Si Lebah Siluman

Si Lebah Siluman berpikir bahwa dua pasangan dengan senjata kelewang anak buahnya akan menyerangnya. Maka ia sudah siap dengan apapun yang terjadi. Tidak sulit untuk melumpuhkan mereka berdua. Bukankah kemampuan ia menundukkan para perampok ini yang membuatnya diangkat menjadi ketua gerombolan begundal tersebut?

Malang bagi pikiran si Lebah Siluman tersebut. Rupanya Jayaseta yang berada di rerumputan dan semak perdu yang paham apa yang terjadi sebenarnya. Kedua pasang perampok berkelewang tersebut bukannya ingin menyerang ketua mereka, toh mereka pasti sadar takkan ada gunanya melawan si jawara. Sebaliknya, satu perampok menghadang si Lebah Siluman membuat keadaan seakan-akan akan menyerang, sedangkan satu rekannya lagi mengangkat kelewang tinggi-tinggi dan siap melesakkannya ke dalam tengkorak perempuan muda nan cantik tersebut.

Ya, ia memutuskan akan membunuh harta termahal namun sumber keributan tersebut. Mereka begitu keji! Hal ini juga yang membuat darah di kepala Jayaseta berdesir kencang karena amarah.

Jayaseta yang memiliki tiga buah cakram dengan ukuran yang berbeda yang ia letakkan di gelungan rambut di puncak kepalanya ingat bahwa Kakek Keling pernah menjelaskan padanya bahwa senjata cakram dari tanah Hindustan pada dasarnya adalah senjata lempar yang kerap digunakan oleh kaum Sikh. Senjata cakram ini memiliki beragam ukuran. Dari yang seukuran gelang-gelang yang diletakkan di lengan sang pengguna, atau ukuran yang lebih besar yang di letakkan di topi atau surban panjang mereka, sampai ukuran terbesar yang dikalungkan.

Cakram-cakram ini digunakan oleh pasukan Sikh dengan cara dilemparkan mendatar. Untuk cakram yang lebih kecil dilemparkan dengan cara diputarkan di jari telunjuk dan dilepaskan ke arah musuh. Bisa juga dengan menjepit dengan jari dan melemparkannya dengan cara yang biasa.

Ia tahu melempar cakram secara sembunyi-sembunyi bukan cara kesatria, namun ia terpaksa membokong para gerombolan tersebut, toh para perampok tidak pernah berbuat adil. Mereka mengeroyok dan menggunakan semua cara untuk mengalahkan lawan dan merebut harta benda korban. Belum lagi tindakan keji pasangan perampok berkelewang yang bila dibiarkan akan memutus satu nyawa lagi orang yang tidak bersalah.

Keputusan itu segera ia ambil. Sebuah cakram ia lepaskan setelah ia putar dengan jari telunjuknya. Cakram berdesing di udara dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa memapras pergelangan kaki sang pemegang kelewang yang akan membacok sang gadis. Serangan itu memutuskan telapak kaki dari betisnya. Jeritan tertahan yang memilukan mencuat, disusul satu teriakan lagi ketika satu cakram kembali berdesing dan memutus pergelangan tangan perampok satunya yang memegang kelewang. Bilah kelewang tersebut jatuh menancap di tanah. Kedua pasangan roboh karena kehilangan keseimbangan dan rasa sakit yang tak terperi.

Jayaseta tiba-tiba menyeruak dari rerumputan berlari menyerang, melenting ke udara dan menghujam ke arah para perampok. Jurus Tinju Besi dengan disertai tenaga dalam dihantamkan membuat satu perampok terpental menghantam gerobak dan menghancurkan beberapa bagian papan. Perampok yang terpental ini adalah salah satu dari tiga perampok bergolok. Mulutnya mengeluarkan darah dan goloknya jatuh ke tanah. Ia sendiri menggelosor jatuh terduduk. Demi melihat hal ini, kedua rekannya kaget bukan kepalang. Dalam waktu kurang dari setarikan nafas saja mereka melihat dua bagian tubuh terpotong dan teman mereka terluka parah.

Sekarang yang berdiri di hadapan mereka adalah sang pembokong yang memiliki ciri-ciri aneh bin ajaib. Ia mengenakan sebuah topeng ganongan berwarna merah menyala dengan hidung panjang, kedua mata lebar melotot dan rambut singa menutupi sisa bagian kepalanya. Kaget karena dibokong bercampur dengan rasa sakit hati membuat amarah kedua perampok bergolok bergolak. Siapa orang ini yang dengan penampilan aneh berani-beraninya cari mati?

Pertanyaan mereka dalam hati tersebut dijawab dengan serangan mendadak Jayaseta dengan jurus Tapak Sakti Buddha yang dialiri tenaga dalam diarahkan kepada dada kedua perampok. Tidak mau keadaan serupa yang menimpa rekan mereka terjadi, kedua pasang jawara golok tersebut berguling menghindar. Pukulan Tapak Buddha Jayaseta memukul udara kosong. Melihat serangan sang sosok bertopeng tersebut tidak membuahkan hasil, kedua jawara golok merasakan mereka mendapatkan angin untuk menyerbu dengan kedua golok mereka secara bersamaan. Satu mengarah ke kepala, satu mengarah ke bagian dada Jayaseta.

TRANG! TRING!

