Chapter 15

"Rasa nya begitu sakit di saat orang yang kau Cintai berciuman dengan wanita lain."

~Kim Sohyun

Sohyun pov

Aku merasa kosong di saat ini bagaimana tidak. Luhan Daddy jarang pulang ke rumah beberapa minggu ini. Katanya ia sibuk mengurusi Tender yang baru saja jatuh ke tangan nya. Aku merindukan kebersamaan aku dan Daddy Luhan.

Ia akan pulang di waktu yang larut di mana waktu telah menunjukan pukul dua belas malam. Dan terkadang membuat aku jengkel bahkan di saat libur ia tak akan ada waktu untuk ku.

Aku ingin menceritakan banyak hal pada nya. Tapi ia malah menghilang karena masih ada acara di waktu libur. Aku menghela nafas panjang di mana aku menemukan memo di depan pintunya. Di mana di sana tertulis jika ia pergi berangkat pagi. Karena harus pergi ke Jeju di hari minggu.

Aku mendengus jengkel dan melangkah turun kebawah. Dimana di atas meja makan telah terhidang banyak makanan. Para pembantu menunduk memberikan hormat. Bibi Song menarik kursi tempat ku duduk. Dan meletakan nasi hangat untuk ku.

"Bibi jam berapa Daddy berangkat tadi pagi?" tanya Ku dengan suara yang tak dapat menyembunyikan rasa jengkel ku.

"Jam lima pagi nona, Tuan tak ingin menganggu waktu tidur nona jadi tuan tak pamit pada nona," jawab Bibi Sonh dengan wajah ramah nya.

"Aku tak berselera makan." Tutur ku menghempaskan supit dengan kasar dan berdiri dari duduk ku.

"Tapi jika nona tak menghabiskan makanan nona maka nona akan sakit. Karena beberapa minggu ini nona jarang makan dengan baik." Peringgat Bibi song dengan suara khawatir.

Memang benar aku beberapa minggu ini merasa selera makan ku menghilang. Mungkin di karenakan aku banyak pikiran. Aku menatap Bibi Song sebentar lalu beralih pada ponsel yang aku gengam dari tadi.

"Aku hanya merasa tak nafsu makan beberpa hari ini saja Bi," jawab ku dengan jujur.

Setelah berkata seperti itu aku melangkah keluar dari rumah. Namun perhatian ku tertuju pada sebuah kota yang tergeletak di depan pintu gerbang luar rumah. Di sana tertera nama ku, dengan rasa penasaran tinggi aku meraih kotak tersebut. Dan membuka nya dengan perlahan.

"Akh!" Teriak ku panik melempar paket yang berisikan ayam mati dan tulisan yang di mana berisi kutukkan untuk ku.

Teriakan yang keluar dari bibir ku membuat Paman Choi keluar dari posnya. Ia menghampiri ku dengan wajah khawatir.

"Ada apa nona?" tanya nya dengan wajah khawatir.

Aku yakin wajah ku telah pucat pasi melihat darah yang mengalir keluar dari kotak tersebut. Aku menunjuk kearah kotak tanpa mengelurkan suara.

"Astaga! Apa ini orang gila mana yang berbuat seperti ini." Ucap Paman Choi mengambil kotak paket itu dan membawanya pergi untuk di buang.

Aku menatap kosong ke arah bekas darah yang menetes itu masih berada di sana. Ini adalah ke tiga kalinya aku mendapatkan ancaman dalam beberapa minggu ini. Walau pun yang berdarah hanya satu kali ini.

"Apa nona tak apa-apa?" tanya Paman Choi yang melihat ku terdiam menatap kosong lantai.

"Tidak, aku tak apa-apa Paman, " jawab ku pelan namun masih dapat di dengar oleh Paman choi tentu nya.

***Sohyun off

Author PoV***

Sohyun membalikan tubuhnya melangkah masuk kedalam rumah kembali. Ia mengurungkan niatnya tuk keluar dari rumah. Ia fikir akan aman jika ia berada di dalam rumah saja.

Sohyun naik ke lantai atas dengan wajah masih sama. Ia masuk kedalam kamarnya dan naik ke atas tempat tidur dengan wajah ketakutan. Sohyun butuh Luhan saat ini di dekat nya namun lelaki itu berada di sisi nya.

Dengan perlahan tangan Sohyun mengengam sebuah kalung yang di berikan oleh sang Bibi. Ia mengatakan bahkan kalung itu adalah kalung sang Ibu.

"Ma! Aku takut sekali saat ini. Apa yang harus aku lakukan, Ma?" Tutur Sohyun mengeluarkan air matanya.

Tubuh Sohyun merasa mengigil saat ia mengingat kenanggan buruk yang pernah ia alami. Di saat gadis remaja itu tinggal bersama paman nya. Dimana sepupunya mengerjainga dengan memberikan diri nya teror yang menakutkan.

