Chapter 3

Lelaki berdarah Cina itu menatap ke jendela transparan. Mata teduh nya menatap laju mobil di bawah sana. Ia masih berpikir tentang hubungan Sohyun dan sang Sahabat. Kenapa Kai bisa tau jika Sohyun adalah anak Nana.

Setau nya ia tak pernah mengatakan jika Sohyun adalah anak Nana. Tidak ada satu orang pun yang tau selain diri nya. Dan yang membuat Luhan merasa makin aneh adalah tingkah Sohyun. Ia terlihat tak menyukai Kai di mata bulat bening ada rasa benci untuk Kai.

Klik....

Bunyi pintu kayu terbuka dengan sedikit perlahan. Memperlihatkan pria cantik yang berdiri membelakangi pintu masuk. Lelaki berkulit albino itu memasuki ruangan Luhan. Namun lelaki cantik itu masih tak menyadari kehadiran lelaki bermarga Oh itu.

"Hyung!" panggil Sehun yang berdiri di belakang tubuh Luhan.

Panggilan dari suara berat Sehun. Membawa Luhan kembali ke alam sadarnya. Ia membalikan tubuhnya menatap ke arah Sehun. Lelaki berkulit albino itu memamerkan deretan gigi putih nya ke arah lelaki tua beberapa tahun di atasnya itu.

"Kenapa kau ke kantor, ku?" Tanya Luhan dengan keheranan. Dahinya berkerut dalam. Menatap tubuh kekar lelaki tampan di depannya ini.

"Astaga! Hyung! Kau sudah pikun? Karena telah memiliki seorang anak,huh!" Cibir Sehun begitu saja. Tak lupa kekehaan renyah menyapa Indra pendengaran ke duanya.

Luhan berdecak tak suka dengan perkataan Sehun. Luhan melangkah lebih dulu duduk di sofa putih gading yang berada di ruangan khusus. Sehun mengikutinya dari belakang. Dan ikut duduk di kursi di hadapan Luhan.

"Aku kesini kan karena sebentar lagi kita akan mengadakan rapat antara perusahaan mu dan Perusahaan, ku. Dan lagi pula biasanya kau tak akan bertanya jika aku kesini seperti biasanya," protes Sehun pada perubahan Luhan.

Luhan baru ingat jika satu jam lagi ia akan mengadakan meeting dengan perusahan Oh Group. Ia terlalu sibuk dengan pikiran nya sendiri sampai lupa jika sore hari akan ada meeting.

"Maaf aku lupa." Jawab Luhan seadanya dengan tangan menggaruk kepala belakang nya yang seketika terasa gatal.

"Oh ya, Hyung apa yang kemarin itu adalah benar, putri mu dan Kak Nana?" tanya Sehun penasaran.

"Menurut mu?" tanya Luhan malas. Hembusan napas kasar keluar dari mulut menyapa udara ruangan mewah itu.

Sehun terlihat berfikir ia mempertimbangkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Luhan. Karena menurutnya itu tak mungkin, meski pun Sehun bertingkah seperti Big Baby tapi dia tak lah bodoh. Sehun baru saja di angkat menjadi Presdir Oh Group sebagai pengganti sang Ayah.

"Aku pikir itu tidak mungkin Hyung, secara kalau di hitung kau dan anak mu pasti berumur sebelas tahun Hyung. Dan kalau ku lihat-lihat ia tak mempunyai kesamaan wajah dengan mu," jawab Sehun mempertimbangkan semua kemungkinan. Tidak ada yang sesuai dengan apa yang terjadi. Bagaimana bisa jarak Luhan dan Putri nya bukan sebelas tahun? Sudah pasti itu bukan putri lelaki di depannya ini bukan?

Luhan mengembangkan senyum nya. Ia tau jika Sehun cukup cerdas membedakan mana anak nya dan mana bukan anaknya. Namun ia juga bingung harus jawab bagaimana cara menjawab pertanyaan Sehun nantinya. Tentang siapa Ayah dari Sohyun jika bukan dirinya.

"Entahlah."

Hanya kata itu yang akhirnya keluar dari mulut Luhan.