Entah kapan si sosok bertopeng sudah memegang simitar di tangan kanannya. Simitar itulah yang ia gunakan untuk menangkis dua serangan golok para perampok menciptakan percikan api karena benturan kedua bilah tosan tersebut. Benturan ini membuat tangan kedua perampok kesemutan. Sadar lah sekarang mereka bahwa orang aneh yang mereka hadapi ini bukan orang sembarangan.

Jayaseta sendiri merasakan simitar di tangan kanannya yang sangat mirip dengan pedang shamsir sang kakek. Tadi dengan secepat kilat setelah melepaskan Tapak Buddha, ia memungut simitar sang saudagar Arab di tanah untuk ia gunakan melawan kedua perampok tersebut.

Jayaseta langsung kembali bergerak dengan cepat menyasar kedua perampok bergolok yang mengangkat kedua golok mereka menerima serangan Jayaseta.

TRANG! TRING! TRANG! TRING!

Kurang dari sepuluh sabetan membuat satu golok putung. Jayaseta bertubi-tubi menyerang kedua perampok secara bergantian. Mau tak mau mereka pun terpaksa harus membela diri dengan menangkisi serangan pedang simitar tersebut. Namun karena benturan terus-menerus yang terjadi salah satu golok tak kuat menahan gempuran pedang simitar.

Ini bukan berarti pedang simitar itu sendiri lebih kuat, karena bersamaan dengan patahnya golok lawan pedang melengkung itu pun patah di bagian ujungnya. Patahan ujung Simitar menancap dalam di dada perampok yang goloknya patah tadi. Ia pun jatuh berdebum tanpa nyawa. Rekannya sudah tak sempat menunjukkan rasa kaget atau amarah karena Jayaseta menangkap lengannya yang memegang golok, memuntirnya dan menggunakan golok tersebut untuk menancapkan lambung sang empunya senjata sehingga membuatnya menyusul rekannya ke alam baka. Akhirnya dua perampok meregang nyawa.

Jayaseta memutarkan kepalanya menghadap si Lebah Siluman.

Pemandangan atas kejadian yang begitu cepat ini mengagetkan semua pihak. Tidak hanya yang diserang, namun juga sang saudagar yang terluka parah, sang gadis yang begitu terpukul juga terkaget-kaget dan bengong, belum lagi si Lebah Siluman yang berdiri seakan tak percaya.

Tubuh dan mayat bergelimpangan. Para pengawal saudagar yang tewas, dua perampok yang sedari tadi masih tak sadarkan diri, satu orang terluka parah juga tak sadarkan diri di dekat gerobak, dua perampok lain yang menggeliat-geliat kesakitan dan kehabisan darah dari luka potong di tangan dan kakinya, serta dua tubuh perampok yang baru saja menjadi mayat menutupi jalan yang dilewati gerobak dan kereta kuda tersebut.

Semula Lebah Siluman terkaget-kaget dengan kemunculan si penyerang bertopeng ini, terutama karena hanya sebentar saja anak buhanya sudah kocar-kacir. Dua orang anak buahnya mati, tiga orang lainnya tak jelas juntrungannya. Entah sekarat, entah sudah mati pula sekarang menyusul rekan-rekannya yang lain. Begal dan begundal biasa mungkin sudah kecepirit lari tunggang langgang kurang lebih serupa dengan yang dilakukan para pengawal sang saudagar.

Tidak bagi si Lebah Siluman. Dengan cara yang aneh ia tersenyum dan kemudian perlahan terkekeh. Ada kilatan di matanya yang Jayaseta cukup kenal. Kilat ini ada di mata si gila berpedang panjang yang Jayaseta hajar tempo hari karena menyerang para petani. Kilat itu ada di mata setiap pendekar dan jawara ketika menemukan pendekar dan jawara lain yang mereka anggap pantas untuk dihadapi dan dijajal ilmunya.

Si Lebah Siluman berdiri dengan angkuh. Matanya semakin menyala-nyala. Keris dengan hulu indah yang semula disarungkan sekarang sudah terhunus. Sekejap saja Jayaseta berusaha menakar kemampuan silat sang musuh. Keris yang ia gunakan adalah jenis keris dari pulau Bali yang tidak seperti kebanyakan keris-keris Jawa yang pendek dan ringkas, tosan aji ini begitu panjang, mungkin sepanjang golok atau sebuah pedang pendek. Lengkungannya begitu tegas dan lempengan tosannya terlihat tebal. Tak heran ia dijuluki si Lebah Siluman karena menurut hemat Jayaseta si Lebah Siluman pastilah memiliki jurus-jurus silat menusuk yang sangat cepat dengan keris tersebut, seperti sengat seekor lebah.

“Jadi … kaulah yang mereka sebut Pendekar Topeng Seribu?” suara parau namun tetap bernada angkuh si Lebah Siluman sontak mengagetkan Jayaseta. Ia tidak menyangka bahwa gelar yang disematkan orang-orang kepadanya menyebar begitu cepatnya ke seantero dunia persilatan tanah Jawa ini. Bahkan Jayaseta mendapatkan sedikit perasaan bangga yang aneh ketika tahu bahwa namanya ternyata juga dikenal oleh si Lebah Siluman yang namanya sudah dahulu dikenal di jagad persilatan.

