Pendekar Topeng Seribu

Pendekar Topeng Seribu

Nio Hongko

Lima orang prajurit Mataram dengan tombak panjang di tangan kanan mereka, tameng kecil yang terbuat dari anyaman rotan yang dilapisi kulit kerbau yang kuat namun ringan di tangan kiri serta pedang dan keris yang mencuat di pinggang kiri dan kanan mereka, sekarang dalam keadaan siap untuk menyerang. Pakaian kebesaran yang mereka kenakan menunjukkan bahwa mereka adalah prajurit khusus dari tingkatan yang tinggi.

Mereka mengenakan celana panjang sampai semata kaki yang memiliki kancing, dimana di bagian luarnya masih ditutupi dengan kathok, yaitu celana yang lebih pendek. Kedua jenis celana ini terbuat dari kain yang halus yaitu sutra. Bagian perut dan dada para prajurit itu juga dililitkan amben, kain sutra yang mengelilingi tubuh sampai delapan kali. Gunanya sebagai semacam pertahanan yag melindungi tubuh dari tusukan senjata musuh.

Dua orang diantaranya menambahkan rompi dari rantai besi sedangkan sisanya mengenakan sangsang atau rompi ketat tanpa kancing. Di luar rompi tersebut, semua prajurit mengenakan rompi lagi yang berkancing dari leher sampai perut dan kemudian ditutup dengan sikepan, baju lengan panjang yang menutupi seluruh tubuh bagian atas.

Berbeda dengan pasukan Tartar dari Cina pada masa serangan ke kerajaan Singasari ratusan tahun yang lalu, atau para pasukan kompeni Walanda yang mengenakan pakaian pelindung dari besi, pasukan kerajaan-kerajaan di Jawa akan merasa lebih bergerak bebas tanpa pakaian besi yang berat dan panas tersebut. Bahkan kebanyakan dari mereka memilih untuk bertelanjang dada.

Busana keprajuritan yang terbuat dari bahan sutra yang lembut membuat gerakan silat para prajurit Jawa menjadi lebih cepat dan sigap. Tanah Jawa yang berbukit-bukit dan bergunung, membuat peperangan kerap menjadi ajang adu ketangkasan dan kecerdikan para ponggawa tempur kerajaan. Belum lagi konon peperangan di Sukadana terjadi di tanah berumput datar yang becek dan berair atau di tengah hutan dengan pepohonan rapat, sulur-sulur serta akar-akar tanaman yang dapat menyusahkan langkah kaki para prajurit.

Dalam peperangan, beragam senjata memang digunakan untuk menghabisi musuh. Senjata utama seperti tombak digunakan untuk serangan awal, namun bila keadaan tidak memungkinkan dan mendesak, para prajurit harus mampu menggapai beragam senjata lain yang mereka persiapkan seperti pedang atau keris.

Seorang prajurit Mataram biasanya memiliki tiga buah keris yang diselipkan di kanan kiri dan bagian belakang pinggang para prajurit. Ketiga bilah keris tersebut terdiri atas satu keris pribadi, satu keris leluhur, dan satu keris yang diberikan oleh ayah mertua ketika sang prajurit menikah. Menjadi seorang prajurit Mataram adalah salah satu kebanggaan dari orang-orang Jawa Mataram.

Walau nyawa menjadi taruhannya, berbakti kepada negara dan raja sebagai panatagama adalah sebuah kebanggaan yang tidak bisa ditakar. Belum lagi hasil yang diperoleh, seperti pembayaran untuk sang prajurit dan keluarganya, atau jabatan di kerajaan bila sang prajurit memiliki pencapaian derajat keprajuritan yang luar biasa.

Oleh sebab itu pula, tidak sedikit dari para prajurit khusus mengenakan perhiasan berupa cincin atau kalung emas yang membuat sang prajurit menjadi bangga dan percaya diri dalam peperangan serta menunjukkan kewibawaan pada orang-orang biasa atau musuh-musuh mereka yang bisa saja keder melihat kemegahan para prajurit tersebut.

