Bagian 2: Sense of Betrayal, part 6

Setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya hari festival sekolah pun tiba.

Telah disepakati bersama, kelas Savier akan menampilkan drama di hari pertama. Mereka memainkan drama “Cinderella”, tentu saja bukan Gabriel dan Savier yang menjadi pemeran utamanya. Gabriel bertugas untuk membacakan narasi cerita, sementara Savier bertugas sebagai pengatur di balik layar—dia bertugas mengkoordinir anggota kelas untuk mempersiap-siagakan properti yang diperlukan. Mereka tampil di urutan ke dua, urutan pertama diperoleh oleh kelas X-III, mereka menampilkan drama “Putri Kaguya”. Penampilan anak-anak X-III sangat memukau, namun Savier rasa properti dan latar panggung mereka masih kurang.

Giliran kelas mereka pun tiba. Lampu sorot langsung tertuju pada Gabriel dalam balutan pakaian putih bersih di pojok kiri panggung. Suaranya merdu, jelas, dan nadanya bercerita sangatlah memukau. Mengikuti narasi Gabriel, satu per satu pemeran cerita memasuki panggung. Savier dengan sigapnya menginstruksi beberapa siswa-siswi untuk menyiakan properti dengan tanggap. Sesekali ia ikut serta membantu mereka menyunting latar panggung ketika scene cerita berpindah. Mereka sudah melakukan gladi bersih dua kali, semuanya sudah sangat paham akan tugas-tugas mereka. Performa mereka benar-benar patut diacungi jempol. Cerita benar-benar berjalan dengan hikmat. Namun setiap cerita pasti akan sampai pada akhirnya, kini tibalah saatnya sang pangeran memasangkan sepatu kaca ke kaki lentik Cinderella. Sontak saja, riuh tepok tangan penonton langsung mengiringi selesainya drama. Semua siswa-siswi tampak puas dengan performa mereka, Gabriel dan Savier pun tak terkecuali, keduanya ikut serta merayakan kesuksesan penampilan kelas mereka.

Hari selanjutnya, kelas mereka membuka stan es krim di samping lapangan futsal terbuka, dekat dengan tempat pertunjukan klub beladiri. Siswa-siswi dibagi menjadi tujuh regu yang secara bergantian menjaga stan dan menjajakan es krim. Savier, Gabriel, serta dua orang siswi lainnya mendapat giliran pertama bertugas. Karena masih pagi, para pembeli sangatlah sedikit. Namun itu tidak membuat kerja mereka menjadi ringan; sebagai yang pertama, mereka berkewajiban untuk menyiapkan semua bahan-bahan tambahan yang dibutuhkan sehingga regu selanjutnya tidak perlu repot-repot lagi. Kendati demikian, itu bukanlah pekerjaan yang berat, dan mereka berempat digantikan oleh regu lain setelah dua jam kemudian.

Festival sekolah berakhir di hari kedua pada jam sepuluh malam, namun aktivitas siswa-siswi masih terus berlanjut. Mereka harus membereskan kelas-kelas mereka serta gedung kelas secara keseluruhan. Tak berbeda dengan siswa-siswi lainnya, Gabriel dan Savier pun harus ikut serta membantu yang lainnya membereskan kelas. Saat ini, mereka sedang berada di ruang penyimpanan di lantai satu gedung khusus, keduanya sedang menata kembali barang-barang yang kelas mereka pinjam dari tempat ini.

Gabriel meletakkan biola yang ia mainkan sewaktu upacara penutupan festival tadi ke tempatnya semula. Ia tersenyum puas melihat biola tersebut, terlebih ketika dirinya mengingat reaksi Savier sewaktu ia memainkan lagu tadi. Gabriel melirikkan matanya melihat Savier yang masih menata barang di lemari di sudut ruangan, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada jendela—yang entah kenapa masih terbuka—belasan langkah dari tempat Savier berdiri. Tersenyum simpul, Gabriel melangkahkan kakinya ke sana.