“Ha ha ha … sayang sekali aku tidak dapat melihat wajahmu, padahal ini adalah hari keberuntunganku. Mereka mengatakan bahwa Pendekar Topeng Seribu adalah seorang jawara silat baru yang pilih tanding. Aku baru sadar bahwa aku memang sedang berhadapan dengan pendekar ini ketika melihat gaya silatmu yang aneh, tentu saja sekaligus topengmu yang tak kalah aneh,” si Lebah Siluman berbicara panjang lebar.

“Hari ini adalah benar-benar hari keberuntunganku, karena setelah kau ****** di tanganku, namaku akan semakin digentari di rimba persilatan tanah Jawa ini, ha ha ha …”

Kegirangan aneh si Lebah Siluman ini sangat dimaklumi mengingat bagaimanapun ia adalah seorang pendekar sakti yang juga memiliki nama di jagad persilatan tanah Jawa. Walau ia lebih dikenal sebagai seorang perampok, bukan tanpa sebab ia sangat ditakuti oleh banyak orang. Ilmu kanuragan dan jurus-jurus mematikannya adalah bekal utama namanya yang mahsyur tersebut.

Jayaseta sudah mempersiapkan dirinya untuk pertandingan satu lawan satu terakhirnya. Suka tidak suka ini harus segera ia hadapi dan selesaikan karena sudah terlalu banyak nyawa melayang hari ini. Sang gadis anak saudagar itu pun harus dilindungi, malah bisa dikatakan tindakan asusila dan semena-mena para perampok terhadap sang gadis itulah alasan utama Jayaseta ikut campur dalam permainan hidup dan mati ini.

Saat itulah Jayaseta mendengar suara sang gadis dengan lirih dengan sedu sedan yang tertahan, “Kisanak,” panggilnya, “Ayahku memintamu menggunakan keris ini.”

Jayaseta baru sadar bahwa sekarang sang gadis sudah berada di sisi ayahnya sang saudagar Arab yang sedang sekarat. Ia menggenggam sebilah keris yang dari tadi memang digenggam erat oleh si saudagar. Rupa-rupanya sang ayah walau dalam keadaan terluka parah demi mendapatkan angin dan setitik harapan, segera mendukung si sosok bertopeng tersebut.

Sepak terjangnya yang sekejap saja mampu menghabisi para perampok jelas merupakan bukti nyata pendekar golongan putih yang juga pernah ia dengar desas-desusnya dengan julukan Pendekar Topeng Seribu. Pedang simitarnya sudah digunakan sang pendekar dan patah hingga tidak mungkin digunakan lagi. Tinggal keris lah yang ia miliki. Oleh sebab itu ketika sang anak perempuan mendekati dan mencari tahu keadaannya, sang saudagar dengan nafas tersendat-sendat segera memintanya untuk memberikan kerisnya sebagai senjata sang sosok pahlawan.

Jayaseta dibalik topengnya memandang sang dara jelita yang memberikan keris tersebut serta ayahnya, sang saudagar Arab yang terbaring di pangkuan anak gadisnya menunggu ajal. Tak terbayangkan perasaan macam apa yang berkecamuk di hati sang anak melihat sang ayah tak berkutik dan penuh bermandi darah. Demi mereka berdua, ia harus menyelesaikan pertarungan ini secepatnya.

“Baiklah, cukup pertunjukan sandiwara menyedikan ini!” ujar si Lebah Siluman. “Keris dan keris. Luar biasa. Kita lihat seberapa kemampuanmu dengan senjata itu. Aku sudah lebih dahulu mendapatkan julukan yang sesuai dengan kemampuan silatku yang istimewa dalam memainkan keris. Jadi harusnya kau jauh lebih baik dariku bila ingin menggantikan julukanku …”

Pidato panjang sang ketua kawanan perampok ini terputus. Jayaseta tidak mau menunggu berlama-lama lagi langsung menerjang dan menghujamkan keris ke arah dada si Lebah Siluman.

“Setan, kurang ajar, bedebah!” sumpah serapah si Lebah Siluman menyeruak ke udara sehabis ia berguling mundur ke belakang menghindari serangan Jayaseta yang tiba-tiba itu.

“Apa ini yang kau namakan tindakan ksatria heh wahai pendekar aliran putih? Harusnya kau … “

Kedua kalinya si Lebah Siluman harus mundur sampai tiga langkah jauhnya mengelak dari tusukan keris Jayaseta. Ini membuatnya sangat gusar. Sebagai begundal saja ia memiliki syarat-syarat dalam tindakan-tindakannya, tapi ini seorang pendekar aneh yang tak diketahui asal-usulnya namun dikenal membela orang-orang lemah itu malah membuatnya merasa ditipu dan dikadali.

Si Lebah Siluman menggeram. Cukup sudah pikirnya, “Orang tak tahu diuntung! Mau meliciki ketua perampok semacam aku ini ini heh?! “Hiyaaa … hiyaaa … kita lihat seberapa mampu kau menghindari jurus Sengat Pencabut Nyawa ku. Hiyaaaaa ….!!” Si Lebah Siluman menghambur maju membalas serangan tiba-tiba Jayaseta si Pendekar Topeng Seribu tersebut.

