Jejak Di Pasir Waktu

Jejak Di Pasir Waktu

kesalahan Naya

"Kamu gimana sih, Nay?" tanya Aiden dengan suara yang meninggi, kecewa dengan keteledor Naya sang drumer band mereka. Sebuah kesalahan yang membuat mereka didiskualifikasi dari kompetisi musik yang sudah lama mereka dambakan kemenangannya.

"kacau... Kacau... Kacauu" ujar Liam mengacak - acak rambutnya frustasi dengan pengumuman yang digaungkan Pembawa acara dari atas panggung. Pria remaja yang berjalan mondar mandir berusaha tetap menguasai kewarasan dalam dirinya.

Naya tertunduk lemas, merasakan beban kesalahan itu menindih hatinya seberat timbunan batu. Air mata yang tadinya ia tahan agar tidak terjatuh, kini semakin mengembun dipelupuk matanya. Dengan jemari yang saling bertautan dia berusaha membuka mulutnya, berusaha mengucapkan kata maaf karena telah mengecewakan teman-temannya. Perempuan yang setiap harinya terlihat kuat dan tegar kini hanya bisa tertunduk tanpa berani mengangkat kepalanya. pandangannya hanya tertuju pada sepatu yang dia kenakan, tidak berani melihat kegusaran dan kekecewaan dalam pandangan teman-temannya. Impian mereka untuk memperkenalkan band serta kemampuan mereka sirna begitu saja, semua usaha serta kemenangan-kemenangan sebelumnya kini tampak tak memiliki nilai lagi.

"Maafkan aku" ucap Naya lirih, suaranya terdengar parau seperti seorang yang sedang berbisik. Ia memberanikan diri menatap teman-temannya satu per satu, mencari secercah pemaafan dari wajah mereka. Namun yang dia saksikan hanyalah kekecewaan dan kehampaan. Membuatnya kembali tertunduk dengan lemah.

Naya berusaha menggali ingatannya, berusaha meyakinkan dirinya tentang sepasang stik cadangan yang sempat dia sisipkan ke dalam tasnya kemarin malam. Namun kenyataan yang terjadi membuatnya frustasi sendiri, nyatanya tidak ada stik di dalam tas yang ikut dia bawa naik ke atas panggung.

"Ini bukan sepenuhnya salahmu, Nay" ucap Liam sang gitaris berusaha menenangkan Naya. Meski perasaan kegusaran dan kecewa berkecamuk di dalam dadanya. Diantara mereka berempat mungkin hanya dia yang masih memiliki jiwa yang tenang. Liam tidak menganggap semua kekalahan mereka sebagai tanggung jawab Naya sepenuhnya, melainkan menjadikan kekalahan sebagai bagian dari pembelajaran yang seharusnya mereka terima baik-baik.

"kita masih bisa memenangkan kompetisi lain" lanjut liam berusaha tersenyum tipis memegangi pundak Naya, Meski dalam sorot matanya terlihat jelas guratan-guratan yang kehampaan.

"Kalau saja aku bisa menemukan stik cadangan lebih cepat..." Naya memotong ucapan liam, dia tetap bersikukuh untuk menyalahkan dirinya sendiri tanpa ingin menerima pembelaan dari temannya.

"benar! semua ini salah loe, nay" tegas Aiden sebelum melangkah meninggalkan tempat itu, langkah yang tergesa-gesa meninggalkan perasaan amarahnya yang masih membuncah di dalam hatinya.

"ishh" desis Liam berusaha mengejar langkah Aiden yang kian menghilang dari pandangan mereka, meninggalkan Jimi dan Naya di tempat mereka berkumpul sebelumnya. Jimi hanya bisa menatap iba pada naya yang menjadi satu - satunya orang yang disalahkan dalam kegagalan mereka.

"gue duluan yah, nay" ucap Jimi tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan teman di depannya. Dia lebih memilih meninggalkan Naya sendiri, memberi ruang kepada Naya untuk menumpahkan semua emosi dan perasaan yang dia tahan sendiri, bagian dari dirinya yang tidak bisa dia bagikan kepada sembarang orang sekalipun mereka terlihat begitu dekat.

"Dasar nggak berguna!" monolog Naya meremas tangannya kuat - kuat, menyalurkan perasaan bersalahnya, menumpahkan semua air matanya yang sudah cukup lama dia bendung

"maaf!" lirih naya menatap kepergian ketiga temannya yang meninggalkan kekosongan serta perasaan bersalah yang semakin menggerogoti jiwa naya.

"Padahal aku sudah berusaha melakukan yang ku bisa tapi mengapa tetap tidak bisa..." ungkap Naya menatap beberapa lebam yang mulai menghitam pada pergelangan tangannya. Lebam yang selalu dia sembunyikan di bawah lengan cardingannya.

"mungkin memang benar, pada akhirnya tetap aku yang akan ditinggalkan" ujar Naya menghapus sisa air matanya yang lolos dari pelupuk matanya, sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan tempat kompetisi yang masih ramai meski malam semakin larut.

Tok... tok... tok..

Dengan gerakan tangan yang lunglai Naya mengetuk pintu utama, berharap seseorang akan segera membukakan pintu untuknya. Membiarkan dia masuk agar tidak semakin tersiksa dengan angin malam yang semakin dingin berhembus hingga menusuk tulang-tulang.

"sepertinya harus lewat pintu belakang lagi" monolog Naya bergegas melangkah ke arah pintu yang berdekatan dengan kamar ART mereka. Berharap wanita paruh bayah itu masih terbangun dan bersedia membukakan pintu untuk dirinya.

"Mbak! Tolong bukain pintu belakang" ucap naya dengan suara pelan setelah dirinya berhasil terhubung dangan panggilan suara.

"baik nona" jawab mbak stella yang segera bergegas membukakan pintu untuk anak majikannya itu.

"maaf yah nay! Tadi saya ketiduran" kata mbak Stella dengan mata yang memerah dan suara parau khas baru bangun tidur.

"saya yang seharusnya minta maaf karena sudah mengganggu istirahat mbak" ucap Naya mengikuti langkah mbak stella menuju ke arah meja makan, berusaha melegakan kerongkongannya yang terasa kering.

"mama masih belum pulang yah?" tanya Naya mengedarkan pandangannya, berusaha menelusuri setiap sudut rumah yang terasa semakin sunyi pada malam hari.

"Belum nay, mungkin besok siang baru mereka pulang" jawab mbak stella membuat hembusan nafas Naya terasa berat. Meski dirinya seharusnya sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu, namun kali ini dirinya sangat membutuhkan sosok orang tua untuk meringankan sedikit beban di hatinya.

"nay, ndak makan dulu?" tanya mbak stella melihat Naya yang bergegas menunggalkan area dapur tanpa menyentuh sedikitpun makan yang tersedia di atas meja makan.

"besok saja mbak, aku capek banget hari ini. Pengen cepat - cepat istirahat saja" kata Naya melanjutkan langkahnya meninggalkan mbak Stella yang hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya dengan tingkah Naya.

Terpopuler

Comments

Sarah Q. M

Sarah Q. M

Bagus, semangat! ❤

2025-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!