Kesultanan Banten

"Aku masih mau menanyakan, bagaimana kalian bisa sampai kembali kesini?” tanya Jayaseta sesaat setelah ia pamitan dengan Pratiwi dan masyarakat sekitar yang mengelu-elukannya karena berhasil menumpas para pembuat kekacauan di pelabuhan Kesultanan Cerbon tersebut.

“Begini, le. Sebenarnya, kami memutuskan untuk tidak lagi mau bekerja di kapal tersebut. Kami bahkan sudah mengembalikan semua bayaran kami,” ujar Badra.

“Kami ingin mengikuti perjalananmu. Kami sadar bahwa kami tidak mungkin terus-terusan menguntitmu, tapi paling tidak berilah kami sedikit waktu lebih lama untuk berjalan di belakang kemenakanku ini, masih terasa kangenku dan sedikitnya waktu pelajaran yang kami dapatkan,” ujar Badra sang paman panjang lebar.

Jayaseta memandang mereka satu persatu kemudian sedikit bergumam, “Hmmm … baiklah paman dan kakang-kakang sekalian. Aku akan mengajak kalian untuk ikut bersamaku sedikit lebih lama. Ini kulakukan untuk membayar jasa kalian karena menyelamatkan Pratiwi dan aku. Lagipula aku butuh teman seperjalanan yang menyenangkan,” ujar Jayaseta.

Rombongan keluarga baru Jayaseta ini tak menutupi rasa girang mereka dengan tersenyum lebar.

Tiba-tiba Jayaseta kembali mengerutkan keningnya. Ia sedang berpikir. Para prajurit tentu saja bertanya-tanya di dalam hati mereka. Namun, sebelum salah seorang dari mereka ingin menanyakan langsung kepada Jayaseta apa yang menjadi beban pikirannya, Jayaseta sendiri mengungkapkannya, “Aku harus mencari topeng baru. Aku sudah tidak memiliki satupun topeng.” Ucapannya ini seperti lebih kepada diri sendiri.

Tanpa Jayaseta duga, semua prajurit bahkan Badra pamannya tersenyum lebar bahkan beberapa tertawa. “Tenang Jayaseta, aku bahkan sudah membelikan satu buah topeng. Aku berencana memberikannya kepadamu sebagai hadiah bila memang kita bertemu di darat,” ujar Kesuma, sang pendekar belati dari Surabaya dengan tiba-tiba.

Dari balik bajunya, ia mengeluarkan sebuah topeng kayu yang begitu indah dan masih baru. Topeng yang diberikan Kesuma itu adalah sebuah topeng Samba, salah satu topeng ciri khas Cerbon selain Panji. Maklum saja Cerbon adalah salah satu surga topeng yang digunakan untuk tarian. Bedanya dengan topeng Panji yang dahulu Jayaseta miliki adalah bila topeng Panji berwarna putih tanpa raut wajah dan menunjukkan kesucian, topeng Samba adalah topeng yang melambangkan kanak-kanak yang berwajah ceria, lucu dan lincah. Raut wajahnya tersenyum, berwarna jambon, seakan menunjukkan wajah yang tersipu-sipu malu. Walau melambangkan keceriaan, namun pada dasarnya topeng ini juga bernafas gaib dan penuh rahasia, malah kadangkala terlihat menakutkan.

Ini memang jenis topeng yang Jayaseta inginkan. Seakan topeng Samba juga menggambarkan gaya bertarung yang ia miliki. Mau tak mau Jayaseta ikut tersenyum lebar. Ia menerima topeng pemberian Kesuma tersebut dan berterimakasih tidak hanya kepada Kesuma, namun kepada semua anggota rombongan yang akan menemaninya ke Betawi. Namun karena Jayaseta tak memiliki buntalan kulitnya lagi, topeng itu ia gantungkan di pinggangnya, kemudian ia sembunyikan dengan melilitkan kain putih gading tersebut di pinggangnya.

***

“Aku harus ke Betawi seperti yang kuceritakan kepada kalian sewaktu di kapal. Kalian akan menemaniku ke Pakuan baru setelah itu kita berjalan kaki ke Betawi?” ujar Jayaseta kepada para rombongannya.

“Pakuan, Jayaseta?” tanya Kesuma.

“Mengapa kita harus lewat Pakuan yang ke arah Selatan? Kita bisa saja menyusuri pantai utara langsung ke Banten dan kemudian Betawi, ketua,” jawab Mahendra.

