Bab 16

Lovy tidak bisa memejamkan matanya malam ini. Tatap mata tajam Mathew membuatnya salah tingkah. Dan darahnya berdesir berulang kali setiap mengingat kejadian itu.

"Jangan baper Lovyyy...!!" gumamnya.

Lovy menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Namun wajah Mathew terus terbayang. Dia pun gelisah. Lovy memang mengagumi Mathew, cara dia bernyanyi dan kecintaannnya pada musik.

Dia tak pernah menyangka akan bisa sedekat ini dengan sang idola. Bermimpi aja gak pernah. Tapi saat ini semua di luar logikanya, dia bisa bernyanyi bersama Mathew, bahkan Mathew membantunya menyelesaikan tugas kampusnya.

"Ini gilaa...!!, sadar Lovy...!!, kamu bukan tipenya Mathew..!!" desisnya kemudian.

...****************...

Mathew masih berada di studio mininya. Berulang kali di dengarkan denting gitar yang di mainkan Lovy tadi. Dia benar benar sangat menikmati alunan suara itu. Sesaat dia melupakan Jenny.

"Kau luar biasa Lovy..." gumamnya.

Tiba tiba Mathew tersadar. Terbayang wajahnya yang merona. Tatap matanya yang teduh membuat Mathew merasa nyaman. Mata teduh yang selalu ingin di tatapnya setiap saat.

"Sadar Mathew...!!" desisnya.

Entah mengapa, wajah ayu itu hilir mudik di pelupuk matanya. Seolah tak ingin pergi jauh. Sosok yang baru di kenalnya karena permintaan Hanny yang ingin Lovy menjadi pengasuhnya.

Namun tak hanya sekedar pengasuh, Lovy lebih dari sekedar pengasuh. Bagaimana dia bisa membuat Nick memiliki seorang kakak perempuan. Bagaimana bahagianya Hanny ketika bersamanya.

Dia pun mengutuk dirinya karena bayang bayang Lovy yang tak mau pergi. Dia meremas rambutnya, memejamkan matanya perlahan. Dan bayangan Lovy seakan dekat di depannya.

...****************...

Seperti biasa, Lovy membuat sarapan pagi ini. Dia membuat sup macaroni dengan sayuran dan irisan daging. Harumnya masakan Lovy memenuhi seluruh ruangan.

"Aromanya bikin perut lapar..."

Suara Mathew mengagetkan Lovy. Dia pun melemparkan senyumannya. Tapi Mathew tak membalas senyumnya. Dan membuat Lovy sedikit kesal.

"Kamu masak apa..?" tanya Mathew sambil menuang teh madu ke dalam gelas di atas meja.

"Sup macaroni.." jawab Lovy.

Lovy terkejut ketika Mathew sudah berdiri di sampingnya. Dia mengambil sesendok sup dari dalam panci yang masih panas. Di tiupnya beberapa kali. Lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

"Selalu enak.." ucapnya

"Tunggu sebentar lagi, sayurannya belum matang.." sahut Lovy.

Mereka tak menyadari Nick sudah berdiri memperhatikan mereka.

"Eheemm..." Nick mendehem.

"Jangan kayak patung Nick.., gak ada larangan untuk langsung duduk..." ucap Mathew masih dengan sikap cueknya.

"Aku tau Math.." dia pun menarik kursi.

Nick memandang Mathew sambil tersenyum menggoda. Mathew menyadari itu. Terlihat Nick cekikikan melihatnya. Reflek Mathew mengacungkan jari tengahnya.

"Fuck...!!" ucapnya pelan ke arah Nick.

Nick semakin tertawa melihat Mathew. Dia pun semakin menggoda Mathew. Lovy langsung memalingkan wajahnya.

"Kenapa sih...??" tanya Lovy ingin tau.

"Gak apa apa.., lucu aja liat Math.." jawab Nick.

Lovy merasa ada yang tidak beres. Dia pun memandang abang beradik itu bergantian. Tak lama Hanny masuk ke dapur dengan pakaian yang sudah rapi.

