Kali Bisaya

Tiba-tiba si pemimpin berpipi gembil memerintahkan enam orang prajurit tukang pukul bawahannya untuk meletakkan senjata-senjata mereka. perintah ini jelas membuat bingung Jayaseta. Bukannya mereka ingin menundukkan dan membinasakan dirinya bila perlu? Bila mereka meninggalkan senjata tajam berupa tiga belati, dua tombak dan satu busur, dengan apa mereka menyerang dirinya pikir Jayaseta.

Kebingungan ini ditanggapi dengan senyuman lebar keenam bawahan si gembil berhidung mancung tersebut. Mereka meletakkan semua senjata tajam mereka di tepi, kemudian salah satu prajurit tukang pukul memungut beberapa batang rotan setengah depa dan dibagikan kepada keenam rekan termasuk ketua kelompoknya. Ia sendiri menggenggam sebuah batang rotan di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menyilang di depan dada. Prajurit ini adalah orang yang memegang ginunting, pedang melengkung ke depan yang menyerangnya sebelumnya.

Jayaseta sebenarnya sudah dapat membaca cara kerja kapal, cara kerja tubuhnya sendiri dan gerak jurus musuh-musuhnya dengan mantap. Jurus Tanpa Jurus adalah gerakan andalannya yang tidak berbentuk dan tidak terpikirkan, langsung mengikuti dan menyesuaikan keadaan dan alam. Untuk itu, jurus ini kemudian sangat berguna ketika ia sedang dalam keadaan genting ini. Namun sebuah perubahan tak terduga membuatnya terkejut dan seakan meragukan hal-hal yang terjadi ini.

Sang prajurit yang membagikan batang-batang rotan tadi lebih dahulu maju mendekati Jayaseta dan dengan sekali hentakan kilat dua pukulannya membabat pinggul dan bahu Jayaseta. Jayaseta sendiri kini mundur dua langkah ke belakang dengan rasa pedas yang menyengat kedua bagian tubuhnya yang terkena telak tersebut. Jayaseta hampir-hampir kehilangan kepercayaan dirinya. Apalagi kejadian ini diikuti dengan ledakan tawa ketujuh orang pengeroyoknya tersebut.

Jayaseta ingat dari cerita para santri yang datang dari Pegu dan Moro untuk belajar ke Giri bahwa ada sebuah daerah kepulauan yang bernama Bisaya atau Kabisayaan dalam bahasa Tagalog dimana para penduduknya dikenal dengan keberaniannya dan kemampuan beladiri mereka yang dikenal dengan nama Kali. Orang-orang berilmu tinggi tersebut menggunakan tongkat pemukul dari rotan untuk melawan orang-orang asing yang mencoba menjajah negeri mereka.

Pilihan rotan menggantikan senjata tajam seperti pedang atau golok memiliki alasan tertentu. Pedang mengakibatkan luka sayatan atau potongan yang mematikan, namun rotan dengan jurus-jurus tertentu yang dilatih dengan baik akan menghancurkan tulang dan luka dalam yang juga dapat melemahkan musuh dengan parah.

Pada waktu kerajaan bule Espanyola mencoba meminta pulau-pulau Bisaya untuk tunduk di bawah kekuasaan mereka, seorang kepala suku Mactan bernama Lapulapu berhasil mengusir pasukan bule tersebut dari tanah Mactan dan bahkan membunuh pemimpin penyerang, seorang Pranggi bernama Fernao de Magalhaes atau dikenal juga sebagai Ferdinand Magellan pada tahun 1521 Masehi.

Dijelaskan bahwa Ferdinand Magellan tewas di tangan sang pemimpin perlawanan Lapulapu dalam sebuah pertarungan satu lawan satu. Dengan jurus-jurus Kali, Lapulapu membunuh Ferdinand Magellan dengan merebut tombak yang ia pakai dan digunakan untuk menusuk tubuh Magellan sendiri. Meski ada cerita lain yang menjelaskan bahwa Lapulapu melemparkan tombak yang menembus paha Magellan dan ketika melihat ini, para prajurit bawahan Lapulapu mengeroyok dan mencincang habis sang ponggawa Pranggi tersebut. Apapun cerita yang benar, dapat dijelaskan bahwa orang-orang Bisaya adalah orang-orang yang hebat dalam ilmu kanuragan mereka.

