Kedai Makan

Kesultanan Cerbon dipimpin oleh Pengeran Mas yang bergelar Panembahan Ratu I. Sebuah negara yang sangat unik bagi Jayaseta. Tempat yang ramai dan berisi beragam budaya ini juga memiliki bahasa yang istimewa dan unik, gabungan antara bahasa Jawa dan bahasa orang-orang Pasundan. Tak heran karena Cerbon awalnya berasal dari kata ‘Caruban’ yang bermakna ‘campuran’, karena Jayaseta melihat banyak orang dari asal agama, bahasa, suku bangsa, dan mata pencaharian yang berbeda-beda dalam masyarakat Cerbon.

Sejenak Jayaseta merasa sedikit nyaman karena menjauh ke daerah yang terbebas dari pengaruh Mataram. Perjalanannya dari Mataram melalui jalur pantai utara Jawa, membuatnya serasa mereguk sampai habis beragam pengalaman dan tantangan. Sebagai seorang pendekar, sulit sekali untuk tidak ikut campur dalam urusan orang lain, bila urusan orang itu mengusik rasa keadilannya.

Berbulan-bulan Jayaseta berlatih habis-habisan dengan Kakek Keling. Berlatih badan dengan berlatih jurus, bertarung, memperkuat setiap bagian tubuh dengan memukul benda-benda keras serta meningkatkan tenaga dalam dan pernafasan. Selepasnya dari Giri di Gresik, Jayaseta sudah menghabiskan banyak waktu dan pengalaman di Mataram yang berada di pusat pulau Jawa.

Setelah melewati hutan-hutan, persawahan serta pegunungan di Mataram, ia kemudian menyusuri daerah pantai, merasakan air laut dan bau khas pelabuhan-pelabuhan. Begitu juga di Kesultanan Cerbon ini yang kegiatan keuangan dan kesejahteraan masyarakatnya berpusat di laut. Masyarakat sebagian besar bekerja sebagai nelayan, dan pelabuhannya menjadi salah satu pelabuhan yang ramai dan menjadi pusat perdagangan dengan daerah-daerah lain di Nusantara.

Jayaseta senang sekali berada di pelabuhan Cerbon. Daerah pelabuhan mengingatkan ia dengan kampung halaman, Giri di Gresik, dimana Gresik sendiri juga dikenal sebagai sebuah kota pelabuhan yang ramai. Di pelabuhan Cerbon ini kapal-kapal dengan lambung-lambung yang luas, tiang-tiang yang tinggi dan kokoh serta layar yang kuat dan besar berdampingan berjejer di pelabuhan.

Kapal-kapal Jawa dengan ciri dua atau tiga buah tiang untuk layar, lambung yang dibuat dengan menyambungkan papan-papan pada lunas dengan pasak, haluan dan buritan yang sama-sama menonjol, kemudi kembar seperti dayung dan bentuk layar segi empat tertentu bersender di pelabuhan Cerbon.

Kapal-kapal besar atau biasa disebut jung biasanya digunakan untuk mengangkut beras ke berbagai tempat di nusantara dan mancanegara. Dahulu pada masa kerajaan Demak berkuasa di Jawa, jung-jung raksasa memenuhi lautan. Jung tersebut digunakan untuk berperang dan mengangkut pasukan. Konon kabarnya jung-jung Demak mengalahkan besarnya kapal-kapal orang-orang Pranggi.

Ini terbukti sewaktu kerajaan Demak melawan kapal-kapal Pranggi di Malaka pada tahun 1511. Tercatat ada tiga puluh lima jung raksasa Jawa yang hancur di lautan ketika Patih Yunus atau Pati Unus dari Jepara menyerang orang Pranggi di Malaka tahun 1513 Masehi.

Lama-kelamaan orang-orang Jawa sadar bahwa jung-jung raksasa yang dipakai untuk berperang tidak begitu lihai untuk dikemudikan dalam berputar menghindari serangan meriam bangsa asing atau melaju untuk menyerbu musuh. Itulah sebabnya kapal-kapal saat ini sudah sedikit lebih kecil dibanding masa lalu, kecuali mungkin untuk jung-jung barang dagangan yang ada di pelabuhan Cerbon ini.

Selain orang Jawa sendiri yang membuat kapal dengan kayu jati dari kawasan Rembang atau Lasem di pantai Utara Jawa dan kayu-kayuan dari Sukadana atau Banjar, terkenal pula jung-jung yang dibuat oleh tangan terampil orang Pegu yang menggunakan kayu jati dari Burma dan Siam.

