Bagian 1: In between Us, part 3

Memasuki pekan ketiga semester genap, akhirnya kunjungan ke perpustakaan kembali diperbolehkan. Savier langsung saja melangkahkan kakinya ke sana begitu bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, hanya guru yang mengelola perpustakaan yang ada di sana. Savier tak membuang banyak waktu; ia langsung mengambil sebuah buku bacaan lalu bergegas duduk di kursi yang menghadap ke arah pintu masuk. Savier menyamankan posisi duduknya lalu langsung membuka buku yang diambilnya tadi—sebuah buku berjudul “Perang Badar”.

Ini adalah buku sejarah yang mengisahkan kisah pada empat belas abad yang lalu.

Itu terjadi di bulan Ramadan, para sejarawan mencatat bahwa peristiwa bersejarah itu terjadi pada 17 Ramadan. Perang yang sengit di mana musuh pasukan kaum muslim unggul dalam jumlah dan kebugaran tubuh, meski begitu, pasukan muslim di bawah komando sang nabi berhasil memenangkan pertarungan. Savier selalu merasakan semangat setiap saat membaca sejarah-sejarah dan kisah-kisah heroik para tokoh masa lalu, itu memberikan inspirasi baginya dan orang-orang masa kini.

“Hei,” sapa seseorang.

Savier sedikit terkejut mendengar sapaan tersebut. Sepertinya ia terlalu fokus pada buku bacaannya sehingga ia tak menyadari ada orang lain yang menduduki kursi di seberang meja. Savier melihat ke arah pemilik suara tersebut, dan seketika ia terdiam. Yang duduk di hadapannya adalah Shona, harusnya ia tak terkejut mengingat memang secara tak langsung Shona sudah menjadi teman bacanya di perpustakaan ini, tapi setelah kejadian waktu itu entah kenapa berada di dekat gadis ini terasa tidak nyaman baginya.

“Bunga dari plastisin itu, apa benar kau berniat memberikannya padaku?” tanya Shona, suaranya pelan dan mengisyaratkan kepenasaranan.

“Nggak,” respon Savier secara spontan, “itu hanya keusilan Tiana yang kurang kerjaan.”

“Oh.”

Hanya itu respon yang diberikan Shona, dan Savier tak berkomentar lebih mengenai respon singkat itu. Lagipula, tak ada yang harus ia katakan untuk menanggapi hal itu. “Oh” itu adalah respon yang menandakan kalau penuturnya ingin mengakhiri atau tak memperpanjang pembicaraan, mungkin.

Savier menghela napas pelan, tak berminat untuk memikirkan hal itu lebih lanjut, kemudian ia kembali memusatkan perhatiannya pada lembaran buku di tangannya.

“Apa yang kau sukai dari membaca, dan kenapa semua bacaanmu tak ada hubungannya dengan pelajaran-pelajaran sekolah sama sekali?” tanya Shona lagi sambil menyandarkan siku kirinya pada meja dengan kepalan tangan kiri menopang pipi kirinya, senyum kecil terpatri di bibir tipis Shona.

Savier mengernyitkan keningnya, darahnya sedikit berdesir mendengar gadis itu mengajukan pertanyaan untuknya, dan entah kenapa jantungnya sedikit berpacu lebih cepat kala ia melihat senyum manis yang bertengger di bibir Shona. Ini pertama kalinya ia merasakan hal yang seperti ini meskipun sudah sangat sering ia duduk semeja dengan Shona.

Dan ini menimbulkan pertanyaan. Mengapa ia merasakan hal yang seperti ini? Apa ada yang salah dengannya?

Savier tidak terlalu mengerti dengan apa yang kini ia rasakan, tapi mungkin ini adalah apa yang orang-orang sebut sebagai “tertarik dengan lawan jenis”?

Nah, Savier lebih memilih menyibukkan diri dengan buku-buku daripada memikirkan hal itu. Lagipula, ia masih kelas satu SMP, ia hanya seorang anak berumur tiga belas tahun, hal-hal konyol seperti itu masih sangat jauh dari jangkauannya.

“Huh, kenapa melamun, kau tak mau menjawab?”

Savier mengerjapkan matanya beberapa kali, tampaknya ia terlalu sibuk dengan pikirannya hingga mengabaikan pertanyaan Shona.

“Ah, maaf, kau bertanya apa yang kusukai dari membaca?”

Shona mengangguk mengiyakan.

“Tidak ada alasan khusus. Aku hanya merasa dunia yang ada dalam buku lebih menarik daripada dunia di sekelilingku. Terlebih jika aku membaca novel fantasi, aku bisa mengabaikan banyak hal hanya untuk membacanya.”

“Mengapa aku tidak pernah melihatmu membaca buku yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran di kelas?”

“Itu membosankan, aku tidak merasa terhibur dengan membacanya.”

“Oh, begitu.”

“Kalau kau sendiri, mengapa suka membaca?”

“Aku tidak pernah mengatakan kalau aku suka membaca, 'kan?”

“Kalau kau nggak suka membaca, ngapain kau sering berkunjung ke perpus?”

Shona tersenyum mendengar pertanyaannya. “Kau serius ingin tahu?” tanya gadis dengan rambut model ekor kuda itu dengan nada usil.

Itu adalah pertanyaan yang memancing rasa penasarannya untuk bangkit, tetapi boleh jadi pula kalau Shona hanya sekadar menanyakan itu untuk mempermainkannya. Karenanya, Savier sengaja tak memberi respon yang mungkin diharapkan Shona. Ia mengembalikan pandangan pada bukunya sambil berkata, “Kalau nggak mau ngasih tahu, ya sudah.”

