Luhan masuk ke dalam ke dalam rumah tepat pada pukul satu pagi. Ia menaiki tangga rumah dengan perlahaan. Hujan begitu deras dengan petir yang bersahutan. Saat bunyi petir nyaring terdengar bersamaan dengan pekikan Sohyun.
Luhan berlari kencang mendekati pintu kamar Sohyun dan membukan nya dengan paksa. Saat ia masuk Sohyun terlihat meringkuk di balik selimut. Luhan mendekat kearah ranjang dan membuka selimut tebal yang menjadi pelindung Sohyun.
Merasa selimut di tarik Sohyun mendongkak wajahnya yang memerah. Mata nya terlihat jelas bengkak dengan air mata yang masih mengalir. Sohyun memeluk tubuh Luhan dengan erat. Luhan menepuk pelan pungung belakang Sohyun.
Ia mencoba memberikan Sohyun ke nyamanan. Agar gadis remaja itu merasa aman.
"Tidak apa-apa Daddy di sini jangan takut." Ucap Luhan saat isakan Sohyun terdengar. Perlahan ia mengubah tepukan menjadi usapan pelan di punggung belakang Sohyun.
"Aku takut Daddy, karna lampu mati dan tak ada orang di rumah." Jelas Sohyun di sela tangis nya. Mengeratkan pelukannya di tubuh pria Xioa ini.
"Maaf kan Daddy sayang, Daddy tak tau jika kau sendiri di rumah."
Sohyun mengangguk kepala di dalam pelukan Luhan. Lelaki cantik itu bahkan tak sempat menukar baju nya. Ia harus berada di samping Sohyun karna tubuh Sohyun terasa bergetar.
"Daddy! TIdur di sini malam ini ya," pinta Sohyun dengan nada suara bergetar meski isak nya sudah mereda.
"Baiklah, lepas kan dulu pelukan mu. Agar kita bisa tidur." Titah Luhan melepaskan perlahan belitan tangan Sohyun pada tubuh kekarnya.
Gadis remaja itu melepas pelukan nya. Luhan melepaskan dasi nya dan merebahkan tubuh nya di atas kasur. Ia menarik selimut sampai batas dada mereka. Sebelum ia menarik Sohyun masuk ke dalam pelukan nya.
"Sekarang pejamkan mata mu, besok kau harus sekolah," peringat Luhan.
"Ya Daddy, Selamat tidur Dad!" tutur Sohyun dengan patuh.
Cup!
Tubuh Luhan membeku menerima kecupan Sohyun. Gadis itu terlihat biasa saja, malah Luhan yang merasa kedua pipinya memanas. Sohyun membenamkan wajahnya di dada bidang Luhan.
Sohyun bisa mendengar dengan jelas detak jantung Luhan. Lelaki itu masih dalam mode beku nya Sohyun menyesap aroma tubuh Luhan. Ia begitu menyukai aroma tubuh Luhan. Meski pun lelaki itu belum membersihkan tubuhnya, sepulang kerja.
Sohyun mengembangkan senyum nya, di balik dada bidang Luhan. Ia merasa kan jika jantung nya ingin meledak saat itu juga. Ia semakin merapatkan tubuh nya dengan Luhan. Sampai lelaki itu bisa merasakan benda kenyal yang Luhan tau pasti itu apa. Tanpa sadar di bawah sana mulai beraksi. Oh ayolah, Luhan masih lelaki normal meski wajah nya mengalah kan banyak wanita cantik di luar sana.
Sohyun mendongakkan wajah nya menatap wajah Luhan yang terlihat tengah menahan sesuatu. Luhan merasakan jika Sohyun menatap nya pun membalas tatapan Sohyun.
"Dady apa benda yang mengeras di bawah sana?" Tanya Sohyun dengan wajah penasaran.
Luhan mengutuk hujan malam dan petir. Ia tak tau apa yang harus ia katakan pada gadis remaja itu. Dan ia juga mengutuk pikiran kotor yang sempat terlintas di saat benda kenyal itu menempel di perut nya.
"Ponsel Daddy sayang." Ucap Luhan dengan suara berat, serat akan menahan sesuatu yang menakutkan.
"Benarkah?" Tanya Sohyun dengan raut wajah yang tidak percaya.
"Ya, sekarang tidur lah Daddy telah lelah sayang," titah Luhan dengan nada begitu berat dan dalam.
"Ok, Daddy." Ucap Sohyun patuh gadis remaja itu kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Luhan.
"Astaga, ini benar-benar cobaan yang berat. Kenapa di saat seperti ini dia harus bangun. Ku mohon cepat lah pagi datang." Pinta Luhan di dalam hatinya.
Luhan memejamkan matanya agar pikiran kotor itu tak semakin meluas. Kedua nya tidur dengan posisi saling berpelukan. Sohyun terlihat nyaman dan telah menyelami alam mimpinya.
Beda hal nya dengan Luhan, lelaki itu masih tetap terjaga. Meski dengan mata yang telah tertutup. Ingin rasanya Luhan berteriak frustasi saat ini. Bagaimana tidak waktu sudah menunjukan pukul lima pagi. Namun mata nya belum juga terasa mengantuk.
