Pertarungan

Saat itu angin laut Cina Selatan sedang bertiup ke arah utara sehingga memang memudahkan pelayaran ke negeri-negeri bawah angin seperti Ayuthia, Campa dan Cina. Namun begitu pelayaran dari pulau Jawa ke Cina jelas membutuhkan waktu yang lebih dari empat puluh hari. Perjalanan dari Kanton ke Malaka saja membutuhkan waktu empat puluh lima sampai lima puluh hari. Ini tetap akan membuat siapapun yang tak siap melakukan perjalanan jauh, terkatung-katung di samudra luas, akan keberatan untuk ambil serta dalam perjalanan panjang ini.

Jumlah mereka yang mengepung Jayaseta adalah delapan orang termasuk dua orang prajurit yang terpental oleh serangan Jayaseta tadi. Enam orang prajurit bawahan si pipi gembil berjambang tadi rupa-rupanya bukanlah bagian yang sama dengan dua orang prajurit dengan seragam lengkap keprajuritan tersebut walau mereka berada di atas satu kapal. Terbukti dengan gegabah dua orang prajurit yang masih kesal karena jatuh diserang sang pemuda bertopeng, tanpa ragu lagi dan tanpa perhitungan langsung menyerang Jayaseta bersamaan.

“Hiyaaaaa …. Hiyaaaatttt!” keduanya membabat menyasar ke kepala dan dada Jayaseta. Jayaseta sendiri berputar-putar sambil merunduk menghindari dua bacokan pedang para penyerangnya. Ketika kedua serangan itu lolos, Jayaseta menyepak kaki salah satu penyerangnya yang kemudian jatuh terjengkang. Sedangkan prajurit satunya lagi hampir saja melepaskan serangan kedua kalinya sebelum sabuknya direnggut oleh Jayaseta. Ia terlempar jauh menabrak tepian kapal dengan keras dan tak sadarkan diri.

Prajurit yang terjengkang berusaha bangun secepat yang ia bisa namun kemudian tersadar, tangan kanannya tidak menggenggam pedang lagi. Ujung pedang yang tajam itu sekarang sudah menempel ke tenggorokannya. Entah kapan Jayaserta berhasil merebut pedang dari tangannya. Sang prajurit pun langsung melepaskan tamengnya untuk menunjukkan tanda ia tidak berniat melawan lagi. Satu depakan menghajar dadanya dan membuatnya terpental untuk kedua kalinya. Kali ini pun ia tak sadarkan diri seperti rekannya.

Jayaseta kini menggenggam sebuah pedang pendek. Keenam prajurit yang mengepungnya sudah menduga akan hal ini. Jurus-jurus serangan dan hindaran Jayaseta tidak bisa disepelekan dan dianggap remeh. Mereka harus mengatur siasat dalam menghadapi lawan. Keenam prajurit ini saling pandang dan mengirimkan semacam isyarat.

Satu prajurit berikat kepala tiga lapis lilitan bersenjatakan tombak dua hasta bermata trisula dan tameng rotan yang ringan maju menyerbu. Ia menyasar satu tusukan ke dada Jayaseta. Jayaseta yang awas akan hal ini mundur setengah langkah dan akan membalas menyerang ketika satu prajurit dengan sepasang giwang lebar di kedua telinganya menyabet kakinya dengan sebuah pedang pendek melengkung. Namun pedang melengkung ini cukup berbeda karena bukannya melengkung ke belakang, bilah tajamnya melengkung ke depan, walau tak sebengkok celurit.

Pedang pendek ini pastilah memiliki daya hancur yang seram. Bayangkan saja bila lengkungan bilah tajam itu memapras tubuh seseorang. Kelak Jayaseta mengetahui bahwa nama pedang itu adalah ginunting. Jayaseta terpaksa urung menyerang dan memilih melompat menghindar.

DAG!