Sang prajurit yang memukul Jayaseta dengan sebatang rotan di tangannya bernama Katilapan. Ia adalah warga Bisaya, tepatnya di daerah Kedatuan Cebu, yang juga memiliki ilmu kanuragan Kali yang mumpuni. Dari awal, sang ketua para prajurit berpipi gembil tersebut memang sengaja meminta para prajuritnya menggunakan rotan untuk menyerang Jayaseta. Ini dimaksudkan untuk menghabisi Jayaseta pelan-pelan dengan menyiksanya dengan pukulan demi pukulan yang menghancurkan tubuh bagian dalamnya dan bagi si Prajurit yang berada tepat di hadapan Jayaseta ini mungkin sebagai ajang pamer dan uji jurus Kali melawan sang pendekar yang namanya termahsyur di tanah Jawa akhir-akhir ini.

Jayaseta sudah merasakan dua pukulan remeh nan cepat yang mengenai tubuhnya. Lapulapu dianggap memiliki ilmu Kali yang dipelajarinya turun-temurun dari nenek moyangnya. Kali sendiri merupakan sebuah kata cabangan dari kata keris, senjata orang-orang nusantara. Adapula yang mengatakan bahwa kata Kali diambil dari kata cakalele, yaitu tarian perang dan beladiri asal Maluku yang juga menggunakan tongkat dalam peragaan gerakannya. Ini menunjukkan pengaruh yang besar dari orang-orang Jawa dan Melayu dalam jurus-jurusnya.

Bisaya yang berasal dari bahasa Sansekerta Vishaya adalah nama asli dari kerajaan Sriwijaya di pulau Melayu Swarnadwipa. Dalam hal ini, orang-orang Bisaya adalah keturunan orang-orang Melayu Sriwijaya yang datang awalnya ke pulau Panay oleh sepuluh datuk dipimpin oleh Datuk Putih pada abad ke-12 ketika kerajaan Sriwijaya mulau runtuh dan digantikan oleh kekuasaan kerajaan Majapahit dari Jawa. Mereka datang dari sebuah pulau di nusantara dimana kerajaan Tanjungpura atau dikenal juga sebagai Bakalapura berada.

Jadi mereka juga merupakan orang-orang campuran Melayu dan Jawa yang terpengaruh oleh Sriwijaya dan Majapahit. Sedangkan orang-orang keturunan Majapahit yang memeluk Islam kemudian menempati kepulauan di daerah Selatan dan kemudian mereka dikenal sebagai orang-orang Moro.

Setelah seratusan tahun, terutama setelah kedatangan para penjajah dari Espanyola, Kali sendiri kemudian menyerap beragam jurus berpedang dari para penjajahnya tersebut. Kehebatan jurus-jurus Kali adalah bahwa penggunaan tongkat rotan sudah mewakili penggunaan hampir semua senjata lain.

Seseorang yang sudah mahir dalam salah satu aliran silat Kali dalam menggunakan tongkat rotan akan mampu menggunakan semua senjata, seperti pedang, tongkat atau yang disebut sibat, tombak atau bangkow, belati, keris, atau beragam senjata lainnya. Bisa dikatakan, seorang murid ilmu Kali tidak perlu mempelajari secara khusus setiap jurus-jurus berbeda dalam penggunaan setiap senjata.

Katilapan memang memiliki gaya berbusana yang khas orang dari Kedatuan Cebu di kepulauan Bisaya. Tubuhnya penuh dengan rajah bahkan sampai ke bagian leher, mirip seperti orang-orang Daya di pulau Bakalapura. Begitu juga dengan kedua telinganya yang ditindik dengan anting-anting bulat lebar.

Ia mengenakan baju longgar berlengan panjang dengan kerah bulat serta celana selutut yang juga longgar. Sedangkan tepat di bawah lututnya terdapat semacam hiasan berupa ikatan kain berwarna merah. Kepalanya juga diikat dengan selembar kain lebar.

Senyum Katilapan merekah ketika ia merasa bahwa ini adalah sebuah kesempatan emas untuk dapat menghadapi seorang jawara yang namanya sedang naik daun di daratan Jawa. Jauh-jauh dari Bisaya untuk menjadi tukang pukul atau prajurit kelautan membuatnya gatal ingin menjajal kemampuan seorang jawara yang sebenanarnya, dan ini adalah kesempatan yang tidak mungkin ia lewatkan untuk bermain-main kanuragan.