“Hmm ... jelaskan padaku lebih lanjut?” tanya Jayaseta.

“Walau kami dari Surabaya, kami sudah melakukan perjalanan dari ujung ke ujung pulau Jawa. Pakuan adalah bekas kotaraja kerajaan Sunda Galuh yang sudah runtuh. Tidak banyak yang bisa kita dapat disana. Memang banyak pepohonan, buah-buahan, dan beberapa jalan sangat bagus karena terbuat dari batu yang ditata dengan baik. Namun rasanya terlalu berputar-putar bila kita harus ke Pakuan. Kita lebih baik langsung ke Banten dahulu dan dari situ Betawi akan jauh lebih dekat,” jelas Sasangka mewakili kedua teman pasangan pendekar belati kembar tiga tersebut.

“Baiklah, kalau itu yang menjadi keputusan kalian. Kita akan ke Banten, toh kalian yang sangat paham dengan pengembaraan.” jawab Jayaseta mantap.

“Kalau begitu, kita siap-siap saja dulu, mungkin engkau dapat berehat barang sejenak selagi kami akan mempersiapkan kapalnya,” ujar Katilapan seakan sekaligus memberikan perintah bagi yang lainnya untuk berkemas-kemas.

Jayaseta tersentak bingung, “Tunggu dulu. Apa maksudmu dengan mempersiapkan kapal, Katilapan?”

“Lha, kita memang akan berangkat menggunakan kapal bukan?” balas sang paman. “Tenang le, walau kita tidak menggunakan kapal besar itu lagi, kami masih memiliki tumpangan ke Banten,” ucapnya seakan mencoba menepiskan keraguan dan kekhawatiran Jayaseta mengenai ketersedian kapal tersebut.

“Benar Jayaseta. Kami memiliki banyak kenalan di setiap pelabuhan di pulau Jawa ini. Kapal yang akan kita naiki nanti mungkin tidak sebesar kapal sebelumnya, namun sanggup membawa kita ke Banten,” ujar Katilapan kembali.

“Apa? Kita akan naik kapal?” ujar Jayaseta terkejut.

“Ya, tentu saja. Kita akan menyusuri pantai utara dan akan sampai lebih cepat dibanding berjalan kaki. Lagipula Banten memang adalah sebuah negeri pelabuhan yang ramai, maka dari itu banyak kapal-kapal yang berlabuh di sana to le,” kembali sang paman menegaskan.

Jayaseta sontak berdiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras, “Tidak, tidak … kita berjalan kaki saja. Kalian tahu aku tidak terbiasa dengan kapal. Aku akan gampang mabuk laut,” jawab Jayaseta dengan gusar. “Aku sudah jengah di tengah laut. Kalian kan yang paham bahwa aku tidak bisa berenang juga,” ujar Jayaseta malu-malu.

***

Dengan susah payah dan melawan rasa mabuk lautnya, Jayaseta ditemani oleh rombongan rekan-rekan barunya akhirnya sampai pula di tujuan. Pelabuhan utama di Kesultanan Banten ini dahulu sempat memiliki luas yang cukup besar sampai ke pelabuhan Sunda Kalapa yang sempat direbut Kesultanan Demak dan dinamakan Jayakarta dimana sekarang berganti nama menjadi Betawi ketika jatuh ke tangan Kompeni Walanda.

Jayaseta tenang sekali karena telah sampai di darat walau epalanya masih terasa puyeng dan tanah yang diinjaknya serasa masih bergoyang-goyang seperti ketika berada di laut. Namun selain perasaan sisa mabuk laut tersebut, ia baik-baik saja. Senang rasanya menyentuh darat lagi.

Menurut cerita para prajurit sahabat barunya tersebut, beragam macam barang dagangan dibawa ke Banten melalui pelabuhan karena ramainya tempat tersebut. Ada padi dan beras dari Jawa bagian tengah dan timur serta Johor, kayu cendana yang wangi dari pulau-pulau Sunda Kecil, pala dan cengkeh dari Maluku, lada dari Lampung, intan dan emas dari Kesultanan Brunei, bahkan barang-barang dari mancanegara seperti sutera dan piring mangkuk dari Cina serta kain-kain indah dan tenunan dari Hindustan.