Saat ia melompat itulah ia disongsong hantaman perisai rotan oleh prajurit dengan tombak trisula tepat di dadanya. Jayaseta berguling ke belakang sekaligus membuat jarak yang cukup jauh agar terhindar dari kepungan. Hanya saja belum sempat ia mengatur kuda-kudanya, desingan anak panah menggores lengannya. Sangat tipis namun sempat membuat Jayaseta terkejut.

Untung saja panah bukanlah senjata yang tepat digunakan di atas kapal. Ini karena angin yang sangat deras membuat anak panah sering melenceng dari sasaran. Tapi bila anak panah itu berhasil menggoresnya, bukankah ilmu memanah yang penyerang begitu mumpuni dan lihai?

Sang pemanah menggenggam gandewa atau sebuah busur. Gandewa ini terbuat dari bahan bambu yang pendek, anak-anak panahnya menggantung di pinggang bagian kiri, tidak seperti pemanah lainnya yang biasa memasang tempat anak panah di punggung mereka. Ia mengenakan selembar baju tanpa kancing berwarna hitam dan ikat kepala tinggi bergaya Melayu.

Satu bidikan lagi sudah mengarah ke Jayaseta. Ketika anak panah itu dilepas dan mendesing di udara, Jayaseta berhasil menangkis dengan pedang pendeknya dan mematahkan anak panah tersebut.

Tiga prajurit lainnya datang dengan tiba-tiba menyerang serentak dengan belati mereka. Tusukan dan sabetan ke arah Jayaseta seperti terencana dengan baik. Ketiganya memiliki tiga pasang belati yang sama persis. Jurus-jurus mereka juga sepertinya jurus belati berpasangan yang walau jarak serangnya lebih pendek dibanding pedang, tombak terutama lagi busur panah, karena dilakukan bertiga dan serangan mereka seperti memanjang bagai rantai besi. Jayaseta terpaksa harus mundur, berguling dan mencelat secepat dan sebaik mungkin. Sudah lima serangan yang mengarah ke Jayaseta membuat ia kesal ingin memberikan perlawanan.

Jayaseta pun memutuskan sudah saatnya menghancurkan gaya bertempur keenam prajurit ini dengan serangan-serangannya sebelum entah kapan mereka berhasil melukai bahkan membunuh dirinya. Jayaseta melihat semacam rongga dalam serangan-serangan mereka yang tertata tersebut, yaitu bahwa mereka menyerang dengan menunduk. Bahkan si pemanah pun memiliki kuda-kuda memanah sembari merunduk. Ini karena peperangan yang sering mereka alami adalah di atas kapal. Untuk menjaga keseimbangan dan gerak jurus yang paling baik adalah menunduk dan membuka kuda-kuda lebar sehingga landasan mereka kokoh.

Jayaseta mencelat ke udara dan membabatkan pedangnya.

TRANG! TRING!

Serangannya membabat tameng para prajurit. Ia terus meloncat-loncat lagi sembari menyerang para prajurit yang juga ternyata baik dalam pertahanan pula. Memang cara ini ternyata merepotkan para prajurit yang terbiasa berkelahi dengan cara merunduk. Bila diperhatikan secara seksama, tiga empat kali serangan lagi dengan kemampuan Jayaseta yang tinggi ini, pertahanan para prajurit pun akan dapat bobol tanpa mereka sempat membalas serangan. Tapi bukan tidak ada alasan mengapa jurus serangan menunduk adalah salah satu yang paling tepat digunakan di atas kapal.

Jayaseta merasakan tubuhnya oleng ketika ombak besar menghantam tubuh kapal. Semua orang di tas geladak kapal pun turut bergoyang, tapi segera kembali lagi pada keadaan semula. Sedangkan pengeroyoknya menunduk dan tak tergoyahkan. Pandangan mereka tajam mengarah ke Jayaseta. Ombak menghantam kapal lagi. Semua orang memegang sesuatu yang menempel pada kapal untuk menyeimbangkan diri. Kemudian keadaan menjadi biasa lagi. Namun tidak pada Jayaseta. Ia merasakan sebuah perasaan yang aneh. Kepalanya tiba-tiba puyeng dan perutnya bergejolak. Ketika kapal bergoyang lagi untuk keberapa kalinya,

Jayaseta tiba-tiba merasa kepalanya berputar.  Apakah racun yang menyerangnya sedari di Cerbon kembali menyerangnya lagi kali ini? Racun kutukan tombak Kyai Plered yang mulai membuat olah lagi? Atau ada salah seorang dari prajurit tersebut yang menggunakan ilmu sihir membuat Jayaseta lemah dan hilang kesadaran sehingga gampang untuk diserang?