Bahkan ia di kurung di dalam gudang selama dua hari. Di mana Sohyun tak di berikan makan mau pun minum. Di saat dingin dan malamnya petir bersautan membuat nya takut akan kegelapan. Apa lagi pada petir yang terjadi pada malam harinya.

Entah sudah berapa lama Sohyun meringkuk dalam selimut nya. Gadis itu tertidur sampai malam hari. Sedang kan di lain tempat Luhan menatap jengah gadis bermarga Jung itu.

Pasal nya gadis itu membohongi nya dengan terang-teranggan. Jessica bilang jika Ayah dan Mama nya meminta Luhan tuk menemui nya di Jeju karna ada hal penting yang harus mereka bicarakan.

Nyatanya Kedua orang tua Jessica berada di Busan bukan di Jeju. Dan dengan enteng nya Jessica berkata bahawa ia ingin bersama Luhan di Jeju tuk menemani nya berlibur.

Luhan sudah meninggal kan Sohyun di Seoul karna ia pikir Jessica berkata jujur. Jika ia tau hanya akan menemani Jessica di Jeju ia lebih baik berada di Seoul bersama gadis yang ia cintai.

Dan yang membuat Lelaki cantik itu resah adalah Sinyal ponsel di sana tak ada karna Jessica membawa nya di pulau terpisah dari Jeju. Dan hanya bisa di capai dengan kapal saja.

Luhan meninggalkan mobilnya di Jeju. Jessica tersenyum dengan wajah tanpa dosa ke arah Luhan.

"Maafkan aku, Kak! Ku pikir Mama dan Papa berada di Jeju," bohong Jeaica.

"Mana mungkin kau tak tau, Jes." Ucap Luhan dengan kesal.

"Di sini tak ada sinyal untuk menelpon Kak." Kilah Jesica.

"Ah! Percuma saja aku berbicara dengan mu." Ucap Luhan frustasi.

"Maafkan aku, Kak!" Ucap Jessica dengan wajah di buat menyesal.

Luhan hanya mendesah jengkel namun mencoba mengontrol emosi nya. Diam-diam Jessica menyeringai di balik wajah malaikat nya. Senyum yang bisa membuat siapa saja akan merinding melihat senyum iblis yang ia keluar kan.

"Maafkan aku juga Kak, karena sebentar lagi gadis mu akan pergi menyusul Ibunya Kim Nana." Tutur Jessica di dalam hatinya dengan tawa setan nya.

"Kapan kapal nya akan berangkat kembali ke pulau Jeju?" Tanya Luhan yang tak ingin memperpanjang masalah nya.

"Jam tujuh pagi, Kak" Jawab Jessica dengan ceria.

"Kita akan pulang jam tujuh pagi besok. Tapi jika kau tak ingin pulang aku akan pulang sendiri." Tutur Luhan lalu melangkah meninggalkan Jung Jessica di ruangan tengah villa mewah milik keluarga Jung itu.

"Tapi sayang nya saat kau pulang kau hanya akan melihat gadis kecil mu tak bernyawa, Kak." Senyum iblis terlihat jelas di wajah Jessica sepeninggalan Luhan.

Sedang kan di lain tempat tidur Sohyun terganggu karena suara teriakan dan pekikan di ruangan bawah rumah mewah itu. Sohyun mengucek matanya dan turun dari ranjang tempat tidur.

Dengan perlahan Sohyun membuka pintu kamarnya. Ia merasa aneh karena lampu mati. Entah kapan lampu itu mati dan suasana menjadi mencekam saat suara pekikan sekali lagi terdengar jelas.

Sohyun meraba ponselnya yang entah di mana ia letakan sebelum tidur. Dengan hati yang di beranikan Sohyun turun ke bawah dengan meraba-raba besi penyangga tangga.

Saat kaki Sohyun memijak lantai. Sohyun terjatuh tersandung kaki seseorang. Namun saat Sohyun meraba apa yang membuat nya terjatuh ia merasa tangan nya berair.

Sohyun menarik tangan nya dan mencium apa yang membuat tangan nya basah. Ia terpekik kencang di saat lampu di hidup kan. Di mana mayat para pembantu dan penjaga rumah telah berada di ruangan tengah dengan bersimbah darah.

Sohyun memundurkan langkah nya di saat ia melihat dua orang berpakaian serba hitam dan memakai masker hitam mendekati nya.

"Dia cantik juga bagaimana kita nikmati dulu sebelum kita bunuh." Tutur Lelaki memegang palu yang penuh dengan darah itu melirik rekannya.

"Kenapa tidak." Jawab Rekan nya.

Terpopuler

Comments

Oktaliska

Oktaliska

dasar jessica iblis...

2020-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!