Jung-jung raksasa yang digunakan untuk mengangkut barang dagangan saat ini kebanyakan milik orang Cina atau orang-orang bule Pranggi, Britania Raya atau Walanda. Jung Cina yang Jayaseta lihat saat ini memiliki haluan yang lancip sedangkan buritannya datar dengan lambung dengan bangunnya yang lebih rapat dan tertutup.

Jayaseta berhenti di sebuah pasar yang ramai dengan para penjual. Udang adalah salah satu barang dagangan yang begitu ramai diperjualbelikan. Perutnya tiba-tiba berbunyi menandakan ia sudah cukup lapar. Melihat segarnya udang yang dijual, ia ingin sekali mencoba merasakan masakan laut dengan udang sebagai makanan utamanya. Matanya melihat sekeliling ternyata masih di sekitar pelabuhan ia melihat sebuah kedai makan.

Tak tunggu lama ia segera masuk ke dalamnya dan memesan makanan dengan udang sebagai pemuas laparnya. Saat itu sebenarnya sudah mendekati sore hari, ia sampai lupa makan seharian ini karena sibuk menikmati perjalanan dan pemandangan pelabuhan Cerbon yang ramai. Laparnya sudah tak tertahankan lagi, apalagi ketika masuk ke kedai yang bangunannya terbuat dari bambu itu, bau harum makanan semerbak mengundang seleranya.

Nampaknya kedai makan ini sudah hampir tutup karena Jayaseta melihat hanya dua orang pengunjung, tiga dengan dirinya di dalam warung, dan beberapa jendela sudah mulai ditutup. Benar saja, sang pekayan mengatakan bahwa Jayaseta adalah pengunjung terakhir, dan warung ini nantinya akan segera ditutup, “Namun kisanak tak perlu tergesa-gesa. Silahkan menikmati hidangan kami sesuka hati kisanak. Sudah tugas kami untuk melayani tamu yang khusus datang untuk menikmati makanan andalan kami,” Dengan begitu ramah, sang pelayan menenangkan Jayaseta.

Wah, ini pasti hari keberuntunganku, pikir Jayaseta. Bila warung ini tutup, aku bisa batal untuk makan udang yang sudah aku bayangkan sedari tadi. Benar saja, makanan udang bakar nya begitu manis dan lezat. Nampak sekali masih segar dari laut. Nasi yang panas di piring dari tanah liat dengan lalapan sayur yang segar pula yang juga ditatakkan di piring yang juga terbuat dari tanah liat sudah barang tentu menyempurnakan laparnya. Sedangkan air minum yang langsung dari kendi begitu sejuk dan melegakan. Ia jadi ingat dengan Kakek Keling ketika melihat piring dan perabotan dari tanah liat itu. Andai sang kakek ikut dalam perjalanannya dan sama-sama sedang makan di kedai ini, mereka pasti akan sama-sama menikmati kebersamaan mereka.

Sembari makan dengan lahap, Jayaseta melihat sekeliling. Kedai makan yang sederhana ini terbuat hampir seluruhnya dari bambu. Tiang-tiang, dinding, kerangka atap, semuanya berbahan bambu namun begitu terasa sangat nyaman dan teduh. Hampir bisa dikatakan warung ini secara ajaib menutupi kebisingan pelabuhan di luar sana. Rancangan bangunan yang begitu istimewa dan sangat diperhitungkan dengan baik, pikir Jayaseta lagi.

Ada tiga orang saja yang melayani para pembeli. Satu orang sebagai pelayan, satu orang yang bolak-balik dari dapur yang sepertinya menjadi juru masak, dan satunya berdiri di belakang sebuah meja lebar untuk melayani pembayaran. Bila ramai kedai ini pun sepertinya tetap dapat melayani para pembeli, karena tempatnya yang sederhana dan tidak begitu besar, sehingga pengunjung kedai makan inipun akan terbatas saja.

Di bagian lantai lesehan lain, duduk pula dua orang pengunjung lain. Dari baju atau busana yang mereka kenakan, terlihat bahwa mereka kemungkinan adalah dua orang saudagar yang kaya. Dari bahasa yang mereka gunakan untuk saling bercakap-cakap, mereka pastilah berasal dari tanah Pasundan, mungkin juga Pakuan.

Jayaseta terus melahap makanan yang ada di hadapannya sampai benar-benar habis. Wajah puas dan lega muncul di wajahnya. Ia berencana memberikan uang lebih bagi warung ini karena pelayanan yang mereka berikan dan makanan yang luar biasa enaknya.

BRAK! BRAK!

Tiba-tiba terdengar dua kali bunyi benturan seperti benda yang jatuh ke lantai kayu mengejutkan Jayaseta. Di depan Jayaseta dua orang saudagar yang sedang makan tadi sekarang terbaring di lantai dengan makanan yang berserakan di sekitarnya. Jayaseta bangkit untuk mendekati mereka dan mencari tahu apa yang terjadi dan bagaimana keadaan mereka. Sepertinya mereka tidak sadarkan diri, seperti tiba-tiba terserang penyakit … atau ….