Takaran Jayaseta tepat, serangan si Lebah Siluman memang selalu menusuk namun dengan kecepatan dan tenaga yang luar biasa. Dalam satu gebrakan saja, ia telah melepaskan beberapa tusukan sekaligus yang diarahkan ke dada, leher dan kepala Jayaseta. Ketiganya berhasil Jayaseta hindari dengan berguling-guling dan berjumpalitan saking cepat dan berbahayanya, apalagi keris yang digunakan memiliki panjang yang cukup untuk serangan jarak jauh.

Jurus si Lebah Siluman yang bernama Sengat Pencabut Nyawa ini sepertinya sesuai dengan namanya yang menderu-deru bagai seekor lebah. Ia bahkan emakin mempercepat tusukan demi tusukannya. Sudah hampir lima tusukan susulan yang dihindari Jayaseta dengan cukup bersusah payah. Ini membuat Jayaseta sadar ia tak mungkin terus-terusan menghindar.

Ia terus mencari celah sambil berguling dan berkelit dengan lincah. Ia harus berhasil menemukan kesempatan untuk menyerang karena memang bukan perkara mudah bisa membalas menyerang apalagi menusukkan kerisnya ke arah musuh yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi ini. Namun begitu, Jayaseta jelas bukan sembarang pendekar muda.

Jayaseta menyepak kaki si Lebah Siluman.

Sepakan ini dilakukan karena jarak mereka terlalu jauh bagi Jayaseta untuk ngeyel menusukkan kerisnya, terutama menghadapi keris panjang dan serangan cepat sang musuh. Walau sepakan itu bukanlah sepakan yang cukup berbahaya, akibatnya cukup mengagetkan karena kuda-kuda Si Lebah Siluman oleng dan saatnya pula Jayaseta mendapatkan celah untuk melakukan balasan serangan. Jurus Tapak Buddha yang telah digubah oleh suku Hui di daratan Tiongkok dengan tambahan tenaga dalam yang dialirkan ke telapak tangan kiri Jayaseta berhasil mendarat ke dada Si Lebah Siluman.

BUG!

Si Lebah Siluman merasakan tubuhnya terdorong beberapa langkah ke belakang. Berhubung si Lebah Siluman bukanlah orang biasa, ia segera tahu bahwa serangan Jayaseta pasti lah memiliki tenaga dahsyat yang bisa saja meremukkan tulang dadanya seperti yang ia lihat pada salah satu anak buahnya yang masih terkapar hingga saat ini. Karena itu ia dengan cermat berhasil menyilangkan keris panjangnya ke dada sehingga badan bilah logam itu menahan tenaga dalam Jayaseta sehingga tidak langsung menyentuh dadanya. Dengan sigap dan tanpa kehilangan kendali Si Lebah Siluman menolakkan kakinya ke tanah sehingga tubuhnya meluncur deras bagai ***** pistol Walanda menuju Jayaseta dengan keris terhunus menusuk.

Menghadapi serangan ini dengan kecepatan dan kegesitan yang luar biasa Jayaseta berkelit dan dan memutar sedikit tubuhnya serta menancapkan serta mencabutnya dengan cepat ke pinggang sang musuh.

“Bedebah! Aku akan benar-benar menghabisimu, setan alas!” maki si Lebah Siluman sambil merasakan darah mengucur dari pinggangnya.

Suara makian parau Si Lebah Siluman itu langsung diikuti dengan serangan tusukan yang membabi-buta. Keris panjang itu sekarang tidak hanya digunakan untuk menusuk namun juga membabat. Semua bagian tubuh Jayaseta dijadikan sasaran. Dari dada, ulu hati, leher dan kepala harus Jayaseta lindungi. Ia menghindar berputar-putar bagai orang yang tidak memiliki ilmu silat.

Namun gerakan aneh ini sebenarnya sangat berhasil dalam menghadapi serangan-serangan lawan yang mematikan. Lambat laun selain dikenal sebagai Pendekar Topeng Seribu, Jayaseta juga akan dikenal dengan gerakan anehnya ini yaitu Jurus Tanpa Jurus.

“Aaaaghhh!” Teriakan kesakitan tak dapat dihindari dari mulut si Lebah. Keris panjangnya jatuh ke tanah dan menancap di sana. Jayaseta berhasil membingungkan dan membuat kesal si Lebah Siluman dengan jurusnya yang sulit dimengerti itu. Itulah sebabmya Jayaseta kembali berhasil menusukkan kerisnya ke lambung kiri sang lawan. Rasa sakit ini tak terperi. Dengan luka yang parah, wajah sang ketua perampok memerah. Namun tak lama ia tertawa.

“Ha ha ha ha … uhuk … uhuk. Nampaknya nas … nasibku jatuh ditangan pendekar aneh ini. Terimakasih atas … atas … uhuk … pertarungan luar bia … “ lagi-lagi ucapan si Lebah Siluman terpotong. Matanya membeliak liar ketika Jayaseta menusukkan kerisnya melalui bawah tulang iga dan menembus jantungnya.

BLAR!!!

Tidak sampai disitu, jurus gabungan Bogem Watu Langit dan Tinju Delapan Penjuru Angin dilepaskan dengan tangan kirinya ke arah dada si Lebah Siluman. Tubuh Si Lebah Siluman terlontar jauh dan menghantam pohon nangka tempat tadinya ia mengaso melihat kawanannya bertindak. Akibatnya luar biasa, bahkan pohon nangka tersebut berderak patah karena ditabrak benda yang terlempar dengan keras. Tentu saja, tubuh si Lebah Siluman juga tidak bisa tertolong lagi.

