Ikatan yang canggung

"Nay, ini! mbak bawakan sup daging" ujar mbak stella setelah menutup kembali pintu kamar yang tidak pernah terkunci, meletakkan nampan berisi semangkok sup daging ke atas meja belajar dengan hati - hati.

"iya mbak, letakkan saja di meja" seru Naya dari dalam kamar mandi, menghentikan sekilas suara gemericik air agar suaranya dapat terdengar jelas keluar kamar mandi.

"baiklah, mbak simpan di meja yah supnya. segera dihabiskan sebelum dingin" kata mbak stella menatap ke arah pintu kamar mandi yang terkunci rapat. Dalam tatapannya terpancar jelas kekhawatiran pada sosok perempuan yang terlihat murung beberapa hari ini.

huft....

hembusan nafas Naya terdengar mengisi kehampaan kamar tidurnya. segera Naya melangkah menuju meja belajar dengan tangan kirinya yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"haaa... Cukup membantu juga" ujar Naya setelah menenggak sebagian isi mangkok sup daging itu. Dia merasa jauh lebih baik setelah mendapatkan sedikit kehangatan tubuh yang menghilangkan rasa kedinginan dan kekembungan di perutnya.

Setelah menghabiskan isi mangkok porselen, Naya segera beranjak dari duduknya. dia hendak beranjak ke arah dapur untuk membawa dan juga mencuci sendiri mangkok tersebut, seperti kebiasaannya selama ini.

"Ayah, bulan depan aku mau ke sana lagi bersama mama dan ayah" ucap perempuan belasan tahun dengan ceria, menghentikan langkah Naya yang hendak melewati ruang tengah tempat dimana tiga orang sedang bercanda gurau bersama.

"Boleh sayang, tapi ingat minta izin dulu sama Bu Guru" ucap pria yang dipanggil ayah, menggenggam hangat tangan mungil anak perempuannya. Mencurahkan semua kasih sayang yang dia miliki pada putri kesayangannya.

"Naya! udah selesai makan supnya?" tanya mbak stela berdiri di sudut sekat ruangan, membuat atensi semua orang terarah pada perempuan yang setia berdiri mematung. Ada perasaan getir setiap melihat keharmonisan keluarganya, yang bisa bahagia tanpa dirinya di dalamnya.

"iya, sudah mbak" Jawab Naya segera melanjutkan langkahnya kembali, berharap dirinya bisa menghilang dari pandangan ketiga orang yang baru pulang dari liburan keluarga berkedik perjalanan bisnis.

"Naya!" panggil Nuri segera bangkit dari sofa berjalan menghampiri Naya, putri kandungnya.

"nih, oleh - oleh yang dibawakan ayah untukmu" ucap Nuri menyodorkan paperbag berwarna coklat polos pada Naya. meski enggan mengambil benda itu, namun Naya dengan berat hati tetap mengambilnya menyadari tatapan tajam dari pria yang memandang ke arah mereka.

"terima kasih ayah" ucap Naya canggung menghadapi sorot mata ayah sambungnya, ada perasaan tidak rela di dalam tatapan mata yang menusuk itu. Sebuah kenyataan pahit yang harus Naya hadapi setiap hari setelah menyetujui pernikahan ibunya yang kedua kalinya.

"Kalau begitu Naya ke dapur dulu, ma" ucap Naya kembali memotong Rudi yang ingin berbicara padanya. Ada banyak ketidak cocokan diantara mereka, namun Naya selalu berusaha mengalah hanya untuk kebahagiaan ibunya semata. Bertahan dengan membangun tembok pembatas yang memberi naya ruang sendiri.

"Silahkan dinikmati tuan buahnya" ucap mbak stella setelah meletakkan piring buah ke atas meja, sebelum beranjak kembali ke arah dapur menyusul langkah Naya.

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, mungkin Naya dalam suasana kurang baik. atau mungkin Naya capek karena kegiatan sekolahnya" ujar Nuri mengambil tempat di samping Rudi, berusaha membujuk suaminya agar tidak marah terhadap Naya yang bersikap cuek dan menghindar darinya.

"siapa yang peduli, selama putriku bahagia itu sudah cukup bagiku" batin Rudi menatap Aleta dengan tatapan penuh kasih sayang, terus mengusap lembut kepala anak yang duduk didalam pangkuannya.

"Tentu, Naya juga sudah dewasa dia bisa menentukan sendiri yang baik untuk hidupnya" kata Rudi tanpa menatap ke arah Nuri yang kini sudah mengembangkan kembali senyum di sudut bibirnya.

"kapan mereka sampai, mbak?" tanya Naya dengan tangan yang sibuk mencuci beberapa alat masak yang telah mbak stella gunakan.