“Langit malam ini sangat cerah dan sepi akan awan,” ucap Gabriel begitu ia berdiri di depan jendela dengan wajah sedikit menengadah, terdapat senyum lembut di bibirnya.

Savier berhenti dari aktivitasnya dan menolehkan wajahnya memandang Gabriel. “Sepertinya begitu,” responnya singkat sembari melanjutkan aktivitasnya.

Gabriel tak memusingkan respon singkat Savier, irisnya tak sedikit pun beranjak dari memandang langit malam yang bertaburkan bintang. Memang, jumlah bintang yang dapat diamati dari sini sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan tempat lain yang bersih akan polusi cahaya, namun tetap saja Gabriel sangat menikmatinya. Ia berharap bisa ke suatu tempat di mana langit malamnya cukup bersih untuk melihat bintang yang lebih banyak dari yang ia lihat saat ini, itu pasti akan sangat menyenangkan. Gabriel tak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum begitu membayangkan hal itu, terlebih ketika imajinasinya melukiskan sosok lelaki itu di sampingnya memandang langit yang sama dengan yang ia pandang.

“Gab, aku sudah selesai, ayo pergi. Oh, sekalian tutup juga jendelanya.”

“Oke,” respon Gabriel sembari menutup jendela kaca itu, kemudian ia berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Savier langsung mengunci pintu ruang penyimpanan itu begitu Gabriel keluar, kemudian mereka berdua berjalan menuju ruang guru guna meletakkan kunci ruangan ke kotak kunci di sana. Begitu berada di depan kotak kaca di mana kunci-kunci digantung, pandangan Gabriel langsung tertuju pada kunci yang di gantungannya tertulis “ruang klub astronomi”. Dengan cekatan ia menarik kunci itu dari tempatnya tergantung dan memandang Savier dengan penuh keseriusan. “Ayo pinjam teleskop dari ruang klub astronomi!” serunya bersemangat.

“Oi, Gab, ini sudah setengah sebelas malam lewat.”

Gabriel tak menyerah, senyumnya bahkan semakin melebar mendengar teguran Savier. “Hohoho…, jangan bilang kalau kau takut, Vier…?”

Savier mengernyitkan keningnya mendengar tuduhan asal Gabriel. “Ck, fine, ayo ke sana.”

Dengan decakan sebal Savier dan senyum penuh kemenangan Gabriel keduanya beranjak menuju ruang klub astronomi di lantai empat. Mereka berjalan beriringan menaiki anak tangga menuju ke lantai empat, minimnya penerangan sama sekali tak mengganggu keduanya. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya mereka tiba di depan pintu ruang klub astronomi yang terletak di sisi kanan tangga ruang ke dua dari ujung. Dan tanpa membuang banyak waktu, Gabriel langsung membuka pintu ruang klub lalu berjalan menghampiri teleskop yang terletak di ujung ruangan.

“Sini biar aku bawakan,” ujar Savier singkat begitu ia melihat Gabriel berniat mengangkat teleskop.

“Ah, thanks.”

“Um.”

Mereka berjalan ke luar ruangan lalu kembali menaiki tangga menuju ke atap bangunan. Berhubung kunci ruang klub astronomi sepaket dengan kunci akses ke atap gedung, mereka berhasil tiba di atap gedung tanpa membuang banyak waktu. Savier langsung mendirikan teleskop di tengah-tengah atap dan bergeser dari depan teleskop guna mempersilakan Gabriel menggunakan teleskop tersebut.

“Thanks,” ucap Gabriel diiringi senyum kecil sambil mulai menggunakan teleskop.

Savier hanya mengangguk pelan, ia lalu menengadahkan wajahnya melihat indahnya langit malam. Meskipun tak banyak bintang yang terlihat, melihat langit malam dari tempat setinggi ini cukup menyegarkan. Kendati demikian, Savier tak terlalu menyukainya, ia lebih menyukai memandang langit kelam yang dipenuhi awan kelabu. Langit sebelum hujan, Savier lebih menikmati memandang langit yang seperti itu.