"Morning all..." sapanya.

"Morning cantik..." sahut Lovy

Hanny langsung memandang tempat donat yang sudah tinggal setengah. Dia memandang Nick. Wajahnya cemberut.

"Kenapa cemberut...?" tanya Nick.

"Nanny..., siapa yang menghabiskan donatku..??" tanya Hanny.

Lovy langsung teringat kejadian semalam. Dia baru menyadari, ternyata separuh donat itu di habiskan Mathew.

"Uuhhmm.., ada tikus besar yang masuk ke dapur semalam. Tikusnya sangat lapar..." jawab Mathew sekenanya.

"Aku tau siapa tikusnya.." celetuk Hanny sambil melirik Nick.

"Loohh.., kenapa liatin aku..??" tanya Nick merasa tak bersalah.

"Udaahh, nanti nanny buat lagi.., sarapan dulu. Kamu mau bawa bekal apa..?" tanya Lovy kepada Hanny

"Aku mau donat.." jawab Hanny.

"Ok.., nanti nanny siapkan. Sekarang sarapan dulu.." sahut Lovy.

Hanny pun mengangguk, "hari ini ayah yang pimpin doa.." perintah Hanny.

Mathew menarik nafas, "ok tuan putri yang cantik.."

Mathew memimpin doa pagi itu. Semua mendengarkan dengan khidmat. Doa yang singkat, sangat singkat.

"Doa macam apa itu..?, ayah gak terimakasih sama Tuhan udah di kasih nanny yang baik, cantik, yang pintar masak.." sungut Hanny sambil menyuap sup-nya ke dalam mulut.

"Maaf..." ucap Mathew

"Berarti ayah gak sayang nanny, aku sama om Nick aja sayang.., huuu...!!" cerocos Hanny.

Uhuukk...!!

Mathew dan Lovy tersedak bersamaan. Sementara Nick tersenyum menggoda kepada Mathew. Mathew melirik Nick dengan kesal. Sementara Lovy menjadi salah tingkah.

"Kalau lagi makan gak boleh sambil bicara Hanny, itu gak sopan.." ucap Lovy.

"Maaf..." sahutnya sambil terus menyuap sisa sup di dalam mangkok.

"Kamu gak kuliah..?" tanya Nick setelah selesai sarapan.

"Nanti, jam sepuluh. Hari ini aku cuma praktek aja.." sahut Lovy sambil menumpuk mangkok kotor.

"Ok.. See you.." pamit Nick.

Lovy mengangguk dan tersenyum. Dia pun menyiapkan bekal untuk Hanny. Lalu membawanya ke depan dan memasukkan ke dalam tas gadis kecil itu.

"Bye nanny..." ucap Hanny setelah menyalami Lovy sambil melambaikan tangannya.

"Jangan nakal.." ucap Lovy.

"Okaayy..." sahut Hanny sambil berjalan menuju mobil yang di bawa oleh Mathew.

Nick masih senyum menggoda Mathew. Terkadang dia tertawa kecil.

"Jangan kayak orang gila Nick.." celetuk Mathew.

Nick kembali tertawa. Bahkan tawanya lebih keras sampai akhirnya di depan gerbang sekolahnya.

"Sialan...!!" gerutu Mathew sambil menjalankan mobilnya menuju pengadilan agama.

Tekadnya sudah bulat untuk menceraikan Jenny. Cukup sudah sakit yang di rasakannya selama ini. Dia tak ingin tersiksa lagi dengan rasa cintanya. Cinta pertama yang membuatnya menderita.

...****************...

"Hai Lovy..." suara Mr. Hans

"Oohh.. Ya sir, ada apa...?" tanya Lovy terkejut melihat kehadiran dosennya yang tiba tiba muncul.

"Boleh duduk..?" tanya Mr. Hans

"Boleh sir.. Silahkan.." jawab Lovy.