Mendengar ucapan Savier membuat Shona kembali tersenyum, dan entah kenapa Savier tidak merasa kesal sama sekali.

“Aku hanya penasaran denganmu, karena itu aku sering mengunjungi perpus.”

Savier mengernyitkan keningnya; ia sekarang seratus persen yakin kalau gadis ini memang hanya ingin mempermainkannya saja. Namun, raut wajah dan binar mata yang dilihatnya sama sekali tak mengindikasikan kalau siswi ini berbohong. Ah, ia tak ahli dalam membaca raut wajah seseorang, dan mungkin saja Shona memiliki bakat untuk menjadi aktris. Karenanya, apa yang dikatakannya mestilah kebohongan.

“Terserah bila kau tak percaya, tapi seriusan, aku hanya penasaran denganmu.”

“Tak ada hal yang menarik dariku yang cukup untuk membuatmu penasaran,” ucap Savier sedikit skeptikal.

“Jangan memandang rendah dirimu seperti itu, terkadang kau tak tahu kalau di mata orang lain kau jauh lebih baik dari yang kau pikirkan. Ngomong-ngomong, mengapa aku tak pernah melihatmu memulai berinteraksi dengan orang lain?”

Mata Savier sedikit melebar mendengar pernyataan tentang penilaian gadis itu terhadap dirinya. Jujur saja, ini pertama kali dalam hidupnya ada yang mengatakan hal itu pada Savier. “Jangan memandang rendah dirimu, kau lebih baik dari yang kau pikirkan.” Pernyataan ini begitu sederhana, tetapi makna dan efek yang disebabkan olehnya sangatlah signifikan. Mendengarkan penuturan Shona itu membuat hati Savier sedikit menghangat, perasaan yang hampir tak pernah ia rasakan sejak ia bisa merasakan.

“Memulai percakapan tanpa ada topik yang ingin dibicarakan bukanlah hal yang mudah, basa-basi bukanlah keahlianku.” Savier memang harus mengakui itu, kalau ia tidaklah handal dalam bersosialisasi. Bagi Savier, melakukan sesuatu harus ada dasarnya, ia tidak bisa langsung mengajak orang berbicara tanpa alasan yang jelas dan masuk akal. Merepotkan memang, tapi begitulah dirinya, ia akan bingung jika harus berbicara tanpa alasan, sama halnya dengan ketika ia harus terjebak di keramaian: Savier bingung harus berbuat apa.

“Oh, begitukah? Tapi, sekarang kau berbicara, 'kan?” respon Shona sambil tersenyum senang.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

kayaknya si cewek yang naksir duluan

2022-09-11

0

Teguh Subiakto

Teguh Subiakto

keren

2020-11-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 0: Prolog
2 Bagian 1: In between Us, part 1
3 Bagian 1: In between Us, part 2
4 Bagian 1: In between Us, part 3
5 Bagian 1: In between Us, part 4
6 Bagian 1: In between Us, part 5
7 Bagian 1: In between Us, part 6
8 Bagian 1: In between Us, part 7
9 Bagian 1: In between Us, part 8
10 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 1
11 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 2
12 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 3
13 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 4
14 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 5
15 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 6
16 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 7
17 Bagian 2: Sense of Betrayal, part 8
18 Bagian 3: A Wavering Heart, part 1
19 Bagian 3: A Wavering Heart, part 2
20 Bagian 3: A Wavering Heart, part 3
21 Bagian 3: A Wavering Heart, part 4
22 Bagian 3: A Wavering Heart, part 5
23 Bagian 4: A Real Promise, part 1
24 Bagian 4: A Real Promise, part 2
25 Bagian 4: A Real Promise, part 3
26 Bagian 4: A Real Promise, part 4
27 Bagian 4: A Real Promise, part 5
28 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 1
29 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 2
30 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 3
31 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 4
32 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 5
33 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 6
34 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 7
35 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 8
36 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 9
37 Bagian 5: The Truth and Marriage, part 10
38 Bagian 6: Epilog
Episodes

Updated 38 Episodes

1
Bagian 0: Prolog
2
Bagian 1: In between Us, part 1
3
Bagian 1: In between Us, part 2
4
Bagian 1: In between Us, part 3
5
Bagian 1: In between Us, part 4
6
Bagian 1: In between Us, part 5
7
Bagian 1: In between Us, part 6
8
Bagian 1: In between Us, part 7
9
Bagian 1: In between Us, part 8
10
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 1
11
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 2
12
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 3
13
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 4
14
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 5
15
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 6
16
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 7
17
Bagian 2: Sense of Betrayal, part 8
18
Bagian 3: A Wavering Heart, part 1
19
Bagian 3: A Wavering Heart, part 2
20
Bagian 3: A Wavering Heart, part 3
21
Bagian 3: A Wavering Heart, part 4
22
Bagian 3: A Wavering Heart, part 5
23
Bagian 4: A Real Promise, part 1
24
Bagian 4: A Real Promise, part 2
25
Bagian 4: A Real Promise, part 3
26
Bagian 4: A Real Promise, part 4
27
Bagian 4: A Real Promise, part 5
28
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 1
29
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 2
30
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 3
31
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 4
32
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 5
33
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 6
34
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 7
35
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 8
36
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 9
37
Bagian 5: The Truth and Marriage, part 10
38
Bagian 6: Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!