Para prajurit sepertinya sadar dengan keanehan dari cara berdiri Jayaseta meski mereka pun tak tahu benar apa yang terjadi pada pemuda itu. Yang jelas, ia nampak oleng dan tidak dalam keadaan yang baik untuk bertahan maupun menyerang seperti beberapa saat tadi. Jayaseta merasa perutnya begitu mual, terutama ketika kapal bergoyang lagi untuk kesekian kalinya. Ia mencoba cepat-cepat mengatur tenaga dalam murninya.

Sialnya ia sudah tak kuat lagi.

Penutup mulutnya ia lepaskan dan secara mendadak ia mengeluarkan isi perutnya ke lantai geladak kapal, ia muntah. Muntahan itu tidak berhenti. Muntahan kedua ketiga dan terus begitu beberapa kali sampai ia merasa lemas. Kepalanya pun masih berputar. Sial, racun ini begitu kuat pikirnya. Sedangkan keenam orang yang sudah siap menyerang sedari tadi malah dibuatnya melongo.

Tanpa sadar, seorang prajurit maju dengan cepat ke arah Jayaseta dan dengan memanfaatkan kesempatan berhasil menghantamkan tamengnya ke dagu Jayaseta dan membuatnya mendongak. Satu hantaman lagi dengan perisai tersebut di dada Jayaseta membuat ia terdorong mundur beberapa langkah dan pedang pendeknya pun terlepas dari tangannya. Ketika prajurit lainnya ingin menyelesaikan pertarungan ini dengan membacokkan pedangnya ke kepala Jayaseta, teriakan sang pemimpin prajurit membuat pedangnya berhenti di udara, “Berhenti! Jangan bunuh, aku bilang sisakan kepalanya untukku!”

Sang pemimpin kemudian menyeruak diantara prajurit yang mengepung Jayaseta. Dengan wajah yang dibuat beringas ia menendang Jayaseta sekeras mungkin hingga tubuh Jayaseta menghantam tiang kapal. Jayaseta merosot terduduk lemas dengan bersender ke tiang kapal.

“Bodoh, kau mabuk laut rupanya!” ujar sang pemimpin prajurit dengan diiringi ledakan tawa para prajurit lainnya.

Jayaseta tersadar.

Selama hidup, ia belum pernah bepergian menggunakan kapal. Ia bahkan tidak bisa berenang apalagi menaiki sebuah kapal besar dalam perjalanan jauh seperti ini. Adalah hal yang sangat berbeda dan sama sekali baru baginya. Ia benar-benar tersadar bahwa hal ini bukan hal yang sepele. Walau terlihat konyol, namun mabuk laut bukan perkara kecil. Ia sekarang berada di tengah samudra entah dimana tepatnya bersama orang-orang yang hendak membunuhnya.

Berbagai kesimpulan muncul di benak Jayaseta. Bila mabuk laut tidak berkesudahan, ia pasti lemas dan tidak mungkin melanjutkan pertarungan. Ia bisa dilempar ke laut, ini yang paling menakutkan. Untuk pertama kalinya dalam masa perjalanan ke Betawi, saat ini lah ia merasa paling takut.

Bertahun-tahun Jayaseta tinggal di Giri yang terkenal dengan pelabuhan Gresik nya. Orang-orang datang dari beragam daerah dan negeri berkunjung ke Gresik namun ia sama sekali tidak kenal dengan kehidupan perkapalan dan pelayaran. Ia tidak bernah diajari atau ingin belajar berenang. Dataran adalah satu-satunya pengalaman perjalanannya.

