluk Sarah dan berpamitan padanya. Lalu Lovy mengikuti langkah room boy itu masuk ke dalam lift. Sepertinya mereka menuju basement. Sebuah mobil sudah menunggu.

"Selamat jalan Lovy, tugas saya sudah selesaikan mengantarkan anda sesuai perintah.." ucap room boy itu.

"Terima kasih banyak. See you..." sahut Lovy

Pintu mobil terbuka. Betapa terkejutnya Lovy melihat siapa yang ada di dalam

"Cepat masuk..."

Lovy pun langsung masuk. Mathew pun langsung meluncur.

"Kita mau kemana..?" tanya Lovy.

"Ke studio. Di sana akan ada yang mengantarmu langsung pulang ke rumah..." jawab Mathew singkat

Lovy hanya mengangguk pelan. Di lihatnya wajah Mathew yang kusut. Wajahnya terlihat tegang. Sepertinya kejadian semalam menimbulkan masalah besar.

Mobil itu masuk ke sebuah parkir di basement gedung pencakar langit. Mathew memasang hoodienya dan memakai kacamata hitam.

"Pakai topi ini, maskernya juga.." perintah Mathew sambil menyerahkan topi hitam dan masker.

Lovy langsung memakainya. Di biarkan rambutnya tergerai menutupi sebagian wajahnya. Mereka pun keluar bersama.

"Jangan panik, bersikap biasa aja.." ucap Mathew sambil menggandeng tangan Lovy.

Darah Lovy berdesir ketika kulit mereka bersentuhan. Wajahnya memerah. Untung saja tidak terlihat karena tertutup masker. Dia pun mengimbangi langkah kaki Mathew.

Tak ada satu pun kata yang terucap. Sesekali Mathew melirik ke arah Lovy dari balik kacamata hitamnya. Ingin sekali rasanya memeluk tubuh gadis itu. Tapi di tahan keinginan hatinya

Pintu lift terbuka di lantai 15. Sebuah nama perusahaan rekaman besar terpampang di sana. Suasana masih sepi.

"Morning Math..." sapa seseorang

Namun Mathew tak menjawabnya. Dia terus berjalan tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Lovy. Tangan yang lain memegang handphone, lalu di letakkan di telinganya.

"Kau dimana...?" tanya Mathew

Lalu dia memasukkan handphone-nya ke dalam saku celana. Tatap matanya lurus ke depan. Sampai di suatu ruangan, dia membukakan pintu untuk Lovy

"Ladies first..." ucapnya mempersilahkan Lovy masuk duluan

Lovy merasa kagum dengan sikapnya. Baru kali ini dia di perlakukan seperti itu. Di dalam sana sudah terlihat Sam, Devon dan Jhon.

"Hai guys..." sapa Mathew sambil membuka kacamatanya dan menurunkan hodie-nya

"Kau gila Math...!!!" ucap Jhon

Mathew hanya mengangkat bahunya, "whatever.."

Devon menyuruh Lovy duduk. Tak lama pintu terbuka. Ternyata Nick yang muncul di sana.

"Lovy..." ucap Nick langsung memeluknya

Tak ada rasa canggung dengan apa yang di lakukan di depan banyak orang. Mungkin hal ini sudah biasa di lakukan di sini.

"Hanny sama siapa..?" tanya Lovy penuh khawatir

"Dia sekolah, aku udah bilang sama gurunya, kalau sampai tengah hari kita belum sampai, tahan dia di sekolah. Atau bisa di antar ke kedai oma. Aku udah bilang juga sama oma Lani.." jawab Nick

"Emang kita bisa sampai secepat itu..?" tanya Lovy lagi

"Kalian bisa sampai kurang dari 2 jam.." jawab Mathew sambil memberikan minuman kaleng pada Nick dan Lovy.

Lovy memandang Mathew, "yakin...?"

Mathew mengangguk, "ya.., aku sudah mengatur semuanya. Sebaiknya kalian cepet pulang.."

Nick pun bangkit dari duduknya. Lalu mendekati Mathew. Di tatap wajah Mathew, lalu di peluknya. Dia pun pamit pada teman teman Mathew.

Lovy pun bangkit, di tatap wajah Mathew. Matanya berkaca kaca. Tak sanggup dia mengucapkan sepatah kata pun.

"Jangan nangis, aku gak suka perempuan lemah dan cengeng..." ucap Mathew lalu meraih tangan Lovy dan mengecupnya pelan.

Semua mata memandang tak berkedip. Devon dan Sam saling pandang. Mathew pun memeluk Lovy erat.

"Don't worry baby, semuanya akan baik baik aja.." bisiknya di telinga Lovy pelan.

Jantung Lovy berdebar kencang. Dia menjadi salah tingkah. Dia pun mengangguk pelan ketika Mathew melepaskan pelukannya.

"Nick.., aku akan menghubungimu lagi nanti. Kalian pulang lah..." ucap Mathew.

Nick dan Lovy berjalan perlahan meninggalkan mereka. Ada rasa khawatir dari tatap mata Mathew. Dia pun menarik nafas panjang. Lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa.

Devon, Sam dan Jhon saling pandang melihat Mathew. Ada sesuatu yang terjadi. Mathew memejamkan matanya. Seolah merasakan beban yang berat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!