"Apa Hyung sudah melakukan tes DNA?" tanya Sehun menyuarakan pendapat nya. Hanya itu jalan satu-satunya agar tau, apakah Kim Sohyun adalah putri biologis Xioa Luhan?

"Belum, aku belum melakukan tes DNA," bohong Luhan cepat.

Belum sempat mulut Sehun bergerak untuk kembali melempar pertanyaan. Luhan lebih dulu berdiri dari duduknya.

"Ayo kita meeting, karena beberapa menit lagi kau harus mempresentasikan proposal perusahan mu, Oh Sehun." Peringat Luhan berdiri dari tempat sofa.

Sehun hanya mengangguk dan berdiri dari duduknya. Ia tau ada yang aneh dengan Luhan. Karena selama sepuluh tahun lebih bergaul dengan Luhan membuat Sehun tau bagaimana sifat Luhan.

Sedang kan di tempat lain Sohyun tengah berdiri menunggu bus. Meski Luhan sudah menyuruh Sohyun naik mobil yang sudah ia sediakan Sohyun menolak. Karena baginya sangat enak menunggu bus seperti di America. Ia beralasan bahwa ia ingin seperti di film-film korea. Di mana ia mungkin bertemu dengan lelaki yang menjadi cinta sejatinya di bus. Mungkin kan?!

"Nona Kim Sohyun? " tanya lelaki yang berpakaian rapi yang kini sudah berdiri tepat di depan nya.

Sohyun menatap lelaki yang berpakaian rapi itu dengan wajah penasaran. Ia berdiri dari duduk nya dan menatap sang lelaki berumur kira-kira tiga puluhan lebih itu dengan wajah aneh.

"Ya, anda siapa ya?" tanya Sohyun dengan wajah heran.

"Saya di minta untuk menjemput anda. Karena tuan besar ingin bertemu dengan anda." Ucap sang lelaki menunjuk sebuah mobil BMW keluaran terbaru di sebrang jalan.

Sohyun menengok ke arah mobil berwarna hitam itu dengan wajah tak terbaca. Saat itu kaca mobil di turun kan perlahan. Sohyun bisa melihat jelas siapa lelaki yang tengah menunggu nya di dalam mobil.

Sohyun menganggukkan kepalanya ia mengikuti sang lelaki menuju mobil. Dan sang lelaki membuka kan pintu mobil untuk Sohyun masuk kedalam mobil dengan perasaan tak menentu.

"Apa kabar Kim Sohyun?" tanya lelaki tua itu tanpa menatap ke arah Sohyun. Ia menatap lurus ke depan tanpa lirikan ke samping sedikit pun.

"Aku baik-baik aja. Sehat bugar pastinya," jawab Sohyun dengan nada dingin.

Lelaki tua itu tersenyum menyeringai mendengar jawaban gadis remaja yang duduk di samping nya itu. Kini ia menoleh menatap wajah Sohyun.

"Kau begitu mirip dengan Ibu mu, namun mata mu mewarisi mata putra ku." Tutur sang lelaki dengan suara berat. Meneliti setiap pahatan sempurna wajah cantik Sohyun dengan gerakan berlahan.

"Tentu saja aku anak nya dan juga cucu mu." Sinis Sohyun, dengan senyum yang sama persis di lemparkan oleh lelaki tua itu.

"Benar kah?" tanya nya dengan suara sinis.

"Ya, aku cucu mu yang Ibunya dan anak yang ada di dalam kandungan nya. Begitu sangat ingin kau coba bunuh karena kesalahan putra mu kan?" cibir Sohyun sinis. Kemudian tersenyum miring.

"Ya, karena kehadiran mu adalah kesalahan dan nasib buruk untuk keluarga, ku, " balas Lelaki itu dengan nada menyeramkan.

Sohyun mengepalkan ke dua tangan nya di ke dua sisi tubuhnya dengan kuat. Ia merasakan tamparan keras pada hatinya. Namun ia tetap berusaha memasang tampang biasa. Meski lelaki di samping nya ini adalah Kakek kandungan nya. Ayah dari lelaki yang meninggal kan Ibunya. Di saat hamil dirinya. Sungguh kejam. Itulah yang ada di benak Sohyun saat ini.

