"Setiap kali jantung ku berdebar aku merasa kan hadir mu. Hanya Tuhan dan aku yang tau jika perasaan ku bukanlah halusinasi semata. "
~Xiao Luhan
Lelaki cantik itu menatap laju salju yang menghujani bumi. Turun perlahan di hembuskan angin. Menari-nari ke sana ke mari. Sebelum jatuh di tanah. Bertengger di atap sebelum sesekali meluncur jatuh ke bawah. Hembusan nafas letih terdengar jelas dari bibir tipis berwarna merah merekah itu. Seakan ada rasa letih nan teramat. Secara tak kasat mata, hatinya meraung-raung mengatakan ia letih dengan semua nya. Letih dengan kehidupan nya. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Selain tetap hidup tanpa malaikat maut yang me jemput nya sendiri. Bukan dirinya yang mendatangi malaikat maut. Ia baru saja tiba di Canada namun sudah di sambut oleh hujan salju.
Dari jendela mobil sedan berwarna hitam Luhan melihat menguap, bulir-bulir salju yang bertengger di kaca mobil. Jari jemari kokoh panjang tangan Luhan terulur untuk menurun kan kaca spion mobil perlahan. Lalu telapak tangan putih nya di ulur tuk merasakan dingin nya salju yang turun dari awan gelap di atas sana.
Sang asisten Luhan yang duduk di depan menatap sang Bos dari kaca spion mobil. Ia tau apa yang tengah di pikirkan oleh Bos besarnya itu. Apa lagi jika bukan gadis remaja yang telah masuk terlalu dalam di dalam hati atasan nya itu. Merenggut semua nya dari sang Bos. Hanya menyisakan rindu yang membawa tanpa kayu bakar. Lubang kosong nan menakutkan.
"Apa dia kedinginan di luar sana?"Ujar Luhan pelan namun masih dapat di dengar oleh telinga sang asisten.
Telapak tangannya nyaris membeku menampung salju putih yang menumpuk di atas telapak tangannya. Di sepanjang perjalanan tidak terlihat banyak mobil yang bersisian dengan mobil nya. Cuaca yang begitu dingin membuat orang-orang enggan keluar dari rumah yang begitu hangat.
"Sohyun adalah gadis yang kuat jadi mana mungkin ia kedinginan di sana Presdir," jawab sang asisten dengan suara pelan.
Senyum Luhan tersungging mendengar Jawaban lelaki bernama lengkap Choi Jisang itu. Dengan perlahan, Luhan membuang salju yang sudah begitu meluluhkan telapak tangan kanannya. Sebelum menutup jendela mobil. Sang asisten dengan cepat menyalakan mesin mobil lebih hangat lagi. Hanya Jisang yang percaya tentang perasaan Luhan. Perasaan yang menyatakan bahwa gadis nya baik-baik saja.
Jisang tak berpura-pura percaya pada perasaan sang Presdir perusahan Xiao itu. Ia merasakan ada kejanggalan di dalam kematian Sohyun. Seakan itu semua telah di rencanakan secara rapi.
Di tempat lain gadis berambut sepinggang itu mulai menunjukkan perubahan meski tak begitu besar. Namun mampu membuat Taehyung dan Dokter lain nya merasa bahagia.
Ia sudah bisa merespon beberapa rasangan yang ia dapat kan. Ia juga sudah bisa bersuara meski hanya satu atau dua hutuf.
Taehyung dengan begitu telaten nya menyisir rambut Sohyun yang selama dua tahun ini belum pernah di potong. Wajah putih salju begitu terlihat bersinar dan mulus meski tanpa perawatan khusus.
"Jika Eun Bi telah bisa berbicara dengan lancar kita akan pulang secepatnya ke Korea." Ujar Taehyung sambil merapikan rambut Sohyun. Yang sedikit berantakan dengan perlahan.
Sohyun hanya menatap Taehyung dengan menampilkan senyuman tipisnya. Tanpa sadar senyum yang Sohyun tampilkan adalah senyuman pertama yang Taehyung lihat. Lelaki tampan bermata tajam itu merasakan mendapatkan angin segar dengan senyum yang Sohyun tebarkan padanya.