“Konstelasi Aquila, tempat di mana Altair berada, apa kita bisa melihatnya dari sini?” tanya Gabriel sembari mengatur posisi tabung teleskop.

“Altair? Hm, kau tertarik dengan bintang-bintang yang dikenal sebagai segitiga musim panas: Altair, Vega, dan Deneb?”

“Ah, tidak. Aku tidak tertarik dengan Vega dari Konstelasi Lyra mau pun Deneb dari Konstelasi Cygnus, aku hanya suka dengan Altair saja.”

“Hm… ini bulan November, kita hanya bisa melihat Altair dari bulan Juli sampai Oktober.”

“Oh, begitu ya, sayang sekali…”

“Memangnya, apa yang kau sukai dari Altair? Dari semua bintang, Altair adalah bintang kedua belas yang paling terang jika dilihat dari bumi. Bahkan di antara ketiga bintang itu, Vega masih terlihat lebih terang dari Altair.”

“Heee… begitu, ya….”

Savier menolehkan pandangannya memandang Gabriel yang asyik menggunakan teleskop. Gabriel yang merasa dipandang pun menghentikan aktivitasnya dan menolehkan pandangannya pada Savier.

“Mengapa memandangku seperti itu? Oh... apa jangan-jangan kau terpesona dengan diriku yang antusias melihat langit malam?”

Savier menghela napas pasrah. “Aku hanya ingin mendengar jawabanmu: mengapa kau ingin melihat Altair, aku ingin tahu tentang apa yang kau sukai darinya?”

Gabriel menghentikan aktivitasnya sejenak dan menolehkan pandangannya pada Savier. “Mengapa aku ingin melihat Altair?”

Savier mengangguk.

“Hm... mengapa, ya?”

Gabriel membawa kakinya melangkah beberapa meter menjauhi Savier, pupilnya memandang lurus ke arah di mana gedung asrama wanita terletak. Savier membawa pandangannya memandang punggung langsing Gabriel, ia dengan sabar menunggu jawaban siswi berkacamata itu.

“Hm…” Gabriel membalikkan badannya menghadap Savier, ia membawa kedua tangannya ke punggungnya lalu sedikit membungkukkan badannya ke depan dengan senyum jenaka di bibirnya. “Mungkin karena aku tidak tahu nama bintang lain selain Altair…?”

Savier hanya memandang datar Gabriel; ia tak perlu mengatakan kalau ia tahu kalau Gabriel tahu kalau ia tidak akan percaya dengan bualan itu.

“Ck,” kesal Gabriel, “padahal aku sudah bersusah payah mencontoh pose karakter-karakter dari anime, harusnya kau mengatakan sesuatu, Vier.”

Savier mengerjapkan matanya dengan ekspresi sedikit terkejut, “…Kau serius?” tanyanya ragu.

“Ah.., aku hanya bercanda.” Gabriel tersenyum kecil dan menengadahkan wajahnya memandang langit malam. “Mengapa Altair? Sebenarnya tidak ada alasan khusus; ketika tadi aku memandang langit malam, kebetulan saja Altair melintas duluan di kepalaku.”

“Oh.”

“Heee… kau kecewa, mendengar alasan itu?”

“Tidak juga,” geleng Savier sembari menghampiri teleskop. “Aku hanya berpikir kalau kau memiliki alasan khusus saja, tidak lebih,” ujarnya seraya mengintip langit malam dari balik lensa teleskop.

“Itu sama saja dengan kecewa,” komentar Gabriel sembari mengampiri Savier, ia berdiri tepat di samping Savier, hanya berjarak belasan centi saja dari bersentuhan.