Jayaseta mengambil kain penutup mulut dan hidungnya kembali dan memasangnya. Tindakan Jayaseta ini membuat Katilapan dan rekan-rekannya kegirangan. Pemimpin kelompok sengaja menugaskan anak buahnya untuk mengganti senjata tajam dengan tongkat rotan untuk memberi Jayaseta pelajaran. Ia juga membiarkan Katilapan untuk bermain-main sejenak dengan sang pendekar Topeng Seribu sebelum nantinya ia akan benar-benar dihabisi oleh rekan-rekannya.

“Hoi, tidak adil rasanya kita biarkan si pendekar tidak memiliki senjata. Lemparkan sebatang rotan itu ke arahnya, Jipang,” teriaknya dalam bahasa Melayu pada rekannya yang tadi bersenjata tombak dengan mata trisula.

Jipang terkekeh kemudian melemparkan rotan yang ia pegang ke lantai kapal di depan Jayaseta. Jayaseta pun memungut rotan itu. Sedikit banyak ia merasa ini adalah sebuah kesempatan yang baik untuk menguasai keadaan dan meraih kuasa atas musuh-musuhnya. Ia sudah diperolok dan ditertawakan karena kelemahannya pada mabuk laut. Ia harus tunjukkan kepada mereka siapa Jayaseta.

Tangannya mantap menggenggam tongkat rotan tersebut. Katilapan juga memasang kuda-kuda silat Kalinya. Jayaseta walau masih sedikit puyeng karena belum terlalu terbiasa dengan goyangan kapal oleh ombak memutuskan untuk menyerang lebih dahulu. Ia meluncur maju dengan sebuah langkah panjang dan menyasar ke kepala Katilapan.

Katilapan melihat gerakan Jayaseta. Ia hanya mengeser sedikit tubuhnya, menepis tongkat rotan Jayaseta, dan dengan tangan kirinya yang bebas dengan kecepatan luar biasa ia mengunci pergelangan tangan Jayaseta sehingga pemukul rotan Jayaseta terlepas begitu saja dan terlempar ke lantai geladak kapal. Katilapan juga sempat menghadiahi Jayaseta dengan dua pukulan cepat ke bahu dan pinggul. Tepukan dan teriakan riuh rekan-rekannya membahana.

“Ayo pendekar. Jangan bermain-main lagi denganku,” ucap Katilapan.

Jayaseta memperhatikan bahwa jurus serangan tongkat rotan Kali Katilapan sangatlah luwes dan cepat. Ia melihat bahwa sang lawan menitikberatkan pada jari telunjuk dan ibu jari untuk memainkan rotan, namun ketika sudah mengenai sasaran, kekuatan pukulan menjadi mengeras karena semua jari digunakan. Selain itu, berbeda dengan banyak jurus-jurus bersenjata lain, tangan kirinya yang bebas ternyata juga bekerja dengan sama bergunanya dengan tangan yang memegang senjata.

Jayaseta kembali memungut batang pemukul rotannya. Kapal kembali bergoyang. Ia pun ikut goyah. Tawa kembali membahana. Jayaseta terpaksa menggertakkan rahangnya kuat-kuat karena amarah. Ia tetap harus mampu mengendalikan perasaan dan tindakan seperti yang sudah ia pikirkan masak-masak tadi bila ingin unggul di atas lawan-lawannya dengan segala kekurangan yang ia miliki saat ini.

Katilapan tiba-tiba melaju ke depan dengan cepat dan membabatkan rotannya ke arah Jayaseta. serangnnya diarahkan tidak hanya satu kali, tapi sampai lima kali serangan yang mengincar bagian-bagian tubuh Jayaseta yang berbeda. Walau kelima serangan tersebut telak mengenai Jayaseta dan terasa sakit yang menyengat, Jayaseta pun paham bahwa sang musuh hanya bermain-main dengan tidak mengeluarkan tenaganya, seakan sedang memukul dan memberi pelajaran seorang anak yang nakal.

Katilapan tersenyum mengejek. Kali ini ia ingin mencoba membuat Jayaseta terluka agar ia paham seberapa hebatnya pukulan-pukulannya. Maka dari itu Katilapan memukul lurus ke arah kepala Jayaseta. Pukulan ini jelas sangat mematikan. Bila lawan tak dapat menghindar atau menangkis, sudah pasti tulang kepalanya akan retak dan ia sendiri tak sadarkan diri serta berada di ambang kematian.