Seketika Jayseta berdiri, mendadak pandangan matanya menjadi kabur dan berkunang-kunang. Dunia serasa berputar dan kedua kakinya melemah dengan begitu cepat dan tanpa aba-aba, seakan kedua pasang kakinya tidak sudi menyangga tubuhnya lagi. Walau merasa heran dengan perasaan ini Jayaseta masih terus memaksa mendekati kedua orang saudagar yang terbaring tersebut.

Jayaseta berhasil mendekati kedua saudagar yang terbaring tersebut dengan langkah yang terseok-seok. Ia melihat walau dengan sedikit kabur, tapi ia sadar apa yang ia lihat. Kedua orang saudagar itu terbaring dengan mata membelalak, melotot, dengan darah yang keluar dari mulut dan hidung mereka.

Racun! Pikir Jayaseta kemudian.

Namun terlambat, Jayaseta jatuh berlutut. Pandangan berkunang-kunangnya berhasil pula membuatnya tunduk. Tubuhnya melemah dan kedua kakinya sudah menyerah untuk membantunya bertahan. Dari sudut matanya ia melihat tiga orang mendekati dan mengelilinginya. Mereka kemudian Jayaseta kenal sebagai sang pelayan, juru masak, dan si pengurus pembayaran kedai tersebut.

Kesadaran sepertinya dihentakkan keluar dari kepalanya. Kedua mata Jayaseta tertutup, ia tak sadarkan diri. Ia jatuh tertelungkup dengan kepalanya membentur lantai.

Dua orang saudagar yang tadi sama-sama sedang makan di warung yang sama dengan Jayaseta ternyata telah tewas. Makanan mereka dibubuhi racun yang sangat kuat dan berbahaya. Saking berbahaya nya racun tersebut, ia sama sekali tidak terasa ketika sudah dicampurkan dengan makanan atau minuman, sehingga korban tidak sempat menyadari ketika racun tersebut masuk ke dalam tubuh mereka dan membunuh dengan cara yang begitu cepat.

“Heh Nata,” ujar orang yang bernama Sena, sang pelayan tiba-tiba setelah melihat keadaan Jayaseta. Sena adalah seorang laki-laki dengan perawakan sedang namun berisi. Wajahnya mulus tanpa kumis dan jambang namun terlihat dari garis-garis wajahnya bahwa ia kemungkinan memiliki umur yang paling tua dibanding ketiga rekannya.

“Kau yakin sudah memasukkan racun dengan takaran seperti biasanya di makanan orang satu ini?” tanyanya kemudian.

Si orang yang yang ditanyai, Nata si juru masak yang berperawakan sedikit tambun dengan wajah kekanak-kanakan, langsung menjawab dengan heran, “Sudah Sena. Ada apa gerangan?”

“Tidakkah kau lihat bahwa dia masih hidup? Orang ini cuma pingsan, seperti sekadar diberikan racun tidur atau ilmu sirap saja,” jawab Sena.

Nata dan satu temannya lagi, Pallawa sang pengurus keuangan juga kemudian buru-buru memperhatikan keadaan Jayaseta, “Iya, benar. Mengapa ia sekadar tidak sadarkan diri? Kau yakin tidak salah memberikan racun?” ujar Pallawa kali ini. Pallawa sendiri sebenarnya sudah dipastikan adalah yang termuda dari mereka berdua, namun ia memelihara kumis dan jenggot yang tidak begitu lebat. Ini mungkin untuk menunjukkan kesan garang dan dewasa di mata orang.

“Ah, tidak. Aku yakin, aku memasukkan racun yang biasanya kita gunakan. Sama dengan dua orang saudagar itu,” jawab Nata dengan yakin namun juga tidak kalah heran dengan kedua temannya.

Tentu saja ketiga orang ini sangat heran dengan korban terakhir. Ia tidak tewas! Padahal menurut Nata, ia yakin bahwa ia telah memasukkan kadar racun yang sama dengan yang ia berikan kepada kedua orang saudagar Sunda tersebut.

“Ah, sudahlah. Yang jelas orang ini masih hidup. Mungkin kau memang benar salah memasukkan racun. Tapi lebih baik kita bereskan semuanya seperti biasa,” ujar Sena berusaha bijak dan tidak mau membahas lebih lanjut.

Baik Pallawa dan Nata pun akhirnya mengangguk dan tidak membahas lebih jauh, walau Nata sangat sebal dan heran serta sebaliknya sangat yakin sewaktu ia memasak tadi, ia memasukkan racun yang tepat.