Selain tiga tusukan mematikan di tubuhnya, hantaman Jayaseta ke dada si Lebah berhasil meremukkan tulang-tulangnya, sedangkan tulang punggung si Lebah juga remuk akibat menghantam pohon nangka tersebut. Si Lebah Siluman tewas terduduk dengan darah segar keluar dari mulutnya, matanya melotot namun sudah tanpa kesadaran sama sekali. Hampir semua tulang di tubuhnya remuk dan pecahannya menyebar dan menusuk di dalam tubuh, di setiap bagian daging si Lebah.

Si Lebah Siluman tewas mengenaskan di tangan Jayaseta, Pendekar Topeng Seribu yang namanya baru saja menanjak. Sesosok pendekar pilih tanding, tanpa banyak cakap, tak diketahui asal usul bahkan gaya bertarungnya yang merupakan rahasia besar. Dengan topeng anehnya, Jayaseta seperti berubah menjadi orang lain.

Setiap keputusan yang ia ambil sangat mengejutkan. Membunuh lawan bukan perkara sulit. Keputusannya tidak perlu melalui pertimbangan yang rumit dan nyeleneh. Mengerikan juga kadang melihat para penjahat harus mati di tangannya dengan cara yang mengenaskan. Apakah kematian tersebut pantas bagi para penjahat tersebut? Bukan saatnya Jayaseta membahas itu lagi. Mungkin ada sesosok mahluk berbentuk raksasa yang dapat memutuskan tindakan apa yang tepat ketika ia sedang menghadapi musuh.

Terpopuler

Comments

𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️

𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️

wah perampok yg penuh aturan nampaknya

2023-04-02

0

akp

akp

pertarungannya sepintas mirip adegan silat modern sekarang, dan itu sangat bisa diterima logika.
tapi untuk menambah ketertarikan bumbui sedikit napa thor, pukulan atau tendangan yang bisa menghancurkan sebongkah batu menjadi debu biar tambah hebat gitu 😆