Karena letih memejamkan mata tanpa bisa tidur Luhan akhir nya membuka kedua matanya. Saat itu tubuh Sohyun keluar dari pelukan nya dan menelentang kan tubuh nya. Luhan menatap wajah Sohyun dengan pandangan memuja.
Wajah Sohyun begitu sangat cantik. Kedua pipi yang terlihat berisi, mata bulat, hidung mancung dan bibir merah merekah. Saat kedua mata Luhan menatap bibir Sohyun. Susah payah ia hanya untuk meneguk air liurnya sendiri.
Luhan menyentuh bibir nya, yang mana lima jam yang lalu di kecup oleh Sohyun. Jari tangan luhan pelan-pelan merapikan anak rambut Sohyun. Dimana rambut itu sedikit menutup wajah cantik Sohyun.
"Apa yang harus ku lakukan pada mu. Aku mencintai mu, aku tak tau kapan perasaan ini hadir. Tapi yang aku tau kau telah menyita seluruh isi pikirkan dan hati ku." Tutur Luhan pelan.
Luhan mendekat wajah nya ia mengecup bibir Sohyun perlahan. Dan lalu menarik nya, ia tersenyum hangat. Namun kembali lagi benda lunak itu menyapa bibir Sohyun. Kali ini bukanlah kecupan tapi lumataan yang perlahan.
Tanpa Luhan sadari bibir tipisnya tak lagi berada di atas bibir Sohyun. Namun sudah berada di leher jenjang Sohyun ia mengecup dan menyesap perlahan leher jenjang Sohyun. Ia tak sadar akan perbuatan nya. Perbuatan yang akan meninggalkan tanda merah keunguan pada pagi harinya.
"Astaga." Luhan terperejat sadar, saat ia menyadari kegilaan nya. Ia menarik wajah nya dengan cepat dari daerah leher Sohyun.
Cepat-cepat Luhan mengusir pikiran kotornya. Ia menarik Sohyun kedalam pelukannya lagi. Dan mengecup kening Sohyun lama.
"Maaf, aku mencintai mu aku janji akan menjaga mu. Kau boleh memanggil ku Dady untuk sementara ini. Namun dua tahun nanti kau harus memanggil ku, sayang. Bukan hanya itu aku ingin kau menjadi istri ku nanti. " Tutur Luhan lalu memejamkan matanya.
Tak butuh waktu lama Luhan menyusul Sohyun ke alam mimpi. Masih dalam keadaan Luhan memeluk Sohyun.
🍁🍁🍁
Gadis Kim itu menyeringit saat mobil yang ia kenal terparkir di depan sekolahnya. Sohyun melangkah mendekati ke arah mobil itu saat Sohyun sampai di samping pintu mobil. Tiba-tiba saja jendela pintu mobil terbuka.
Terlihat jelas di dalam sana lelaki imut itu menatap Sohyun dengan pandangan angkuh. Sohyun mengerutkan dahinya menatap siapa lelaki itu.
"Masuk." Titah sang pria imut itu.
"Kenapa Bibi ada di sini?" Tanya Sohyun tak percaya dengan penglihatan nya.
"Hei!!!! Berhenti memanggil ku Bibi anak tengik." Pekik Baekhyun jengkel.
Sohyun ter kikik geli melihat wajah memerah Baekhyun. Ia melihat Baekhyun terlihat semakin imut jika ia jengkel. Bagi Sohyun menganggu Baekhyun adalah kebahagiaan sendiri.
"Apa lagi yang kau tunggu ayo masuk, aku sudah lapar tau. " Protes Baekhyun saat Sohyun belum juga masuk.
Sohyun melangkah kesamping pintu penumpang. Ia membuka pintu dan masuk kedalam mobil Baekhyun.
"Kenapa Bibi menjemput ku?" T
tanya Sohyun yang di hadiahi bibir mengerucut Baekhyun.
"Aku di perintah kan oleh Daddy mu, karena tak ada yang menjemput mu. Kata nya di rumah tak ada orang karena pembantu pulang kampung. Aku di suruh mengantar mu ke restoran Dio" Jelas Baekhyun dengan wajah jengkel.
"Ok, ayo berangkat aku sudah lapar," titah Sohyun dengan Suara ceria.
"Dasar anak setan," umpat Baekhyun sebelum menghidup kan mesin mobil lalu meninggal kan halaman sekolah elit itu.
Sohyun menatap jalan dengan pandanggan ceria. Ia meraba lehernya yang terasa agak nyeri. Ia tak bodoh tau tanda apa yang ia dapat kan itu. Ia terpaksa menutupinya dengan fondesion. Dan juga beberapa plaster tentu nya, agar saat fondesion nya luntur itu tak akan terlihat jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Novia Via
wahh daddy pintar ya nyari kesempatan 😄
2020-09-17
1
Oktaliska
jangan macam2 daddy😂😂
2020-08-31
0