Ada sebuah wilayah pasar di belakang pelabuhan dan pasar ikan yang dibatasi dengan pagar kayu dan dinding bata dengan pohon-pohon besar dan rindang mengelilingi pagar tersebut. Jayaseta melihat banyak orang-orang Pranggi berdagang di sana. Matanya mencari-cari kedai makan selama di pelabuhan dan di sekitar pasar ini. Dilihatnya pasar tersusun dengan rapi namun tidak cukup tertib. Para pedagang berserakan menggelar tikar di tanah dengan menjual semangka yang besar-besar, mentimun dan kelapa. Di sebelahnya ada para penjual gula dan madu, buncis dan di dekat pagar pasar orang menjejerkan bambu-bambu panjang yang dijual untuk kepentingan perumahan dan bangunan atau perkakas rumah tangga.

Tidak hanya itu, bahkan terdapat banyak kedai yang menjual senjata tajam dan senjata seperti keris, pedang, tombak dan meriam kecil. Ada juga yang menjual barang-barang kesenian indah dari kayu cendana yang harum. Tidak jauh ada pula yang menjual pakaian laki-laki yang dipisahkan dengan para penjual pakaian perempuan. Barulah terlihat kedai rempah-rempah dan obat-obatan yang cukup luas dan besar serta dapat terlihat langsung dari gerbang masuk pasar. Maklum, memang rempah-rempah adalah bahan-bahan perdagangan yang sangat dicari di nusantara maupun mancanegara.

Di sebelah deretan kedai-kedai rempah dan obat-obatan, ada dua buah deretan kedai dimana orang Bengala dan Gujarat menjual perkakas dan alat dari besi yang biasanya digunakan untuk pertanian dan rumah tangga. Kedai-kedai orang Cina terletak jauh di belakang yang juga cukup luas dan terdiri dari banyak deret dimana mereka menjual daging, ayam, ikan, buah-buahan, sayur mayur, lada, bawang merah, beras, bahkan permata.

Jayaseta juga memperhatikan para penduduk Banten di pasar tersebut yang laki-laki rata-rata bertelanjang dada. Mereka mengenakan celana pangsi selutut, kadang celana panjang. Sedangkan orang kaya terlihat dari sabuk besar indahnya yang bertahtakan emas dan permata serta keris yang hulunya dipahat dengan indah. Celana panjang mereka mengerucut ke pergelangan kaki dengan warna-warna yang indah. Begitu juga kain yang mengelilingi pinggang. Mereka berjalan dipayungi oleh pesuruh mereka. Ada pula yang disertai dua atau lebih pengawal pribadi dengan senjata tajam di pinggang mereka.

Jayaseta merasakan perutnya mulai keroncongan, tenggorokannya kering dan badannya butuh tempat yang nyaman untuk rehat sejenak. Rupanya warung-warung makan dan kedai minum berjejer di pasar sedikit jauh dari pelabuhan, pasar ikan dan pasar rempah. Rombongan inipun segera menuju kedai-kedai tersebut.

Sembari berjalan menuju ke salah satu warung yang berjejer rapi tersebut, Jayaseta selalu memperhatikan sekeliling. Ia sangat menikmati perjalanannya ini dan selalu merasa bahagia dapat melihat dunia yang begitu kaya dengan beragam hal.

Jayaseta sendiri memang sudah tidak sabar untuk menuju kota. Ia perlu mencari tempat untuk menginap, membersihkan diri, termasuk mencukur kumis dan jenggot nya yang telah panjang selama berhari-hari di kapal.

Lagipula, bagaimanapun ia tidak mungkin untuk melanjutkan perjalanan lebih jauh bersama rombongannya ini. Ia harus memikirkan rencananya lagi. Tujuan utama adalah tetap menemui kakek Salman untuk menanyakan mengenai racun Kyai Plered yang ada di dalam tubuhnya. Walau syukurnya sampai saat ini, Kyai Plered belum muncul kembali mengganggunya, tetap saja ia perlu mendapat jawaban pasti.

Tak lama mereka sudah makan bersama dengan lahap.

***

Kota Banten sangat riuh dan ramai. Mereka masuk melalui sebuah gerbang indah. Gerbang ini adalah gerbang kota berpagar tembok dari batu bata yang bersiku-siku dengan tebal tujuh telapak tangan.