"Kau baru saja tersenyum padaku bukan! Kau tersenyum saat ini bukan??"
Taehyung berteriak senang melihat Sohyun masih mengembangkan senyuman nya.
Taehyung memeluk Sohyun dengan air mata bahagia yang mengalir deras. Siapa yang tak bahagia penantian nya selama dua tahun lebih terbayar dengan manis. Tanpa kata sia-sia.
"Terimakasih!Terimakasih! Terimakasih!" hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir Taehyung seperti kaset rusak.
Dokter yang baru masuk di kamar Sohyun terlihat begitu bahagia. Ia tau gadis itu menunjukan perkembangan nya lagi. Setelah semua yang mereka lakukan. Semua pengobatan yang mereka berikan. Sampai hampir mati di tangan lelaki bermata tajam itu hanya karena ketidak puasa nya. Sekarang Pasien yang mereka tangani, Pasien yang tidak memiliki angka besar untuk pulih. Menunjuk sebaliknya, setelah sekian lama mereka berjuang dan merawat nya. Pada akhirnya, gadis cantik itu akan kembali sembuh. Sungguh membahagiakan.
🍂 🍂 🍂
Luhan masuk semakin dalam di sebuah hutan yang terlihat begitu Indah. Berbagai macam bunga bermekaran di berbagai sudut hutan. Luhan di tuntun oleh beberapa kupu-kupu yang berwarna putih polos.
Saat berada di taman Luhan melihat gadis yang tak asing lagi. Gadis yang duduk di depan nya memakai gaun putih di atas lutut. Tubuh Luhan tiba-tiba saja membeku di tempat saat melihat senyum yang tengah Sohyun tampilkan ke arahnya. Mampu memberikan debaran yang telah lama mati. Bersama berita kematian gadis itu.
"Kak! Aku merindukan mu. "Seru Sohyun bangkit dari duduk nya dan berjalan nyaris berlari mendekati Luhan dan memeluk Luhan dengan erat. Sangat erat.
"Apa ini bernar kau Sohyun!" Tanya Luhan dengan suara bergetar. Seakan ia tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Sohyun mendatangi nya, setelah sekian lama tak hadir di dalam mimpi nya.
"Ya, Kak! Ini adalah aku. Aku mohon tunggu aku sebentar lagi kita akan bertemu. " Tutur Sohyun mengerat kan pelukan nya pada tubuh Luhan. Tubuh lelaki yang ia cintai.
"Sohyun!!!" Teriakan Luhan begitu lantang dengan tubuh yang terduduk.
Tubuhnya telah basah oleh keringat yang membuat tubuh nya terlihat habis lari cepat dengan jarak 300M.
Nafas nya memburu, jantung nya berdebar tak stabil. Dengan kasar Luhan mengusap wajah tampan nya. Mimpi, satu kata yang membuat ia kecewa.
"Apa arti dari mimpi ku kali ini?" gumam Luhan dengan suara pelan. Perlahan ia memejamkan ke dua matanya. Sebelum membukanya dengan cepat.
Ia meraih ponsel nya tuk melihat Jam. Waktu menunjukkan pukul 03.15 dinihari.
Luhan kembali meletakkan ponsel nya di atas nangkas. Hembusan napas kasar melalui mulut. Bulir bening bergulir jatuh dari pipi putih mulus, sebelum menyentuh rahang tegasnya. Rindu itu kembali meresahkan jiwanya. Mimpi seakan menertawakan nya. Kenyataan seakan mencibir nya. Meski sakit, harapan itu tidak pernah mati. Harapan jika gadis cantik itu masih berada di dunia yang sama dengan dirinya. Manusia tanpa harapan yang timbul adalah keinginan untuk mati. Untuk tetap bertahan, manusia harus memiliki harapan. Sekecil apapun itu harapan yang mereka genggam. Karena harapan tetap lah harapan. Yang kan memberikan keajaiban kemudian hari nanti. Mungkin saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Nasrul Maulida
pertama aq takut lo baca novel ini kalau kalau akhir ny ga bahagia lagi, jd aq baca dulu akhir nya baru berani baca dari awal😄
2020-02-12
2
Ratna W
ayo luhan semangat y
2020-02-11
2