Tak lama pekikan keras memecah angkasa ketika kelima ponggawa menyerbu ke arah tiga orang prajurit lain, yang walau jelas merupakan lawan yang juga siap bertarung, ternyata telah terlihat terluka parah. Ketiga orang prajurit lawan mereka ini mengenakan pakaian koko putih berkancing tanpa kerah yang berlumuran darah, pedang panjang mereka yang disebut dao terhunus.

Salah seorang diantaranya menggenggam sebuah jian, sebuah pedang Cina, di tangan kanannya dan sebuah keris panjang di tangan kirinya. Kulit mereka yang pada dasarnya putih bersih kini pun telah lusuh selusuh baju yang mereka kenakan oleh percikan darah, keringat, dan debu. Serangan kelima pasukan Mataram itu memaksa ketiga pria terluka itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi lagi, menguatkan kuda-kuda mereka dan menangkis setiap tusukan tombak yang mengarah ke tubuh mereka.

Pasukan pembela Sunan Giri Prapen telah tercerai berai oleh serangan pasukan Surabaya yang didampingi pasukan Mataram atas perintah raja Mataram yang berkuasa saat itu, Prabu Pandhita Hanyakrakusuma. Bahkan ketiga orang ini tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan rekan-rekan mereka yaitu dua ratus prajurit Cina muslim pimpinan Endrasena alias Ki Cina yang tadi bertarung dengan hebatnya bersama ratusan pasukan prajurit santri Giri.

Dalam sejarah yang tercatat memang ada hubungan yang sangat erat antara keraton Giri yang terletak di sebuah bukit di Gresik tersebut dan negeri Cina. Dari dahulu kala, Gresik adalah sebuah kota pelabuhan yang terkenal karena letaknya yang terlindungi selat Madura dan membelakangi tanah yang sangat subur di bagian sungai Bengawan Solo.

Kota ini didirikan sebagai kota pelabuhan pada pertengahan abad ke-14. Penduduk awal bahkan sebenarnya adalah para pelaut dan pedagang dari Cina yang kemudian tinggal selama kurang lebih seratus tahun, menciptakan sebuah daerah baru yang kemudian menjadi perkampungan itu menjadi maju dan makmur.

Salah satu penguasa di daerah Gresik awal pada tahun 1411 Masehi yang merupakan orang Cina bahkan mengirimkan utusan untuk menyampaikan surat dan upeti ke kerajaan di Cina untuk menunjukkan bahwa ada banyak orang Cina yang tinggal di Gresik dan diharapkan untuk patut diperhatikan oleh sang maharaja. Pelayaran dan hubungan perdagangan dengan mancanegara memang sangat ramai. Selain Cina, Gresik juga dilabuhi kapal-kapal dari Gujarat, Kalikut, Bengalen, Siam dan Liu Kiu.

Kelompok Cina yang sudah sedari lama tinggal di Gresik inipun ternyata adalah kelompok Cina yang beragama Islam. Selain itu dalam banyak catatan banyak dari mereka memiliki ilmu kanuragan yang mumpuni dan memiliki budaya kependekaran.

Pada tahun 1535 Masehi, ketika Gresik diserang oleh penguasa dari Sengguruh yang belum memeluk Islam, sekelompok pasukan Cina Islam di bawah pimpinan Panji Laras dan Panji Liris melawan para penyerang ini walaupun mereka dikalahkan di daerah dekat Lamongan.

Dalam kejadian seratus tahun kemudian ini pula, awalnya mereka, prajurit Cina muslim dengan kekuatan yang luar biasa, meliuk-liukkan pedang panjang dan jian mereka membabat habis pasukan Surabaya. Endrasena sang pemimpin berputar-putar dengan gesit membabat pasukan lawan bagai angin lesus. Tameng pasukan lawan tak dapat menahan liukan jian Endrasena yang lentur namun kokoh dan tajam itu.

Kebanyakan orang salah paham dengan mengatakan bahwa senjata adalah perpanjangan dari tangan dan kaki dalam sebuah tatanan ilmu silat. Banyak yang berpikiran bahwa yang paling penting sebenarnya adalah kelihaian tangan kosong dan tingkat keunggulan ilmu kanuragan seorang pendekar. Pada kenyataannya, senjata adalah syarat mutlak sebuah pertarungan silat. Seorang petarung dalam sebuah perkelahian harus segera dapat menyelesaikannya karena ini menyangkut hidup dan mati.