Tiga pendekar belati dari Surabaya; Sasangka, Kesuma dan Narendra yang sudah kerap ke Banten menjelaskan bahwa pagar tembok sepanjang kota Banten ini mempunyai tiga pintu gerbang, tetapi tidak berengsel maupun berkunci besi, hanya ditutup sebatang palang kayu besar dan dijaga banyak pengawal. Para pengawal ini menggunakan betung atau kayu tebal dan berat yang digunakan untuk memukul orang-orang yang mencari masalah. Betung kayu tebal ini cukup baik ketika digunakan sebagai senjata. Ketika digunakan sebagai penggebuk musuh, awamnya musuh akan terluka berat tapi tidak sampai mati, istilahnya musuh akan dapat diringkus untuk kemudian mempertanggungjawabkan kesalahan yang didapatkan dengan lebih jauh.

Lain halnya bila mereka bersenjatakan pedang atau tombak yang memiliki sisi-sisi tajam dimana orang akan memiliki kesempatan untuk tewas lebih besar akibat luka sayat akibat goresan senjata tajam tersebut. Selain itu, pilihan betung sebagai senjata bisa dikatakan jauh lebih murah, sederhana namun tidak kalah ampuh dibanding senjata lainnya.

Prajurit Kesultanan Banten sendiri dibekali dengan tameng bulat yang besar sampai separuh badan mereka. Tombak panjang juga mereka bawa di tangan kanan mereka. Beberapa pasukan khusus berbedil terlihat berjaga berdua-dua, satu orang sebagai penembak dengan memanggul sebuah senapan atau bedil sundut dengan peluru yang ia selipkan di pinggangnya. Ia juga mempersiapkan api untuk menyalakan senapan. Sedangkan satunya lagi adalah pembantunya yang siap mengisi ulang peluru dengan senapan lainnya. Ada juga pasukan-pasukan dengan tameng dan pedang. Namun bedanya dengan pasukan bertombak, banyak dari pasukan ini mengenakan pakaian pelindung perut, dada dan bahu dengan pakaian berlapis lempengan logam.

Mereka juga menjelaskan bahwa Kesultanan Banten memang memiliki pertahanan yang luar biasa, bahkan sampai ke desa-desa. Setiap kampung dikelilingi oeh pagar berduri demi keamanan. Beragam orang tinggal disana, seperti Melayu, Benggala, Gujarat, Habsyi dan kampung Cina di sebelah barat yang berpagar cerucup. Di kampung Cina banyak orang Walanda, Pranggi, dan Britania Raya tinggal di sana.

Banyak kabar menceritakan bahwa orang-orang berkulit pucat dan berambut pirang tersebut digambarkan memiliki tubuh raksasa yang melampaui tinggi rata-rata orang Jawa atau pribumi. Padalah bila diperhatikan ini tidak terlalu tepat. Sama seperti para bumiputra, orang-orang bule itupun ada yang pendek dan kecil, memang meski tidak sedikit yang memiliki badan jangkung.

Karena kekayaan dan keberagaman Banten yang terlihat inilah yang membuat Mataram tertarik untuk menguasainya. Namun dengan kekuatan yang Banten miliki ini pula, Mataram sampai saat ini masih tak dapat menyentuhnya. Bagaimana tidak, pada tiap siku pagar benteng terdapat sebuah meriam dimana setengahnya bercagak, setengahnya tidak.

Kekuatan pasukan Banten juga dapat dilihat di pelabuhan tadi yang sudah mereka lewati. Angkatan bersenjata laut Banten juga patut diperhitungkan. Kapal-kapal perangnya menyerupai kapal galai dengan dua tiang layar. Serambinya sempit dan merupakan emperan yang mengikuti bagian buritan kapal. Ruangan bawah digunakan untuk para budak dan pengayuh sedangkan para tentara atau prajurit berada di geladak agar lebih leluasa untuk berperang. Empat pucuk meriam ditempatkan di depan.

Ketika masuk kota, Jayaseta melihat di sepanjang tembok terdapat bangunan kayu bertingkat tiga yang indah dan kokoh. Jarak antara dua bangunan kira-kira selemparan batu. Di malam hari sungai dan anak sungai juga dijagai orang yang juga menggunakan betung sebagai senjata mereka. Sungai nya sedalam kira-kira tiga kaki, dimana airnya tenang namun keruh. Ini karena sungai juga dapat menjadi sarana perjalanan melewati air dan musuh dapat saja menyelip ke dalam kota Banten.

Di pusat kota terdapat alun-alun yang cukup luas dengan istana kerajaan di sebelah Selatan. Di bagian timur alun-alun itu terdapat gudang senjata yang dijagai ketat oleh para prajurit. Sedangkan masjid raya ada di sebelah barat dengan tiang kayu yang berukiran indah. Berdinding sasak dan atap ilalang atau rumbia.