Jayaseta menahan pukulan rotan tersebut dengan menyilangkan rotannya di atas kepala, kemudian dengan tangan bebasnya, ia meraih lengan Katilapan, memuntirnya dengan cepat dengan bantuan tongkat rotannya dan melucuti rotan musuh. Rotan Katilapan terlempar ke lantai geladak kapal. Jayaseta kemudian menghadiahi Katilapan dengan satu sabetan keras ke pahanya. Membuat Katilapan berjingkat sedikit dan terseok karena dahsyatnya pukulan tersebut.

Geladak kapal tiba-tiba hening. Tidak ada satupun orang di geladak kapal yang memperkirakan kejadian ini. Kemampuan Jayaseta meniru jurus musuh adalah bakat kanuragan dan bagian dari keunggulan Jurus Tanpa Jurusnya. 

Salah satu rekan Katilapan memungut rotannya yang jatuh tadi dan melemparkannya ke arah Katilapan. Ketika Katilapan telah menggenggam rotannya kembali, wajahnya memerah karena amarah. Kedua matanya menatap tajam ke arah sang lawan yang berhasil memepermalukannya di depan rekan-rekannya. Mungkin ia memang terlalu meremehkan Jayaseta dan lupa serta khilaf bahwasanya yang dihadapinya memang kemungkinan besar adalah si pendekar termahsyur itu.

“Akan kuhabisi bocah tengik ini. Sudah bukan saatnya aku main-main dengannya. Rupa-rupanya ia tidak bisa dianggap enteng. Bila memang seperti itu, saatnya untuk menghancurkan sendi-sendi tubuhnya sudah tiba,” ujar Katilapan dengan keras kepada rekan-rekannya.

Semua rekannya pun mahfum akan hal ini. Nampaknya keinginan mereka untuk bermain-main memukuli sang pemuda dengan rotan mereka harus batal karena Katilapan yang ahli dalam permainan tongkat rotan silat Kalinya lah yang mungkin menewaskan sang pemuda.

Tanpa buang waktu Katilapan membabat tiga kali serangan ke arah kepala, leher dan bahu Jayaseta. Serangan yang begitu cepat itu untungnya dapat hindari dengan gesit pula. Ini yang membedakan serangan Kali dengan silat atau ilmu kanuragan lain.

Dalam menggunakan jian, seluruh lengan dan jurus berputar serta meliuk-liuk digunakan dalam jurus-jurusnya. Begitu pula dengan permainan shamsir atau simitar dimana serangan-serangannya dipusatkan pada tebasan panjang. Dalam Kali, permainan jari dan serangan pendek bertumpu pada siku dan pergelangan tangan adalah yang utama. Kedua kaki memiliki kuda-kuda yang mendukung serangan cepat senjata di tangan. Kedua kaki berguna sebagai pegas yang memantulkan tubuh dan pukulan secepat kilat.

Sembari berteriak lantang, Katilapan menyerbu Jayaseta dengan membabat ke arah kepala. Jayaseta langsung mundur sampai dua langkah dan mencoba menangkis serangan itu, namun Katilapan terlalu cepat, sebentar saja ia sudah menggantikan serangan ke arah pinggang dan perutnya. Jayaseta kembali mencoba menangkis dengan rotannya, namun apa lacur, Katilapan masih terlalu cepat dan mahir dalam pertandingan adu rotan ini. Rotan di tangan Jayaseta sudah terlepas dari tangannya, bukan terlempar kali ini tapi sudah ada di tangan kiri Ketilapan.

PLAK! PLAK! PLAK!

Jayaseta terjerembab. Tiga pukulan telak menghajar kepala dan punggungnya. Jayaseta mengerang pelan.

Keselahan besar lain yang dilakukan Jayaseta. Ia bagaimanapun masih seorang pemuda yang berusaha menanjak menjadi seorang pedekar yang bijak. Dari awal, ketika dipermainkan Katilapan, ia selalu beranggapan bahwa orang yang ia lawan memegang sebuah rotan, bukan senjata tajam seperti golok atau pedang. Oleh sebab itu, ia masih belum sadar untuk habis-habisan melawan sang musuh. Ini menyebabkan ia berkali-kali takluk.

