Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered

“Keparat! Apa yang kalian lakukan berlama-lama dengan orang ini?” teriak Pangeran Pekik, suami dari Ratu Pandhansari. Keduanya dikenal sebagai sejoli sakti pemimpin pasukan Surabaya dan Mataram itu datang bersama rombongan pasukan Mataram lain. Mereka ternyata telah berhasil mengalahkan perlawanan Giri Kedaton.

Pangeran Pekik adalah putra Raja Tegal Arum dari Surabaya. Sebelumnya Kerajaan Surabaya ditaklukkan oleh Mataram, tetapi hubungan Pangeran Pekik dan kerajaan Mataram menjadi sebuah hubungan kekerabatan karena pada tahun 1630 Masehi, adik sang raja, Ratu Pandhansari dinikahkan dengan Pangeran Pekik. Perintah raja Mataram untuk menumpas pemberontakan Giri Kedaton langsung ia lakukan, terlebih sang istri juga tidak tanggung-tanggung ikut terjun bersamanya.

Pasukan Mataram yang berbaris di belakang sang Pangeran adalah pasukan-pasukan tangguh. Memang beberapa diantaranya ternyata tewas juga di tangan si manusia bertopeng ini. Inilah yang membuat Pangeran Pekik murka karena peperangan telah usai, namun masih sempat-sempatnya menghabiskan waktu dan nyawa menghadapi satu orang ini saja.

Ratu Pandhansari dengan senapan lontaknya sudah kembali bersiap di samping sang Pangeran, sedangkan pasukan Mataram dan Surabaya yang berbaris di belakang Pangeran dan Ratu, termasuk beberapa orang prajurit perempuan pembantunya yang bertugas mengisi peluru, juga langsung bersiap-siap menunggu perintah untuk menyerang si manusia bertopeng serta menghabisinya.

“Ampun Kanjeng Pangeran. Ampuni kami karena bermain-main dan menyepelekan orang ini. Di balik topeng itu, ia adalah seorang bocah remaja yang masih bau kencur, tapi kami sama sekali tidak menyadari kehebatan ilmu kanuragannya sehingga kami tertipu dan kurang awas,” ujar salah satu prajurit yang mundur karena kesulitan menghadapi sepak terjang Jayaseta.

Pangen Pekik memperhatikan Jayaseta yang mengenakan topeng Panji dengan seksama. Ia tidak dapat melihat wajahnya, tidak tahu bagaimana raut wajah dan perasaan sang sosok bertopeng itu. Jayaseta sendiri perlahan mulai mencoba berdiri. Nampak sedikit kepayahan, namun tidak terdengar keluhan keluar dari balik topeng itu. Ya, topeng itu yang menutupi semuanya.

Pangen Pekik menimbang-nimbang laporan sang prajurit. Apa benar sehebat itu orang ini. Apalagi bila memang si sosok ternyata masih sangat belia. Apa masih ada Endrasena lainnya?

Pangeran Pekik adalah sosok yang gagah. Tubuhnya tidak besar, namun nampak sekali hawa kesaktian dan wibawanya. Sebagai seorang Pangeran, ia dikenal dengan julukan Gagak Emprit. Julukan ini jelas menunjukkan jati dirinya karena Gagak Emprit bermakna orang yang memiliki derajat tinggi namun tetap dapat menyatu dengan rakyatnya. Tak heran, selain berwibawa dan sakti mandraguna, sang Pangeran juga dikenal memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Walau tegas, ia juga dapat memahami keresahan masyarakat dan para kawulanya.

Di sabuknya terselip sebuah keris di bagian kiri serta pedang suduk, sebuah pedang pendek yang penggunaannya lebih untuk menusuk dibanding membabat di sebelah kanannya. Sedangkan, di tangan kanan ia menggenggam sebuah tombak pendek yang berbeda dengan tombak prajurit-prajurit Mataram dan Surabaya di belakangnya. Tombak ini memiliki gagang yang pendek biasa digunakan untuk pertarungan satu lawan satu di dataran karena lebih mudah digunakan di banding tombak yang lebih panjang. Tombak panjang biasa dipakai oleh pasukan berkuda, atau prajurit darat dalam perang besar. Namun, semua pasukan baik dari Surabaya, Mataram maupun Giri pasti meregang ototnya ketika mendengar bahwa tombak di tangan kanan sang Pangeran adalah tombak sakti bertuah miliki kerajaan Mataram, tombak Kanjeng Kyai Ageng Plered.