"Tapi apa putra mu tau tentang kehadiran ku. Jika ia tau ia pasti akan lebih memilih Mama ku kan, dari pada wanita pilihan mu," balas Sohyun dengan mencoba membuat lelaki tua ini naik darah.

"Tentu saja tidak, ia akan tetap memilih keluarga ku. Karena ia tak akan bisa hidup tanpa uang Kim Sohyun. Mamamu adalah hal yang paling menjijikan untuk ku dan keluarga ku. Aku tau kau sekarang tinggal dengan Sahabat putra ku tapi kau harus ingat jangan pernah menampakan wajah mu pada putra ku. Jika kau tak ingin kehilangan nyawa mu," Ucap yang begitu lembut namun serat akan ancaman.

Sohyun mengembangkan senyum sinis nya. Ia menatap tajam kearah lelaki yang memiliki ikatan darah dengan nya itu.

"Tenang saja, aku tak butuh kerluarga mu. Karena keluarga mu tak lebih rendah dari pada sampah. Aku telah terlambat pulang, ku harap ini adalah pertemuan pertama dan terakhir kita tuan." Ucap Sohyun. Sebelum tangan nya membuka pintu mobil dan menghempasnya dengan keras.

Dengan langkah terburu-buru Sohyun menghentikan laju Taxsi yang kebetulan tepat berada di samping nya. Sohyun menangis keras di dalam Taxsi. Membuat sang supir menatap khawatir. Setelah sampai di rumah ia masuk tanpa mengidahkan sapaan para pembantu Luhan.

Sohyun melangkah terburu-buru masuk kamar dan menutup pintu. Ia meraskan penghinanan yang begitu besar dari keluarga Ayahnya.

"Sialan!!! Akan ku balas kalian, bagaimana bisa mereka melakukan itu pada Mama ku. Mama pasti ketakutan saat itu, hingga memilih kabur ke America. Mommy Nana! Aku harus bagaimana? Aku takut Mommy." Ucap Sohyun di sela tanggis nya.

***

Awan gelap menjadi latar di malam hari. Lelaki Xiao itu masuk perlahan ke dalam rumah besar miliknya dengan wajah lelah. Derap langkah kaki membuat Luhan berhenti melangkah. Ia mendapati Kepala Pembantu nya kini berdiri di depan nya dengan raut wajah khawatir.

"Ada apa, Bi?" tanya Luhan tanpa basa-basi.

"Tuan Xiao, nona Sohyun tadi sore pulang dengan ke adaan menangis. Dan tidak keluar-keluar kamar dari siang sampai malam. Ia bahkan tidak mau membukakkan pintu kamarnya," jelas Bibi Song dengan nada khawatir.

Luhan dengan gerakan cepat memberikan tas kerja nya pada Bibi Song tanpa kata dan berjalan terburu-buru naik ke lantai atas. Ia membuka pintu perlahan, saat pintu terbuka kamar Sohyun begitu gelap. Tidak ada penerangan di kamar Sohyun. Gadis remaja itu tak menyalakan lampu.

Luhan melangkah kaki memasuki kamar dengan perlahan terdengar samar. Luhan melangkah menuju sakelar lampu terlebih dahulu. Sebelum menghampiri gadis remaja di atas tempat tidur. Saat cahaya meneranggi seluruh kamar terlihat jelas Sohyun tidur tengkurap dengan pakai sekolah. Luhan mendekati ranjang. Sesampainya di samping ranjang, tangan lembut kekar itu terangkat. Bermaksud ingin membangun kan Sohyun.

Namun saat tangan nya menyentuh kulit tangan Sohyun ia merasakan suhu tubuh Sohyun begitu panas.

"Apa yang terjadi pada mu Sohyun?" Tanya Luhan meski tau tak akan ada jawaban dari Sohyun. Ia masih melemparkan kata tanya pada gadis remaja yang terlihat mengenaskan itu.

Terpopuler

Comments

Wife Sehun

Wife Sehun

Haduhh Luhan 😍😍😍
kenapa harus die sika ah, kan kau jadi suka 😗

2019-12-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!