Ketiga orang tersebut kemudian ‘bekerja’. Mereka menutup pintu dan jendela warung rapat-rapat, karena memang rencana mereka adalah untuk menjebak orang terakhir yang masuk ke warung mereka. Beruntung, dua orang saudagar yang terlihat kaya masuk jebakan mereka. Hanya satu orang, yang penampilannya biasa saja terpaksa juga harus menjadi satu bagian dengan dua saudagar tersebut. Nasib sialnya lah pikir mereka.

Dari dua orang jasad saudagar tersebut, mereka mendapatkan kain-kain sutra yang mahal, perhiasan batu mulia, uang perak dan emas, serta uang picis Cina. Di Cerbon memang merupakan salah satu tempat pembuatan uang-uang picis Cina yang terbuat dari timah ini selain Banten dan Jepara. Orang-orang bule Britania Raya dan Kompeni Walanda di Betawi yang menggunakan uang picis Cina tersebut sebagai alat tukar dalam jual beli dan perdagangan. Uang picis ini sempat langka terutama di negeri Banten dan membuat nilainya sempat meningkat bahkan diatas uang perak tepatnya di tahun 1613 dan 1618 Masehi.

Selain barang berharga dan uang perak, emas dan picis yang ditemukan di tubuh jasad saudagar kaya tersebut, ketiga orang rekanan itu juga mengambil kayu gaharu bahkan pakaian mereka pun dilucuti dan diambil karena memang dari bahan dengan kualitas terbaik.

Pallawa mendekati Jayaseta. Menggeleng-gelengkan kepalanya, “Aih, anak muda. Apa yang bisa kuambil darimu? Paling-paling uang kepengan Cina buat kau membayar makanan. Bajumu pun tak menarik untuk kuambil,” kata Pallawa kepada Jayaseta yang tidak sadarkan diri.

Tiba-tiba ia melihat tas buntal kulit Jayaseta yang teronggok dengan meja makannya. Ia mendekatinya, dan merasa cukup penasaran dengan bentuknya yang aneh dan tidak lazim digunakan oleh para pelancong. Ketika membukanya, Pallawa berdecak sebal, “Ahhh … topeng, topeng, topeng. Siapa kau ini sebenarnya? Penari keliling? Pengamen?”

Pallawa membuang tas itu begitu saja, namun kemudian mengambilnya lagi karena ketika tas itu menghantam lantai kayu ia mendengar seperti bunyi gemerincing logam. Ia akhirnya membongkar tas itu dengan seksama dan menemukan kepingan perak dan emas yang tidak diduga ternyata cukup banyak.

“Apa ini bocah? Ha ha ha … hei, teman-teman, kita beruntung hari ini. Rupanya anak kere nan aneh ini bukan orang biasa. Entah dia mendapatkan dari mana semua uang ini?”

Kedua temannya langsung mendekati Pallawa dan sama-sama melihat kepingan-kepingan uang itu yang memang jumlahnya mengagetkan.

“Ha ha ha … jelek-jelek begini, kau bisa menyamai dua saudagar mati itu,” ujar Pallawa kepada Jayaseta yang masih tak sadarkan diri.

“Hmmm … aku masih memiliki rencana untuk mendapatkan uang lebih darinya,” ujar Sena tiba-tiba.

Nata dan Pallawa melihat wajah Sena dan mencoba menebak arah pikirannya.

“Apa yang mau kau ambil lagi dari orang ini, Sena?” ujar Nata.

“Dua orang saudagar itu, seperti biasa kita buang saja di tempat biasa, karena mayatnya sudah tidak berguna. Untungnya, karena anak muda ini masih hidup, kita jual saja ke kapal yang hendak berangkat ke Cina sebagai budak. Aku pikir harganya akan sangat menguntungkan,” jawab Sena dengan raut wajah licik namun bersinar cerah, kagum atas rencananya sendiri.

“Wah, kau benar Sena,” ujar Pallawa.

“Aku tak bisa membayangkan, besok ketika ia bangun, ia sudah ada di tengah laut menuju perjalanan ke Cina. Ia akan berteriak-teriak minta dikembalikan ke Cerbon, sedangkan para awak kapal yang berbadan besar dan beringas akan menghajarnya, ha ha ha ha ….” Lanjut Nata dengan girang. Ketiganya kemudian setuju dan tertawa tergelak-gelak bersama-sama.

Terpopuler

Comments

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

Wealah malah human trafficking 😅😅

2023-04-03

0

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

perampokan rupanya

2023-04-03

0

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

🍁мαнєѕ❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ

kenapa mereka meracuni orang2?

2023-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!