Pangeran Pekik beradu pandang dengan sang garwa, istrinya, sang Ratu yang walau berparas cantik namun dilihat dari busana yang dikenakannya dan kuda-kudanya, menunjukkan kesaktian dan keberanian yang sama hebatnya dengan sang pasangan. Seperti paham apa yang dimaksud sang suami, Ratu Pandhansari mengangguk, mundur sedikit dan menyampirkan senapan lontak di sampingnya.

Senapan lontak yang digunakan oleh sang ratu adalah sebuah jenis senapan yang hanya dapat ditembakkan sekali kemudian baru bisa digunakan lagi setelah diisi dengan ***** timah panas dan bubuk api melalui moncong laras senapan. ***** bolah timah tersebut dimasukkan melalui moncong senapan dengan kain katun untuk pengapian senapan lontak dan kemudian didorong masuk dengan tongkat pelontak. Oleh sebab itu, agar setiap serangan daat dilakukan dengan cepat tanpa membuang banyak waktu, sang ratu memiliki beberapa orang juru pengisi ***** yang bertugas mengisikan ***** dan membawa cadangan senapan lain yang dapat berjumlah empat sampai lima buah. Senapan lontak ini dapat memuntahkan pelornya dengan beragam cara, misalnya dengan kancing roda atau kancing batu api yang meledakkan bubuk api sehingga ***** dapat melaju dengan kencang. Senapan lontak juga dikenal dengan istilah istinggar dalam bahasa Melayu.

Pangeran Pekik berteriak kepada para prajuritnya, “Prajurit! Lemparkan tamengmu ke arahku!”

Para prajurit saling pandang, namun tidak lama. Mereka sadar bahwa sang Pangeran sedang ingin bertarung satu lawan satu, ingin menjajal kemampuan Jayaseta, si remaja bertopeng itu.

“Namun ampun Paduka … biarkan kami saja yang menghadapi orang itu. Biar kami segera bereskan. Paduka tidak perlu berepot-repot untuk …”

Sang prajurit terdiam, ketika Pangeran menatapnya dengan pandangan yang membuat jantung mencelot. Sang prajurit pun tidak dapat berkata-kata lagi selain memberikan isyarat kepada salah satu prajurit untuk melemparkan tameng mereka. Ia langsung memberikan tameng itu kepada sang Pangeran sembari menunduk, “Sendika dawuh Kanjeng Pangeran.”

Toh pikir sang prajurit, si belia bertopeng itu telah terluka karena ditembak kakinya. Ratu Pandhansari pun dapat membidik bilamana sesuatu yang tidak terduga mungkin terjadi. Yang paling ia sesalkan adalah bahwa ia terdengar meragukan kesaktian sang Pangeran yang dikenal mumpuni. Apalagi tombak Kyai Plered ada di tangan kanannya.

Sekarang Pangeran Pekik telah memegang tameng di tangan kirinya. Tameng milik pasukan Mataram ini serupa dengan pasukan Parsi atau Jambudwipa yang berbentuk bulat kecil, terbuat dari rotan yang dilapisi dengan kain, kulit serta lempengan logam ringan. Sang Pangeran tidak sabar ingin mencoba kemampuan sosok yang baru sejenak tadi telah membunuh beberapa orang prajuritnya.

“Mereka mengatakan engkau masih muda namun sakti karena berhasil membuat para prajurit tangguhku kepayahan. Bila memang seperti itu, berdiri anak muda. Angkat kedua pedangmu. Biar kujajal sabetanmu,” Pangeran Pekik berbicara dengan sosok bertopeng itu yang kemudian berdiri dan sepertinya menyambut tawaran sang Pangeran. Pangeran Pekik tersenyum dan secara tiba-tiba dengan cepat berlari berkelok-kelok dengan cepat ke arah Jayaseta, melompat dan menusukkan tombak Kyai Plerednya.

Jayaseta cukup kaget karena sekarang yang ia hadapi adalah tokoh besar di Surabaya dan Mataram dan secara kanuragan juga bukan orang sembarangan. Ia menghindar dengan berguling ke samping. Perih luka ***** di kakinya merebak. Namun sudah tidak ada waktunya untuk memedulikannya lagi. Tusukan pertama Pangeran Pekik terhindarkan.