Menurut penjelasan ketiga pendekar Surabaya itu mengenai gudang senjata yang adalah salah satu tempat yang paling menarik bagi para pendekar, jawara dan pegembara yang tertarik dengan olah kanuragan seperti mereka dan Jayaseta sendiri, di dalamnya terdapat puluhan sampai ratusan senjata tajam yang digunakan untuk berperang dan sebagai penyimpanan cadangan senjata bagi para prajurit Banten. Mereka akan keluar masuk gudang senjata untuk meminjam senjata yang akan dibawa bertugas atau latihan untuk kemudian diserahkan kembali ke dalam gudang. Catatan yang lengkap dibuat dalam kegiatan ini. Terdapat beragam jenis pedang panjang dan tombak yang khusus digunakan untuk berperang.

Jayaseta paham bahwasanya ada beragam jenis gudang senjata. Ada gudang senjata yang digunakan untuk menyimpan meriam dan bubuk api dimana biasanya juga ditempatkan berbeda dengan gudang-gudang senjata lain karena memiliki cara pemeliharaan yang berebeda pula. Ada gudang senjata yang digunakan untuk menyimpan senjata-senjata pusaka milik kerajaan yang memiliki kekuatan dan kewibawaan khusus sehingga ditempatkan di dekat kraton, sebut saja keris-keris dan tombak-tobak pusaka raja dan pangeran kerajaan.

Jayaseta sadar tombak Kyai Plered adalah jenis senjata pamungkas yang penyimpanannya harus dijaga ketat dan bisa jadi tempat penyimpanannya dirahasiakan. Ada pula gudang senjata umum yang senjatanya berupa senjata-senjata perang besar.

Terdapat beragam tombak dengan beragam bilah atau bagian tajamnya. Jenis bentuk bilah tombak disebut dengan dapur. Untuk gudang senjata di Banten rata-rata adalah bilah tunggal yang lurus atau bener, dan panjang serta lancip seperti dapur Ron Pring, dapur Kudup Teratai, dapur Baru Kuping atau dapur Baru Tropong. Ada beberapa pula yang berbilah banyak seperti dwisula atau trisula. Biasa tombak berbilah banyak itu digunakan untuk menyerang musuh yang bersenjatakan pedang agar dapat mengunci dan melepaskan pedang dari tangan musuh.

Kebanyakan landeyan atau gagang atau pegangan tombak yang terbuat dari kayu memiliki panjang panurung atau lebih untuk keperluan perang besar berhadap-hadapan langsung namun jarak yang lebih jauh daripada pertarungan satu lawan satu. Panjang landeyan panurung adalah panjang dua kali dedeg. Satu dedeg adalah ukuran kira-kira ukuran tinggi manusia dari telapak kaki sampai ujung kepala. Ini adalah ukuran yang cukup panjang untuk sebuah tombak. Jayaseta ingat tombak Kyai Plered yang melukainya menggunakan landeyan sehasta, yaitu hanya sepanjang ujung siku tangan yang ditekuk tegak lurus dengan ujung jari yang direntangakan ke atas, dimana dengan landeyan atau gagang pendek ini membuat pergerakan prajurit selihai Raden Pekik lebih leluasa.

Tidak hanya itu, ada juga tombak-tombak yang luar biasa panjang, disebut dengan landeyan blandaran yang panjangnya tiga kali dedeg! Sangat panjang, yang dari namanya saja bisa dijelaskan bahwa tombak dengan landeyan yang sangat panjang ini biasanya diletakkan di blandar rumah, atau sepotong kayu utama yang besar dan melintang yang gunanya sebagai penyangga atap rumah.

Pembahasan mengenai senjata ini membuat kumpulan para pendekar ini ceria dan bersemangat. Jayaseta pun kemudian memutuskan menginap di sebuah penginapan sederhana namun dengan harga yang cukup mahal. Maklum, ia berada di tengah kota, bahkan dekat dengan alun-alun dan keraton. Tapi toh sekali-kali ia perlu menggunakan uang yang ia bawa dengan pantas.

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

aku lanjut

2023-04-04

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

wkwkwk🤣.. mabok laut lagi..

2023-04-03

0

👑👑🅚🅘🅝🅖👑👑

👑👑🅚🅘🅝🅖👑👑

👍👍

2022-07-14

2

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!