Dalam beragam gaya silat dan jurus-jurusnya, hampir selalu menyertai ilmu penggunaan senjata. Tangan kosong hanya digunakan bila terpaksa, misalnya senjata direbut musuh atau terlepas dari tangan. Sedangkan ilmu tenaga dalam cenderung dimiliki segelintir pendekar yang memang sudah kawakan dan benar-benar sakti mandraguna.

Dalam sebuah adu tanding, terutama dalam perang besar semacam ini dimana nyawa benar-benar merupakan taruhannya, senjata menjadi alat yang niscaya. Para prajurit akan menyerang dengan tawur, bukannya pertarungan satu lawan satu. Serangan mereka pun dengan amuk. Membabatkan senjata mereka untuk benar-benar membunuh.

Binatang memiliki senjata secara alami di tubuh mereka untuk berburu atau bertahan hidup. Macan dengan kuku dan taringnya, elang dengan paruh dan cakarnya, bahkan landak pun memiliki bulu-bulu durinya. Sedangkan manusia tidak memiliki senjata-senjata alami tersebut.

Oleh sebab itu, manusia menggunakan beragam senjata untuk melukai dan membunuh musuh-musuhnya. Bahkan silat tangan kosong juga meniru penggunaan senjata ini. Tepi telapak tangan dilatih sedemikian rupa agar menjadi setajam pedang, membelah balok-balok kayu dengan satu gebrakan.

Kepalan tinju dilatih agar sekuat gada membobol dinding batu. Atau tungkai kaki yang dilatih secepat dan sekuat toya. Tidak hanya itu, jurus-jurus silat juga meniru senjata-senjata alami milik hewan. Jari-jari yang membentuk cakar elang dan macan, ujung jari yang meniru patukan ular dan sikut yang meniru kekuatan cula badak.

Seorang prajurit Surabaya menyerang langsung ke arah Endrasena dengan menusukkan tombaknya ke arah perut. Endrasena berkelit sembari menusukkan keris di tangan kirinya yang membentur tameng rotan sang prajurit, namun jian di tangan kanannya menembus leher sang prajurit malang tersebut. Belum sempat ia sadar dengan apa yang terjadi satu sayatan lebar menyilang merobek punggungnya dari sebuah dao atau golok besar salah satu pasukan Cina Endrasena. Ia tersungkur ke tanah, mati.

Dua prajurit lain yang terdiri dari pasukan Mataram dan Surabaya mencoba peruntungan mereka dengan kembali menyerang sang pendekar. Keduanya sama-sama mengarahkan tusukan mereka ke arah dada Endrasena. Endrasena mundur menjauh dari serangan tersebut, namun kedua prajurit masih terus menyerang dengan memburu maju.

Beberapa tusukan lagi mematuk bagai ular menyerang mangsanya. Endrasena kemudian bergeser sedikit membuat satu serangan tombak lolos kemudian maju dengan sangat cepat menyepak kaki penyerangnya, membuat sang penyerang oleng dan berakhir dengan keris yang menancap dalam di dadanya.

Satu penyerang lagi berusaha menahan sakit karena hanya kurang dari satu tarikan nafas ia tak melihat tangannya yang memegang tombak utuh lagi, terpotong oleh jian yang kemudian juga membabat dada dan lehernya. Ia pun jatuh terbaring di tanah dengan darah yang menggelegak keluar dari tubuhnya.

Terlihat jelas penggunaan senjata di dalam perang ini. Sabetan demi sabetan berakhir dengan teriakan keras diikuti dengan darah yang mengucur dan nyawa yang melayang. Keunggulan yang sementara ini terlihat jelas pada sang Endrasena dengan senjata tajamnya yang mematikan.