Tapi tentu ini tidak berhenti begitu saja. Pangeran Pekik mementalkan tubuhnya lagi dan menyerang kepala Jayaseta. Gerakannya ini luar biasa cepat dan bertenaga yang membuat Jayaseta mau tak mau berguling jauh ke belakang sampai hampir dua tombak jauhnya. Jayaseta sekarang berhadapan langsung dengan seorang pendekar sekelas ayah, kakek atau guru-guru silat di padepokan Giri. Pangeran Pekik bukan begundal jalanan yang biasa ia hadapi atau prajurit kerajaan lain yang telah berhasil ia bunuh. Namun ia sendiri tak mau merasa terdesak, apalagi nyeri kakinya terus menyerang karena tertembus timah panas. Bila ini dibiarkan sebentar saja ia akan tertusuk tombak sakti itu. Jayaseta memutuskan untuk balik menyerang.

Dengan semua jurus gabungan yang ia kuasai, dalam sekali gerak kedua pedang berputar membacok dan membabat ke arah lawan. Sang Pangeran dengan gesit dan lincah menahan serangan balasan Jayaseta ini dengan tamengnya. Jian dan shamsir beradu dengan logam di tameng sang Pangeran dan menciptakan percikan-percikan api karena hebatnya tenaga yang dilontarkan.

Pangeran Pekik meloncat sedikit ke belakang dan menyerang kembali dengan sedikit menyerong dan menunduk. Langkah-langkah Pangeran Pekik ini seperti kijang yang meloncat-loncat dengan gesit, namun dahsyatnya serangannya bak banteng yang menyeruduk dengan buasnya. Tombak Kyai Plered kemudian menderu mencari titik-titik lemah musuh. Satu tusukan mengarah ke perut Jayaseta. Jayaseta awas dengan serangan ini memutarkan tubuhnya sembari memutarkan pula shamsirnya untuk melindungi tubuh bagian bawahnya. Namun dengan gesit dan lincahnya Pangeran Pekik memutarkan tombak Kyai Plered menghindari kedua senjata beradu.

Setelah tombak Kyai Plered diputar, dua kali tusukan kilat menyasar ke leher dan kepala Jayaseta. Kedua serangan inipun berhasil dihindari Jayaseta dengan kibasan shamsir dan jiannya. Tusukan-tusukan cepat itu memang dilakukan sang Pangeran untuk membongkar pertahanan Jayaseta dengan kedua pedangnya.

Pertarungan terlihat berjalan sangat seru. Para prajurit terkagum dengan kemampuan sang junjungan namun juga menarik minat serta penasaran dengan siapa orang di balik topeng tersebut. Diam-diam pula, prajurit yang tadi sempat bertarung dengan Jayaseta merasa lega karena orang yang mereka lawan tadi ternyata memang orang sakti. Mereka beruntung karena tidak sempat tewas dibabat pedang ganda Jayaseta.

***

Sayangnya setelah beberapa saat pertarungan seru ini berjalan, beberapa prajurit mulai resah. Sudah lebih dari sepuluh tusukan tombak Pangeran Pekik dan lebih banyak lagi sabetan kedua pedang si pendekar bertopeng sama-sama tidak mengenai sasaran. Hindaran dan jurus-jurus gesit kedua petarung menciptakan sebuah tontonan yang hampir seperti sebuah pertunjukan, bukannya pertarungan hidup dan mati. Bagaimana tidak, bukannya menyepelekan sang Pangeran, namun si sosok bertopeng walau tertembus peluru di kakinya masih mampu mengimbangi lawan yang berilmu tinggi, yaitu junjungan mereka. Bagaimana bila sang Pangeran tanpa sengaja terluka? Keragu-raguan dan kekhawatiran beberapa orang prajurit mulai unjuk ke permukaan.

Gerakan sang bocah bertopeng sekarang mulai terlihat. Serangan-serangannya yang sepertinya tak terencana sudah mulai membahayakan karena menyasar ke bagian-bagian penting tubuh sang Pangeran. Walau Pangeran Pekik belum terlihat kepayahan, pertarungan ini terlalu lama bagi sebuah pertempuran besar, dimana kemenangan sudah di tangan pasukan Surabaya dan Mataram. Ini seakan berkebalikan dengan apa yang dikatangan Pangeran Pekik sendiri karena ia sendiri lah yang menghabiskan waktu berlama-lama dengan seorang bocah yang tersisa. Sayangnya memang pertarungan satu lawan satu ini belum memiliki akhir yang pasti.

Tiba-tiba SLEP!

Sebuah anak panah melesat menancap tepat di bahu kanan Jayaseta. Kuda-kuda dan serangannya seketika berantakan ketika rasa sakit menyeruak. Lucunya, Pangeran Pekik tak tahu bahwa ada sebatang anak panah menacap di bahu kanan sang lawan. Demi melihat pertahanan lawan yang terbuka dan gerak yang kedodoran Pengeran Pekik melihat ruang terbuka dalam pertahanan Jayaseta dan tanpa membuang kesempatan ini merangsek maju secepat kilat dan langsung menusukkan tombak Kyai Plered ke dada kiri Jayaseta.