Laut selalu menjadi hal yang mengerikan baginya. Itulah sebabnya Jayaseta baru memahami seutuhnya mengapa ia begitu kesal ketika tersadar sudah berada di atas geladak kapal. Bukan sekedar dari merasa dikibuli dan ditipu, namun lebih karena perasaan takut dan tidak tenang karena berada di atas kapal yang mengapung di lautan.

Seluruh prajurit kembali mengitarinya dengan sang pemimpin yang masih terkekeh berdiri angkuh di depannya. Jayaseta masih terduduk dengan perutnya yang terasa teraduk-aduk dan kepalanya yang serasa berputar. Perasaan kacau masih mengunggulinya, terutama perasaan tertekan dan merasa konyol serta lemah. Akan lucu bila ia mati konyol di lautan karena tidak dapat bertarung dengan baik. Ia mati karena mabuk laut.

Untuk itu Jayaseta memejamkan matanya, mencoba mencari tahu cara kerja tubuhnya saat ini, bagaimana caranya agar ia dapat meredam rasa mabuk lautnya ini. Ia coba tidak mengacuhkan tawa yang terus menggema di telinganya.

“Aku tidak menyangka, aku akhirnya bisa menghabisi seorang pendekar tersohor ini, yang lucunya, ternyata ia mabuk laut, ha ha ha …” sang pemimpin masih terus merasa puas dan mengejek Jayaseta disertai dengan semua prajurit yang melanjutkan tawa mereka.

Jayaseta memusatkan pikirannya untuk membuat tubuhnya tenang. Bila sampai kutukan Kyai Plered muncul, semuanya akan menjadi tambah runyam. Ia menimbang segala sesuatu. Bagaimana caranya mengungguli para pelaut yang sudah bertahun-tahun tinggal di atas kapal dan memiliki kemampuan yang sangat matang dalam kelautan dan peperangan di atas samudra?

Tenaga dalam murni tak mungkin dapat ia gunakan. Tenaganya akan terkuras habis apalagi dengan kemungkinan buruk racun kutukan tombak Kyai Plered muncul. Senjatanya kini juga sudah terlempar kemana. Untuk bertahan hidup, ia harus dapat memanfaatkan apapun yang dapat dilakukan untuk selamat dari tempat terkutuk tersebut. Pertama-tama tentu ia harus mengeyahkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan atas laut dan ketidakmampuannya untuk berenang.

Kedua, ia harus melawan para pengeroyoknya dengan jurus-jurus tangan kosong dan sekali lagi, tanpa tenaga dalam. Dengan tenaga dalam yang dikeluarkan, kelelahan dan rasa khawatir akan muncul lagi ketika tenaganya nanti terkuras. Ini bukan saatnya bertindak gegabah, teledor, penuh amarah dan jumawa dalam menghadapi para pengeroyoknya.

“Hoek, hoek, hoek …” Jayaseta kembali memuntahkan isi perutnya. Tapi kali ini dengan sengaja karena dengan melakukan ini adalah cara yang baik untuk semakin meningkatkan kesadarannya. Perutnya sudah sedikit nyaman, pikirannya pun mulai terpusat karena tidak mengkhawatirkan keadaannya secara berlebihan lagi.

Tawa main menggema tak terkendali ketika Jayaseta kembali muntah. Sayang, mereka tidak paham sama sekali bahwa Jayaseta adalah orang yang cepat belajar. Ia benar-benar pendekar pilih tanding dan sakti mandraguna. Seharusnya mereka langsung saja menghabisi Jayaseta ketika sempat. Namun kesombongan dan menganggap enteng banyak hal adalah kelemahan manusia yang paling tinggi. Jayaseta mampu menggunakan jeda pamer kesombongan musuh-musuhnya dengan menahan dan tidak mengacuhkan harga dirinya untuk meningkatkan kemampuan terbaiknya.

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

ayom. apa yang nak dia buat

2023-04-03

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

mabok laut 😅

2023-04-03

0

akp

akp

pendekar juga manusia, jadi sangat manusiawi jika jayaseta mabuk

2022-05-31

2

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!