2022-05-26

2

Ronggolawe

Ronggolawe

baru sempet komen,cerita yg luar biasa apik thor. terima kasih

2022-04-21

2

lihat semua
Episodes
1 Nio Hongko
2 Nio Kongsing
3 Pendekar Bertopeng Panji
4 Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5 Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6 Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7 Wejangan
8 Perjalanan ke Mataram
9 Perampokan Seorang Saudagar Arab
10 Si Lebah Siluman
11 Almira
12 Mataram di Mata Jayaseta
13 Kedai Makan
14 Di Atas Kapal
15 Pertarungan
16 Kali Bisaya
17 Sang Pemimpin
18 Jarum Bumi Neraka
19 Pratiwi
20 Kesultanan Banten
21 Jalan Setapak
22 Sarti
23 Lima Iblis Pencium Darah
24 Betawi
25 Budak
26 Pisau Terbang Penari
27 Rajah Garuda Sentanu
28 Serdadu
29 Bandar Niaga
30 Pertarungan di Tanah Merah
31 Rapier & Saber
32 Selipan
33 Badranaya
34 Katana
35 Dua Benteng Pertahanan
36 Jigen
37 Ceruk
38 Bubuk Api
39 Lembing
40 Trisula
41 Sundang Majapahit
42 Jemparing
43 Gandhewa Pamenthaning Cipta
44 Di Grassi
45 Candrasa
46 Lamina
47 Tameng
48 Meester
49 Usadha
50 Zhen Jiu
51 Jalir
52 Caping
53 Sang Kudi Langit
54 Semarang
55 Bangkui Sakti
56 Jung
57 Topeng Ireng Lokajaya
58 Bajak Laut
59 Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60 Kulao Bassi
61 Silat Sepapan
62 Rujakpala
63 Si Gelembung Lotong
64 Jurus Badai di Tengah Samudra
65 Perlawanan
66 Tupas
67 Caluk
68 Topeng Buta Merah
69 Sang Penyair Baka
70 Wedhung
71 Lau Siufan
72 Pemabuk
73 Sàam Kûn-thâu
74 Bumi Sukadana
75 Kedai
76 Nukilan
77 Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78 Cindai
79 Silat Gayong
80 Dara Cempaka
81 Hulubalang
82 Kasmaran
83 Silat Pattani
84 Pendekar Paripurna
85 Sirih
86 Arak
87 Wadon
88 Mensa dan Jogo do Pau
89 Obor
90 Rajah Kembang Kenanga
91 Sahabat
92 Kesabaran
93 Pengayau
94 Orang Darat
95 Bunga Terung
96 Damek
97 Kinyah
98 Sanaman Mantikei
99 Antang Menukik
100 Pendekar
101 Asap
102 Tenaga Dalam
103 Lumpur
104 Air Mata
105 Perwira
106 Dim Mak
107 Dipan
108 Pendekar Harimau Muda Kudangan
109 Naibor
110 Jajal Ilmu Kanuragan
111 Silek Harimau
112 Sarung
113 Marabahaya
114 Kepala
115 Bangkui Sakti Memecah Buah
116 Agukng
117 Do Terbang
118 Krontjong
119 Adat
120 Yulgok
121 Sembuh
122 Janji
123 Nan Sarunai
124 Man Da U
125 Ma Ying
126 Pola
127 Jipen Kumang
128 Bumi Kenyalang
129 Jukung
130 Muyejebo
131 Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132 Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133 Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134 Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135 Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136 Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137 Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138 Tawur
139 Pedang Pekir
140 Latok
141 Jarum
142 Ilmu Sihir
143 Merlin
144 Cuca Bangkai
145 Tali Jerami dan Akar Tanaman
146 Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147 Khun Wanchay Na Ayutthaya
148 Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149 Sabba
150 Pengait
151 Buntung
152 Kesultanan Johor-Riau
153 Tersohor
154 Fong Pak Laoya
155 Hio
156 Hulubalang Harimau Laut
157 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159 Sempalan
160 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166 Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167 Kocar-Kacir
168 Jala Jangkung
169 Mata Uang Emas
170 Peudeung
171 Jurus Berpasangan
172 Mossak Toba
173 Lasara
174 Lempengan
175 Pisau Tiuk
176 Tombak Dapur Brongsong Pengait
177 Tusukan Kilat Pelebur
178 Para Penembak
179 Kapal Dagang Melayu
180 Fortaleza de Malaca
181 Gerbang
182 Tempat Arak dari Bambu
183 Colhona
184 Warangan
185 Tujuh
186 Melarikan Diri
187 Mulut Pelabuhan
188 Labbiri
189 Empat Harimau Gayong Melayu
190 Sang Harimau Kedah
191 Sang Harimau Terengganu
192 Sang Harimau Kelantan
193 Desas-Desus
194 Sang Harimau Pattani
195 Dua Utas Tali Jerami
196 Silat Tomoi
197 Pelajaran Pertama - Burung Api
198 Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199 Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200 Pelajaran Keempat - Terpancing
201 Topeng Penthul Tembem
202 Terikat
203 Paruh Baya
204 Dewa Langkah Tiga
205 Jati Diri
206 Keyakinan
207 Terlontar
208 Tiga
209 Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210 Lethwei Thaing
211 Keris Berhulu Anak Ayam
212 Padang Rumput
213 Putus Terpenggal
214 Topeng Iblis Khon
215 Daab
216 Gumunan, Kagetan
217 Krabi Krabong
218 Ayodya
219 Cahaya Bulan
220 Memanen Nyawa Musuh
221 Kotak Kayu
222 Phi Ying Praphet Song
223 Semilir
224 Arthit si Muay Paak Klang
225 Muun Met Mat
226 Amin
227 Pangkal Ibu Jari
228 Tawaran
229 Biksu
230 Kitiran
231 Ringkikan Kuda
232 Ngao
233 Ruang Sempit
234 Dunia Baru
235 Harga Diri
236 Sosok yang Sangat Mengerikan
237 Membaca Gerakan Lawan
238 Lancaran Melayu
239 Kekang Kuda
240 Perompak Đại Việt
241 Perahu-Perahu
242 Logam-Logam Pengait
243 Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244 Buritan
245 Bagian Tengah Kapal
246 Beringas
247 Tiga Kapal Pedagang
248 Sabetan Panjang
249 Annam
250 Menerkam Dalam Diam
251 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258 Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260 Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262 Kejayaan dan Kepuasan
263 Cuilan
264 Jaka Lelana
265 Mulut Terbuka Menganga
266 Menahan Laju Tunjaman
267 Lembing Bambu Runcing
268 Mengirimkan Rasa Takut
269 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270 Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271 Apa Mau Dikata
272 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273 Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277 Thai
278 Lâm
279 Tertambat
280 Karat Darah
281 Berdarah Murni
282 Mendengar Langkah Musuh
283 Ancaman Nyata
284 Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285 Sosok Gelap
286 Lempengan
287 Pelempar
288 Sinar Jingga
289 Mandala
290 Perintah
291 Racun
292 Ledakan
293 Pengecut
294 Cakar
295 Ban Yipun
296 Darah
297 Tanpa Basa-Basi
298 Nakhon Si Thammarat
299 Di Tepi Sungai
300 Orang Champa
301 Harimau Siam
302 Tumbang Menjadi Mayat
303 Lebam Membiru dan Menghitam
304 Patah
305 Sekarat
306 Bokator
307 Pelataran
308 Orang Asing
309 Sudiamara
310 Timur
311 Berita
312 Kesanga
313 Rencana
314 Tengger
315 Korban Pertama
316 Cemeti
317 Kuda
318 Payung Pertahanan
319 Harimau Putih Menggasak Bumi
320 Murka
321 Seutas Tali
322 Saka Guru
323 Cabai
324 Sake
325 Rua Mat
326 Garis Nasib yang Serupa
327 Penjelasan
328 Kemungkinan Selalu Ada
329 Lengan Menyilang
330 Jauh dari Kata Selesai
331 Perhatian Besar
332 Merembes
333 Arquebus
334 Membungkuk Siap Terlontar
335 Rencana dan Keinginan yang Gila
336 Memotong Dari Atas ke Bawah
337 Naginatajutsu
338 Tiga Dewa Kematian
339 Mementingkan Kepentingan Sendiri
Episodes