Dalam jurus-jurus serangan Endrasena pasti ada saja celah yang membuat jian dapat masuk, melukai bahkan membunuh prajurit Surabaya dan Mataram. Tombak panjang para laskar Mataram malah menjadi menyulitkan mereka sendiri ketika Endrasena berhasil mendekat, berputar dan menusukkan keris panjangnya yang ia genggam di tangan satunya. Bagai rerumputan yang berjatuhan ditebas, begitu pula lah yang terjadi pada prajurit-prajurit tersebut.

Namun keadaan berubah secara menyeluruh ketika sang Srikandi, Ratu Pandhansari dari Mataram menembakkan bedilnya melumpuhkan sang pemimpin pasukan duaratus Cina muslim tersebut. Seperti tercatat dalam Serat Centhini di kemudian hari, “Maksih pangah ngamuk, mbijig, njejeg, ndhupak, angemah-ngemah kuping, Ratu Pandhan sigra pistulira winawas, suku Endrasena keni, sakala rebah, prajurit Surawesthi.”

Dan terdengar letusan yang kedua kalinya, mengenai lengan kiri Senapati Giri Kedaton sang Endrasena. Keris terlempar, namun Endrasena masih bisa mengamuk dengan tendangan kakinya, sundulan kepalanya, dengan segala cara, termasuk membabatkan jian nya dengan semakin menjadi. Para prajurit penyerangnya menahan mati-matian serangan sang Endrasena dengan tameng atau mundur menjauh.

Darah mengucur semakin deras dari lengan kanan dan kiri Endrasena yang rasanya semakin lumpuh. Ratu Pandhansari  merasa tak bisa tinggal diam dan segera melepaskan tembakan diarahkan pada kakinya, tembakan yang ketiga kalinya mengenai pahanya, dan Endrasena pun jatuh terjerembab. Jian terlempar jauh bersamaan dengan nafas terakhir yang masih tersangkut di tenggorokannya.

Pasukan Cina mendadak tercengang dan putus semangatnya meihat pemimpin mereka telah tewas. Begitu pula dengan prajurit santri Giri yang turut megandalkan kegananasan Endrasena dan pasukan Cina nya. Sebaliknya, pasukan Surabaya meneriakkan pekik kemenangan sambil terus menggempur pasukan santri Sunan Giri dan sisa pasukan Cina tersesebut. Keadaan berbalik.

Pembantaian tak dapat terhindarkan.

Pasukan Mataram yang dikirim untuk mendampingi pasukan Surabaya dalam penyerangan ini adalah pasukan khusus yang merupakan prajurit laki-laki terbaik. Mereka sangat ahli dalam menggunakan tombak, pedang, dan pertarungan jarak pendek menggunakan keris.

Pasukan Mataram inilah yang sebelumnya telah berhasil menundukkan hampir semua kerajaan di pulau Jawa, termasuk Surabaya itu sendiri. Sedangkan pasukan Surabaya juga tidak mungkin diragukan keberanian dan ketangguan mereka dalam berperang mengingat Mataram saja membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat menaklukkan Surabaya.

Ketiga prajurit Cina dari duaratus yang tercerai berai ini terdesak terus mundur sampai ke hutan, menjauh dari ladang pembantaian. Maksud mereka memang bukan melarikan diri namun mencari tempat yang lebih baik untuk bertarung, menghabiskan nafas terakhir mereka, mencari tempat yang lebih lapang untuk menarik para pasukan Surabaya dan Mataram dan membunuh mereka sebanyak mungkin setelah Endrasena sang pemimpin telah tewas. Namun, apa daya, ternyata pasukan Surabaya dan Mataram memang lebih tangguh.

Tak lama sebuah teriakan tertahan pecah ketika tombak salah satu prajurit Mataram berhasil menembus dada salah satu prajurit Cina yang bertiga tersebut dan merampas nyawanya dengan seketika. Tak lama berselang, satu tubuh prajurit Cina lagi tumbang. Dua tusukan di leher dan perut menyemburkan darah segar yang kemudian menutupi seluruh baju putihnya.

Tenaga dan nyawa memang telah putus dari raga mereka. Demi melihat kedua temannya telah gugur, Nio Hongko bukannya ketakutan, ia malah menyerang dengan membabi-buta. Ialah prajurit yang memegang keris di salah satu tangannya. Ia masih mampu bertahan sampai sekarang ketika kedua temannya meregang nyawa.