Savier tidak merespon komentar Gabriel, ia lebih fokus pada memandang bintang-bintang dari balik lensa teleskop dibandingkan mendengar suara Gabriel. Lagipula, ia sudah repot-repot membawa teleskop ke sini, sayang sekali kalau ia tidak menggunakannya, kan? Yah, meskipun ia lebih menyukai langit mendung, tapi memandang langit bertabur bintang di tengah sunyi malam juga memiliki kesan tersendiri.

Gabriel merasa sedikit kesal karena dikacangin seperti itu, namun ia tidak protes, Gabriel hanya mendesah pelan lalu menjauh beberapa langkah dari Savier, sebelum akhirnya merebahkan dirinya di lantai dengan kepala ia sandarkan pada kedua tangannya. Wajahnya menjadi tenang dan bibirnya melengkung membentuk senyuman lembut. “Memandang langit malam seperti ini jauh lebih menyamankan daripada melalui lensa teleskop,” ujarnya. “Tapi, alangkah baiknya lagi jika bersih dari polusi cahaya.”

Savier menghentikan aktivitasnya dan kembali menengadahkan wajahnya memandang langit malam. “Kau benar, hanya sedikit bintang yang terlihat, alangkah indahnya jika kota ini bersih dari polusi cahaya.”

“Bagaimana kalau kau rebahan juga, Vier? Aku yakin kau juga akan menikmati memandang langit sepertiku ini.”

Episodes
1 Bagian 0: Prolog
2 Bagian 1: In between Us, part 1
3 Bagian 1: In between Us, part 2
4 Bagian 1: In between Us, part 3
5 Bagian 1: In between Us, part 4
6 Bagian 1: In between Us, part 5
7 Bagian 1: In between Us, part 6
8 Bagian 1: In between Us, part 7
9 Bagian 1: In between Us, part 8
10 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 1
11 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 2
12 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 3
13 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 4
14 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 5
15 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 6
16 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 7
17 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 8
18 Bagian 3: A Wavering Heart, part 1
19 Bagian 3: A Wavering Heart, part 2
20 Bagian 3: A Wavering Heart, part 3
21 Bagian 3: A Wavering Heart, part 4
22 Bagian 3: A Wavering Heart, part 5
23 Bagian 4: A Real Promise, part 1
24 Bagian 4: A Real Promise, part 2
25 Bagian 4: A Real Promise, part 3
26 Bagian 4: A Real Promise, part 4
27 Bagian 4: A Real Promise, part 5
28 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 1
29 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 2
30 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 3
31 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 4
32 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 5
33 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 6
34 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 7
35 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 8
36 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 9
37 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 10
38 Bagian 6: Epilog
Episodes

Updated 38 Episodes

1
Bagian 0: Prolog
2
Bagian 1: In between Us, part 1
3
Bagian 1: In between Us, part 2
4
Bagian 1: In between Us, part 3
5
Bagian 1: In between Us, part 4
6
Bagian 1: In between Us, part 5
7
Bagian 1: In between Us, part 6
8
Bagian 1: In between Us, part 7
9
Bagian 1: In between Us, part 8
10
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 1
11
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 2
12
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 3
13
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 4
14
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 5
15
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 6
16
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 7
17
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 8
18
Bagian 3: A Wavering Heart, part 1
19
Bagian 3: A Wavering Heart, part 2
20
Bagian 3: A Wavering Heart, part 3
21
Bagian 3: A Wavering Heart, part 4
22
Bagian 3: A Wavering Heart, part 5
23
Bagian 4: A Real Promise, part 1
24
Bagian 4: A Real Promise, part 2
25
Bagian 4: A Real Promise, part 3
26
Bagian 4: A Real Promise, part 4
27
Bagian 4: A Real Promise, part 5
28
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 1
29
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 2
30
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 3
31
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 4
32
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 5
33
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 6
34
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 7
35
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 8
36
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 9
37
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 10
38
Bagian 6: Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!