Bilah tombak menembus miring sampai ke punggung Jayaseta melewati ruas-ruas tulang iganya, hampir mengenai jantung. Kedua pedang Jayaseta terlepas dari tangannya.

Kepuasan yang sempat muncul di wajah sang Pengeran pudar ketika melihat anak panah menancap di bahu lawannya. Dengan secepat kilat langsung mencabut tombaknya dan melihat pemuda bertopeng itu jatuh berdemum ke bumi dan darah menyembur dari luka tusukannya.

“Siapa yang berani kurang ajar mengganggu pertarunganku?!” teriak sang Pangeran dengan geramnya, “siapa si dungu itu?!” tambahnya sembari memandang berkeliling dengan mata berkilat murka. Harga diri sang Pangeran terusik karena seseorang dengan lancang meremehkan kemampuan tarungnya dan mengganggu jalannya pertandingan satu lawan satu tersebut.

Ratu Pandhansari yang juga terkaget dengan kejadian ini dan juga langsung melihat sekeliling mencari prajurit yang berani-beraninya bertindak tanpa perintah darinya ataupun Pangeran Pekik. Sang pemanah sendiri kini didapati berdiri sendiri dengan bingung sedangkan prajurit lain menjauh darinya. Bila dilihat dengan seksama, sang prajurit pemanah jelas adalah seorang pemanah mumpuni. Ia sanggup membidik Jayaseta dan mengenai bahunya ketika Jayaseta sedang bergerak-gerak dengan lincah. Sayang, apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya sehingga berani bertindak sendiri, dengan lancang pula.

“Jatuhkan busurmu, prajurit!” perintah sang Srikandi sembari berjalan cepat ke arah prajurit tersebut.

Tersadar akan perbuatannya dan mengetahui apa yang akan terjadi, menghadapi kemurkaan sang Ratu, si prajurit pemanah ini kemudian melepaskan busurnya begitu saja dan hendak menyembah, “Ampun Ratu ….”

Belum sempat kata-katanya selasai dan tubuhnya berlutut ke tanah, sang Ratu sudah menghajar dagunya dengan gagang bedil. Sang prajurit mendongak karena hantaman yang keras. Tidak sampai disitu, ketika sang prajurit terdongak sang Ratu kemudian dengan cepat menyodok dadanya dengan ujung senapan sehingga tubuh sang prajurit jatuh ke bumi dengan keadaan terbaring dan tak sadarkan diri. Sebuah pelajaran yang berharga bagi prajurit lain yang kemudian menunduk melihat peristiwa ini.

Melihat sang pelaku mendapatkan ganjaran dari garwanya, amarah Pangeran Pekik pun teredam. Ia kemudian menatap sosok yang terbaring lemah di hadapannya. Ia membungkuk, membuka topeng Panji yang dikenakan sang sosok. Terkejut kerena benarlah adanya bahwa lawannya tadi hanyalah seorang remaja belia. Usianya mungkin tak lebih dari lima belas tahun, masih di bawah rata-rata usia para prajuritnya yang berusia awal dua puluh sampai tiga puluhan.

Sang Pangeran berdiri, menarik nafas dan memberikan perintah pada prajuritnya, “Kita kembali ke Mataram. Giri sudah kita taklukkan, tapi berikan pemakaman yang layak bagi orang-orang yang sudah bertempur dengan luar biasa, terutama anak yang hebat ini. Mungkin yang kalian bunuh salah satunya adalah kerabatnya, mungkin pula ayahnya. Itu sebabnya ia bertempur dengan semangat besar dan membara.”

Setelah memberikan perintah, Pangeran Pekik meninggalkan medan peperangan itu dengan langkah tegapnya diikuti sang Ratu, pengawal dengan bedil atau senapan lontak mereka dan beberapa pasukan lainnya. Sisanya tinggal untuk melaksanakan titah sang pemimpin.

Terpopuler

Comments

y@y@

y@y@

🔥👍🏻👍🏿👍🏻🔥

2022-11-26

2

y@y@

y@y@

🔥👍🏾👍🏼👍🏾🔥

2022-11-26

2

𝓚ˢᵍⁿMahes 1 😘

𝓚ˢᵍⁿMahes 1 😘

semakin seru nih 🤭🤭🤭🤭🤭

2022-10-27

2

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!