Updated 339 Episodes

1
Nio Hongko
2
Nio Kongsing
3
Pendekar Bertopeng Panji
4
Tombak Pusaka Kanjeng Kyai Ageng Plered
5
Kakek Keling dan Rajah Nagataksaka
6
Tendangan Guntur dari Selatan dan Jurus Tanpa Jurus
7
Wejangan
8
Perjalanan ke Mataram
9
Perampokan Seorang Saudagar Arab
10
Si Lebah Siluman
11
Almira
12
Mataram di Mata Jayaseta
13
Kedai Makan
14
Di Atas Kapal
15
Pertarungan
16
Kali Bisaya
17
Sang Pemimpin
18
Jarum Bumi Neraka
19
Pratiwi
20
Kesultanan Banten
21
Jalan Setapak
22
Sarti
23
Lima Iblis Pencium Darah
24
Betawi
25
Budak
26
Pisau Terbang Penari
27
Rajah Garuda Sentanu
28
Serdadu
29
Bandar Niaga
30
Pertarungan di Tanah Merah
31
Rapier & Saber
32
Selipan
33
Badranaya
34
Katana
35
Dua Benteng Pertahanan
36
Jigen
37
Ceruk
38
Bubuk Api
39
Lembing
40
Trisula
41
Sundang Majapahit
42
Jemparing
43
Gandhewa Pamenthaning Cipta
44
Di Grassi
45
Candrasa
46
Lamina
47
Tameng
48
Meester
49
Usadha
50
Zhen Jiu
51
Jalir
52
Caping
53
Sang Kudi Langit
54
Semarang
55
Bangkui Sakti
56
Jung
57
Topeng Ireng Lokajaya
58
Bajak Laut
59
Kuda-Kuda Kaki Bersilang
60
Kulao Bassi
61
Silat Sepapan
62
Rujakpala
63
Si Gelembung Lotong
64
Jurus Badai di Tengah Samudra
65
Perlawanan
66
Tupas
67
Caluk
68
Topeng Buta Merah
69
Sang Penyair Baka
70
Wedhung
71
Lau Siufan
72
Pemabuk
73
Sàam Kûn-thâu
74
Bumi Sukadana
75
Kedai
76
Nukilan
77
Topeng Kayu Berhias Bulu Burung
78
Cindai
79
Silat Gayong
80
Dara Cempaka
81
Hulubalang
82
Kasmaran
83
Silat Pattani
84
Pendekar Paripurna
85
Sirih
86
Arak
87
Wadon
88
Mensa dan Jogo do Pau
89
Obor
90
Rajah Kembang Kenanga
91
Sahabat
92
Kesabaran
93
Pengayau
94
Orang Darat
95
Bunga Terung
96
Damek
97
Kinyah
98
Sanaman Mantikei
99
Antang Menukik
100
Pendekar
101
Asap
102
Tenaga Dalam
103
Lumpur
104
Air Mata
105
Perwira
106
Dim Mak
107
Dipan
108
Pendekar Harimau Muda Kudangan
109
Naibor
110
Jajal Ilmu Kanuragan
111
Silek Harimau
112
Sarung
113
Marabahaya
114
Kepala
115
Bangkui Sakti Memecah Buah
116
Agukng
117
Do Terbang
118
Krontjong
119
Adat
120
Yulgok
121
Sembuh
122
Janji
123
Nan Sarunai
124
Man Da U
125
Ma Ying
126
Pola
127
Jipen Kumang
128
Bumi Kenyalang
129
Jukung
130
Muyejebo
131
Pertempuran Bagian Pertama - Tameng Kayu
132
Pertempuran Bagian Kedua - Saudara
133
Pertempuran Bagian Ketiga - Kepentingan
134
Pertarungan Bagian Keempat - Roh Leluhur
135
Pertarungan Bagian Kelima - Parang Pandat
136
Pertarungan Bagian Keenam - Bedil
137
Pertarungan Bagian Ketujuh - Puting Beliung
138
Tawur
139
Pedang Pekir
140
Latok
141
Jarum
142
Ilmu Sihir
143
Merlin
144
Cuca Bangkai
145
Tali Jerami dan Akar Tanaman
146
Menang Jadi Arang, Kalah Jadi Abu
147
Khun Wanchay Na Ayutthaya
148
Tuan Muda Syaifuddin dan Putri Mayang Delima
149
Sabba
150
Pengait
151
Buntung
152
Kesultanan Johor-Riau
153
Tersohor
154
Fong Pak Laoya
155
Hio
156
Hulubalang Harimau Laut
157
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Pertama - Meriam
158
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedua - Labussa dan Makkawaru
159
Sempalan
160
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketiga - Langkah Empat
161
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keempat - Lopes Fransisco de Paula
162
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kelima - Mah Meri
163
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Keenam - Lengah
164
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Ketujuh - Terhimpit
165
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kedelapan - Gaduh dan Kisruh
166
Pertempuran Laut Dangkal Bagian Kesembilan - Berjubelan
167
Kocar-Kacir
168
Jala Jangkung
169
Mata Uang Emas
170
Peudeung
171
Jurus Berpasangan
172
Mossak Toba
173
Lasara
174
Lempengan
175
Pisau Tiuk
176
Tombak Dapur Brongsong Pengait
177
Tusukan Kilat Pelebur
178
Para Penembak
179
Kapal Dagang Melayu
180
Fortaleza de Malaca
181
Gerbang
182
Tempat Arak dari Bambu
183
Colhona
184
Warangan
185
Tujuh
186
Melarikan Diri
187
Mulut Pelabuhan
188
Labbiri
189
Empat Harimau Gayong Melayu
190
Sang Harimau Kedah
191
Sang Harimau Terengganu