Kepalanya berdenyut dan punggungnya seakan retak. Bila bukan karena latihan yang keras dari kakek, ayah, dan guru-guru silatnya, sudah pasti badannya sudah remuk redam dan ia sudah menghembuskan nafas terkahirnya. Bagitu juga bila yang membabatnya adalah sebuah pedang, sudah pasti ia tak akan pernah melihat matahari lagi saat ini.

Rotan, kayu, atau logam besi dan baja yang digunakan sebagai senjata harusnya tidak menjadi berbeda. Kesalahan besar Jayaseta adalah berharap pertarungan ini tidak berakhir dengan keatian. Namun jelas ia salah. Rotan Katilapan membuat tubuhnya seakan terkoyak-koyak senjata tajam. Semua pukulan yang mengenai tubuhnya mulai berdenyut sampai ke tulang. Sebuah senjata tetaplah senjata. Ia harus mulai berusaha untuk memenangkan pertarungan ini dengan berpikir lebih luas dan berani.

Katilapan yang sekarang telah menggenggam dua rotan di kedua tangannya kembali menyerbu Jayaseta yang perlahan sudah mulai berdiri. Serangan cepat kedua rotan tersebut membabat Jayaseta ke segala arah. Dalam satu tarikan nafas saja mungkin lebih dari sepuluh babatan di arahkan ke Jayaseta.

Jayaseta sendiri sudah mengganti pola pikirnya dengan pola pikir baru yang memandang kedua rotan tersebut tak beda dengan pedang atau senjata lain yang dapat membuat ia terbunuh. Oleh sebab itu dengan daya elaknya yang terlatih, Jayaseta berguling-guling dan melontarkan dirinya untuk menghindari serangan Katilapan.

Pola serang-bertahan ini bagaimanapun membuat Katilapan menjadi berang. Tadinya jelas Jayaseta sudah di ujung kekalahannya. Ia tinggal menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. Tidak ada lagi pelajaran yang diberikan untuk sang musuh. Ia sudah harus membuatnya terkapar di geladak kapal tak berdaya.

Pukulan di kepala dan punggung Jayaseta secara mengherankan tidak benar-benar membuatnya tunduk. Harusnya untuk seorang pendekar sekalipun, retak di tulang punggung atau tengkorak kepala sudah bisa dipastikan. Apalagi sekarang, seakan-akan Jayaseta berkembang seperti sebuah tanaman. Ia menyesuaikan diri, gerakan-gerakannya makin berkembang ke arah yang lebih baik hanya dalam beberapa waktu saja dalam pertarungan mereka ini.

Katilapan masih memburu Jayaseta, ia kalap dan semakin terasa rasa sakit hatinya dipermalukan ketika sang pemuda bertopeng kain itu merebut dan membuang rotannya dengan menirukan jurus Kali yang ia gunakan. Walaupun Jayaseta sepertinya mati-mati menghindari serangan rotan kembarnya, tapi tak nampak gerakan menghindarnya kedodoran. Bahkan Katilapan merasa mulai melambat dan ia sendiri kemudian menciptakan sebuah kesalahan.

Jayaseta melihat juga kesalahan ini, sebuah lubang menganga dalam kuda-kuda dan pertahanannya. Tak menyia-nyiakan kesempatan ini, Jayaseta menghambur maju, menangkap pergelangan tangan kanan Katipalan, sedangkan satu tangannya lagi ditahan dan ditempelkan ke dadanya sendiri. Jayaseta menyeruduk menghadiahkan sundulan kepalanya ke wajah Katilapan.

Dalam kesempatan itu juga, kedua tangan Jayaseta memuntir kedua pergelangan tangan Katilapan sedemikian rupa sehingga kedua rotannya terlepas dan berpindah tangan kepada Jayaseta. Dengan kedua rotan ini pula Jayaseta membabatkan ke seluruh bagian tubuh Katilapan. Satu pukulan terakhir membuat Katilapan terjerembab telungkup di geladak kapal dan punggung yang serasa hancur. Ia tak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

bakat menurut jurus? jadi ingat Cakiya

2023-04-03

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

ayo Jayaseta.. balas perlakuan mereka

2023-04-03

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

waahh.. si penjelajah dunia... 😍😍

2023-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!