Sambil berteriak ia meloncat, melemparkan jian nya sehingga melukai salah satu prajurit di bahunya. Walau sang prajurit sempat berkelit ketika pedang Cina Nio Hongko itu dilemparkan ke arahnya, malang nyawanya tak dapat tertolong karena Nio Hongko langsung berhasil merebut tombak panjang sang lawan ketika ia lengah dengan cara menancapkan keris panjang miliknya di pinggang sang prajurit dan membiarkannya tertanam di sana. Teriakan tercekik pendek terdengar sebelum tubuh tak bernyawa itu jatuh berdebum ke bumi.

Hongko paham bahwa tombak yang ia rebut memiliki sifat khusus. Kayunya berat dan mata tombak berluk tiga serupa keris menunjukkan tingkat kemampuan sang pengguna. Dengan tombak ini ia memutarkannya seperti sebuah toya, tidak sekedar menusukkannya seperti layaknya sebuah tombak.

Bersama para prajurit Cina selama ini ia memang lebih terpapar pada penggunaan tombak Tiongkok yang lebih ringan dan lentur, yang tidak hanya digunakan untuk menusuk, namun juga membabat. Dengan tombak pasukan Mataram yang lebih berat ini, ia memerlukan tenaga yang lebih besar pula. Syukurnya, daya rusaknya pun sama besarnya.

Dua pasukan Mataram lagi terluka. Hongko Mengamuk. Tombak menusuk datar atau ke atas, ke arah kepala lawan. Akibatnya mungkin salah satu dari dua prajurit Mataram yang berhasil ia lukai juga berhasil ia tewaskan. Dua prajurit Mataram yang lain sepertinya tidak terpengaruh dengan keadaan ini. Mereka tetap merengsek maju, mungkin yakin bahwa bagaimanapun perlawanan ini tidak akan lama.

Memang Hongko terlihat lebih kuat dari para rekan-rekannya. Sedari peperangan tadi, Hongko memang menonjol kesaktiannya. Selain Endrasena dan beberapa prajurit Cina lain, Hongko termasuk prajurit yang berhasil menewaskan banyak pasukan Surabaya dan baru saja menjatuhkan tiga orang pasukan khusus Mataram yang mengejar mereka ke hutan dan juga membunuh kedua teman pasukan Cina nya.

Tusukan demi tusukan menyeruak mencoba menyentuh tubuh Hongko. Dengan tenaga yang mulai habis dan nafas yang sepertinya ingin meninggalkan raganya, bagaimanapun Hongko akhirnya terseok. Kuda-kudanya berantakan karena kakinya sepertinya tidak dapat menopang tubuhnya lagi. Sebagai akibatnya, salah satu mata tombak lawan merobek lengan kanannya. Ini membuat pegangannya pada tombak melemas.

Tak berapa lama sodokan pangkal tombak di bagian berlawanan yang tumpul memukul dadanya, kakinya tersandung akar-akar perpohonan dan membuatnya terpental karena lemahnya otot-otot kakinya karena kelelahan. Darah mengucur dari lengannya. Dadanya nyeri. Namun itu semua tidak seberapa dibandingkan dengan semangatnya yang telah habis bersamaan dengan nafas dan tenaganya.

Ia masih terbaring. Rasanya tidak ingin bangun lagi.

Kedua prajurit Mataram tersebut mendekat. Mereka menarik nafas. Antara lega dan bernafsu menghabisi musuh yang memang sangat kuat ini. Mereka mendekati Nio Hongko yang terkapar di tanah dengan cepat. Mereka saling berpandangan dan mempersiapkan kedua tombak mereka untuk menghujam sang musuh yang kini terkapar di tanah, menyelesaikan tugas mereka.

Terpopuler

Comments

𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

mampirrrr akuu

2023-04-29

1

IG: ezcyodoz

IG: ezcyodoz

🤭semoga ada ab Nye bng

2022-12-04

0

y@y@

y@y@

👍🏿👍🏾👍👍🏾👍🏿

2022-10-29

2

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!