"barusan Nay!, setelah mengantar sup ke kamar tadi mobil Bapak baru terparkir di depan rumah" jelas mbak stella mengerjakan pekerjaannya yang tertunda setelah diminta untuk menyiapkan buah untuk Aleta.

"Kamu kenapa Nay? Apa kamu baik-baik saja?" tanya mbak stella dengan perasaan khawatir menyadari punggung Naya yang tampak bergetar tanpa mengusik kegiatannya.

"nggak apa - apa kok mbak, mungkin asam lambung naik lagi" jawab Naya segera menyelesaikan yang sedang dia kerjakan. Akhir - akhir ini dia sering melupakan waktu makan karena terlalu fokus berlatih dengan teman -temannya. Ditambah dengan masalah yang berakhir dengan menghindarnya teman - temannya membuat Naya merasa stress.

"mau diambilkan obat maag?" tanya mbak stella hendak melangkah menuju lemari tempat penyimpanan obat-obatan di dapur.

"nggak usah mbak, mungkin masih ada obat di kamar Naya. Lagipula Naya juga buru - buru mau keluar sebentar" jelas Naya segera bergegas mengeringkan tangannya. saat keluarganya berada di rumah, Naya lebih sering menghabiskan waktu di luar. Dia tidak ingin mengganggu ketentraman yang mungkin akan mengusik kebahagiaan ibunya.

"Yaudah nay, segera sana minum obatnya sebelum pergi" kata mbak stella tersenyum ringan menatap Naya yang bergegas kembali ke kamarnya dengan menenteng paperbag coklat pemberian Nuri.

"Kasihan sekali kamu Naya, harus menahan perasaan iri setiap mereka berada di rumah" monolog mbak stella menggeleng - gelengkan kepalanya. Merasa ibah dengan pengabaian yang selalu Naya dapatkan dari keluarganya sendiri.

...****************...

"Kamu yakin masih nggak mau menemui Naya?" tanya Josua yang sedang menemani Bintang mengerjakan tugas kuliah di salah satu kafe. Tempat yang sering di datangi mahasiswa, baik untuk mengerjakan tugas dengan bantuan wifi gratis maupun hanya sekedar nongkrong mengisi waktu luang mereka.

"kalau gue di posisi loe, udah dari dulu gue berusaha mendekatkan diri sama Naya" celetuk Denny menggigit - gigit gemas sedotan minuman miliknya. Dirinya tidak habis pikir dengan sahabatnya yang bisa menahan diri hingga selama itu tanpa berusaha dekat dengan Naya. Orang yang terkadang muncul di beberapa bagian cerita Bintang bersama teman - tamannya .

"iya gue setuju sama loe, Den. Apalagi Naya kayaknya benaran dikeluarin dari Starry, didiemin pula sama anggota lainnya" ungkap Josua setelah menjeda sedikit ucapan Denny. Membuat Bintang segera mengalihkan pandangan dari laptop di depannya. Ada perasaan yang mengganggu batinnya mendengar kejadian yang dialami Naya beberapa waktu ini.

"Makin berat tuh kehidupan Naya sekarang" kata Denny menimpali, membuat perasaan Bintang semakin tidak karuan dengan ucapan kedua sahabatnya itu.

"Nantilah, gue pikirin dulu caranya buat bisa ketemu sama Naya" kata Bintang setelah menyeruput kopi yang menjadi minuman pesananya. ingatannya kembali mengulang adegan saat dirinya tidak sengaja bertemu kembali dengan Naya saat berkunjung ke sekolah.

"yah ampun, tinggal loe datengin tuh rumahnya Naya. Trus ajak dia ke bioskop atau ke toko buku 'kan bisa" ucap Denny mengemukakan idenya, mengacak - acak rambutnya dengan frustasi. bingung menghadapi temannya yang selalu menghindar dari Naya meski dirinya ingin mendekat.

"Nggak begitu juga, bisa absurd nanti kalau Bintang tiba - tiba ngelakuin itu. Apalagi Naya tahunya hubungan mereka hanya sebatas senior junior, nggak lebih" kata Josua memukul bahu Denny yang duduk di sebelahnya. Bayangan kecanggungan yang sungguh akan terjadi jika Bintang benar - benar melakukan saran yang diberikan oleh Denny.

"Tahu nih, sarannya nggak berbobot banget" kata Bintang ikut memukul - mukul bahu Denny, membuat mereka tertawa ringan karena saling menjahili satu sama lain. hingga tanpa sadar beberapa pengunjung menatap ke arah mereka karena suara gelak tawa mereka yang memenuhi Kafe tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!