"Uuhmm.., begini. Saya sudah dengar tugas yang kamu berikan, dan melihat langsung kamu memainkan beberapa alat musik. Kalau kamu tidak keberatan dan bersedia, saya meminta kamu untuk ikut di tim kampus. Kita akan ikut di acara Music Fest tahun ini.." ucap Mr. Hans to the point.

Lovy terkejut mendengarnya, "tapi sir, saya kan mahasiswa baru, apa pantas..?"

Mr. Hans tertawa, "ini bukan masalah mahasiswa baru atau bukan, tapi ini tentang skill dan kualitas.."

Lovy terdiam, dia bingung mau jawab apa..

"Saya gak minta kamu jawab sekarang, tapi saya ingin jawaban secepatnya. Kamu masih bisa mempertimbangkannya..." ucap Mr. Hans

Lovy mengangguk, "kalau saya terima, gimana selanjutnya..?" tanya Lovy.

"Ok.. Kalau kamu terima, mulai besok sampai akhir pekan kamu dan tim latihan setiap hari setelah selesai jam kuliah sampai sore..." jawab Mr. Hans

Latihan tiap hari..??, gimana sama kerjaannya..?. Lovy semakin bingung. Di satu sisi ini event yang cukup bergengsi, tapi di sisi lain ada tanggung jawab pekerjaan.

"Ini nomor teleponku, bersedia atau enggak segera kabari ya.." ucap Mr. Hans sambil berdiri dan meninggalkan Lovy.

Lovy mengambil selembar kertas kecil itu lalu menyimpan nomor itu di kontak handphone-nya. Sepanjang koridor dia bingung akan memberi jawaban apa.

Hembusan angin memainkan helai demi helai rambutnya yang lurus. Setiap langkah kakinya seperti pilihan iya atau tidak. Dia pun mencoba memikirkan alasan apa yang akan di berikan pada Mathew.

Langkah kakinya berhenti ketika suara klakson terdengar dari belakang. Mobil itu pun berhenti di sampingnya dengan kaca depan terbuka.

"Masuk.."

Lovy pun membuka pintu mobil, dengan segera dia duduk di samping Mathew.

"Kenapa jalan kaki..?, gak punya uang untuk naik bis..?" tanya Mathew

"Enggak, bukan itu.., lagi pengen aja.." sahut Lovy.

Mathew melirik Lovy. Wajah ayu itu menunjukkan kebimbangan.

"Jangan bohong, jujur aja.." ucap Mathew

"Nanti aja kalau udah sampai rumah.." sahut Lovy.

Mathew menghentikan mobilnya mendadak. Membuat tubuh Lovy terhuyung ke depan. Sepertinya Mathew gak suka dengan jawaban Lovy.

"Ada apa...?" tanya Mathew dengan nada serius.

Tatap matanya yang tajam seolah menusuk jantung Lovy. Tatapan yang seolah ingin menelannya. Tatapan yang membuat Lovy takut.

"Fihak kampus memintaku untuk bergabung sama tim musik untuk ikut Music Fest tahun ini.." ucap Lovy hati hati.

"So..??"

Lovy diam, "kalau aku ikut, mulai besok harus latihan rutin sampai akhir pekan.."

"Terus...?" tanya Mathew

"Aku binguuuung...!" sahut Lovy.

"Bingung kenapa..??, tinggal ikut latihan aja apa susahnya..?" sambung Mathew.

"Kalau aku ikut latihan, yang jaga Hanny siapa..??" tanya Lovy.

Mathew menepuk keningnya, di tatap lagi wajah ayu yang duduk di sampingnya. Lagi lagi tatapan itu membuat Lovy salah tingkah.

"Aku akan ambil cuti sampai akhir pekan biar kamu bisa ikut latihan. Jangan sia siakan kesempatan. Ini awal yang baik untuk karir musikmu.." jawab Mathew.

Lovy terperangah mendengar jawaban Mathew. Dia tak bisa berkata apa apa. Hingga tanpa di sadari mereka sudah sampai di rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!