192
Sang Harimau Kelantan
193
Desas-Desus
194
Sang Harimau Pattani
195
Dua Utas Tali Jerami
196
Silat Tomoi
197
Pelajaran Pertama - Burung Api
198
Pelajaran Kedua - Curi Jurus
199
Pelajaran Ketiga - Jurus Segala Bentuk
200
Pelajaran Keempat - Terpancing
201
Topeng Penthul Tembem
202
Terikat
203
Paruh Baya
204
Dewa Langkah Tiga
205
Jati Diri
206
Keyakinan
207
Terlontar
208
Tiga
209
Pucok Gunong Sang Harimau Belang
210
Lethwei Thaing
211
Keris Berhulu Anak Ayam
212
Padang Rumput
213
Putus Terpenggal
214
Topeng Iblis Khon
215
Daab
216
Gumunan, Kagetan
217
Krabi Krabong
218
Ayodya
219
Cahaya Bulan
220
Memanen Nyawa Musuh
221
Kotak Kayu
222
Phi Ying Praphet Song
223
Semilir
224
Arthit si Muay Paak Klang
225
Muun Met Mat
226
Amin
227
Pangkal Ibu Jari
228
Tawaran
229
Biksu
230
Kitiran
231
Ringkikan Kuda
232
Ngao
233
Ruang Sempit
234
Dunia Baru
235
Harga Diri
236
Sosok yang Sangat Mengerikan
237
Membaca Gerakan Lawan
238
Lancaran Melayu
239
Kekang Kuda
240
Perompak Đại Việt
241
Perahu-Perahu
242
Logam-Logam Pengait
243
Bahasa Melayu Berlogat Aneh
244
Buritan
245
Bagian Tengah Kapal
246
Beringas
247
Tiga Kapal Pedagang
248
Sabetan Panjang
249
Annam
250
Menerkam Dalam Diam
251
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Pertama: Naluri Pratiwi
252
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kedua: Yu Melaju
253
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketiga: Bertukar Senyum Samar
254
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempat: Unsur-Unsur Pedang Lentur
255
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelima: Busana yang Sedikit Berbeda
256
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenam: Mendadak Meledak
257
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuh: Periksa Nakhoda
258
Pertempuran di Sungai Bagian Kedelapan: Hitam Jahanam
259
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesembilan: Mengerang dengan Wajah Menggarang
260
Pertempuran di Sungai Bagian Kesepuluh: Berseru dan Menderu
261
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kesebelas: Berkobar Semakin Liar
262
Kejayaan dan Kepuasan
263
Cuilan
264
Jaka Lelana
265
Mulut Terbuka Menganga
266
Menahan Laju Tunjaman
267
Lembing Bambu Runcing
268
Mengirimkan Rasa Takut
269
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keduabelas: Tergeletak di Atas Geladak
270
Jurus-Jurus Bersudut Tajam
271
Apa Mau Dikata
272
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketigabelas: Bergelimpangan Akibat Pertempuran
273
Menyerang Musuh Tanpa Menyentuh
274
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keempatbelas: Terlalu Lama Mencoba
275
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Kelimabelas: Serang Semua! Bersama-Sama!
276
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Keenambelas: Mundur Dengan Teratur
277
Thai
278
Lâm
279
Tertambat
280
Karat Darah
281
Berdarah Murni
282
Mendengar Langkah Musuh
283
Ancaman Nyata
284
Pertempuran di Atas Sungai Bagian Ketujuhbelas: Nama Itu Untuk Dirimu
285
Sosok Gelap
286
Lempengan
287
Pelempar
288
Sinar Jingga
289
Mandala
290
Perintah
291
Racun
292
Ledakan
293
Pengecut
294
Cakar
295
Ban Yipun
296
Darah
297
Tanpa Basa-Basi
298
Nakhon Si Thammarat
299
Di Tepi Sungai
300
Orang Champa
301
Harimau Siam
302
Tumbang Menjadi Mayat
303
Lebam Membiru dan Menghitam
304
Patah
305
Sekarat
306
Bokator
307
Pelataran
308
Orang Asing
309
Sudiamara
310
Timur
311
Berita
312
Kesanga
313
Rencana
314
Tengger
315
Korban Pertama
316
Cemeti
317
Kuda
318
Payung Pertahanan
319
Harimau Putih Menggasak Bumi
320
Murka
321
Seutas Tali
322
Saka Guru
323
Cabai
324
Sake
325
Rua Mat
326
Garis Nasib yang Serupa
327
Penjelasan
328
Kemungkinan Selalu Ada
329
Lengan Menyilang
330
Jauh dari Kata Selesai
331
Perhatian Besar
332
Merembes
333
Arquebus
334
Membungkuk Siap Terlontar
335
Rencana dan Keinginan yang Gila
336
Memotong Dari Atas ke Bawah
337
Naginatajutsu
338
Tiga Dewa Kematian
339
Mementingkan Kepentingan Sendiri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!